Kamis, 17 April 2025

Harmoni Spiritualitas Lintas Iman

Harmoni Spiritualitas Lintas Iman: Makna Teologis Perjumpaan Hari Sugihan Bali, Kajeng Keliwon Uwudan, dan Jumat Agung dalam Cahaya Anugerah dan Amanah


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:
Dalam dinamika kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia yang multikultural, pertemuan hari suci dari dua tradisi besar—Hindu dan Kristen—menjadi ruang refleksi yang mendalam. Tahun ini, Hari Sugihan Bali, Kajeng Keliwon Uwudan, dan Jumat Agung bertepatan pada hari yang sama. Artikel ini menggali makna teologis dari peristiwa ini sebagai simbol anugerah dan amanah spiritual, ditinjau dari perspektif Hindu dan Kristen, serta disertai kutipan sloka Sanskerta sebagai penegasan nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya.


1. Pendahuluan
Hari-hari suci adalah momen transendental di mana manusia menjalin hubungan sakral dengan Tuhan. Ketika Hari Sugihan Bali, Kajeng Keliwon Uwudan, dan Jumat Agung jatuh pada hari yang sama, kita dihadapkan pada pesan spiritual yang menyatukan lintas iman: tentang penyucian diri, pertarungan melawan adharma, dan pengorbanan ilahi untuk keselamatan umat manusia. Momentum ini layak direnungkan sebagai pertemuan cahaya dari berbagai jalan menuju kebenaran.


2. Kutipan Sloka dan Maknanya

Sloka (Bahasa Sanskerta):
"यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत।
अभ्युत्थानम् अधर्मस्य तदात्मानं सृजाम्यहम्॥"

(Bhagavad Gītā IV.7)

Transliterasi:
Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata,
abhyutthānam adharmasya tad-ātmānaṁ sṛjāmy-aham.

Makna:
"Setiap kali kebajikan (dharma) merosot dan kejahatan (adharma) merajalela, wahai Arjuna, pada saat itulah Aku menjelma kembali."

Makna Teologis:
Sloka ini menggambarkan prinsip dasar avatāra—penjelmaan Tuhan untuk menjaga keseimbangan kosmis. Dalam konteks Hindu, ini tercermin dalam hari Kajeng Keliwon Uwudan, yang diyakini sebagai momen intensitas spiritual untuk memerangi kekuatan negatif melalui yadnya dan introspeksi diri. Dalam konteks Kristen, Jumat Agung menandai puncak pengorbanan Yesus Kristus sebagai "Anak Domba Allah" yang datang untuk menebus dosa umat manusia. Keduanya menyampaikan pesan penyelamatan dan kasih yang mendalam dari Tuhan.


3. Sugihan Bali dan Amanah Spiritualitas

Hari Sugihan Bali adalah awal dari rangkaian Hari Raya Galungan, yang merupakan proses penyucian lahir batin. Umat Hindu membersihkan bhuana agung (alam luar) dan bhuana alit (diri sendiri) sebagai bentuk kesiapan menyambut kehadiran dharma. Ini sejajar dengan pesan Kristus dalam Jumat Agung, yaitu ajakan untuk menyucikan hati dan hidup dalam kasih sejati.

Amanah spiritual yang terkandung:

  • Menjaga kesucian hidup dan relasi antarmanusia
  • Melakukan pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar
  • Menegakkan nilai kebenaran dalam keseharian

4. Kajeng Keliwon Uwudan dan Perlawanan Terhadap Adharma

Kajeng Keliwon Uwudan adalah hari penuh kekuatan spiritual di mana umat Hindu melakukan upacara pembersihan terhadap unsur-unsur negatif (butakala). Ini selaras dengan narasi penderitaan Yesus yang memikul dosa dunia, menandai pertempuran spiritual antara terang dan gelap.

Makna teologis yang muncul:

  • Kemenangan bukan hanya pada dimensi duniawi, tapi juga batiniah
  • Kematian bukan akhir, tetapi gerbang menuju kehidupan yang lebih suci
  • Anugerah datang melalui penderitaan dan keikhlasan

5. Jumat Agung: Anugerah Melalui Pengorbanan

Dalam tradisi Kristen, Jumat Agung adalah hari Yesus Kristus disalibkan. Ia adalah lambang kasih dan penebusan. Dalam konteks spiritual Hindu-Bali, pengorbanan Kristus bisa dipandang sebagai bentuk yadnya tertinggi—menyerahkan hidup demi keselamatan umat manusia.

Sloka Penutup (Bahasa Sanskerta):
"त्यक्त्वा कर्मफलासङ्गं नित्यतृप्तो निराश्रयः।
कर्मण्यभिप्रवृत्तोऽपि नैव किञ्चित्करोति सः॥"

(Bhagavad Gītā IV.20)

Transliterasi:
Tyaktvā karma-phalā-saṅgaṁ nitya-tṛpto nirāśrayaḥ
Karmaṇy abhipravṛtto ‘pi naiva kiñcit karoti saḥ.

Makna:
"Orang yang melepaskan keterikatan terhadap hasil perbuatan, merasa cukup dengan dirinya, dan tidak tergantung pada siapa pun—meskipun ia bertindak, sejatinya ia tidak terikat oleh tindakannya."

Makna Teologis:
Pengorbanan sejati adalah tindakan yang dilandasi kasih tanpa pamrih. Baik Kristus maupun konsep yadnya dalam Hindu mengajarkan keikhlasan dalam memberikan diri bagi kebaikan semesta.


6. Penutup: Anugerah dan Amanah

Pertemuan tiga hari suci ini bukanlah kebetulan belaka, melainkan pesan simbolik tentang keharmonisan spiritual umat manusia. Anugerah Tuhan datang dalam berbagai wujud dan cara, dan kita dipanggil untuk memikul amanah sebagai penjaga kesucian, penjaga kasih, dan penjaga keseimbangan.

Refleksi:

  • Mari jadikan hari ini sebagai momentum untuk bersatu dalam perbedaan
  • Memuliakan Tuhan dengan tindakan nyata dalam kehidupan
  • Menjaga bumi, sesama, dan diri sebagai wujud iman yang hidup


Tidak ada komentar:

Posting Komentar