Bhishama Mpu Siwa Murthi dalam Perspektif Kala Tattwa: Kebenaran Sang Waktu sebagai Hukum Karma Universal
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Kajian Filosofis Ajaran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba (Mpu Siwa Murthi) tentang Kepastian Hukum Sebab-Akibat di Jagat Raya
Abstrak
Tulisan ini membahas warisan spiritual dan ajaran moral Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, yang dikenal sebagai Mpu Siwa Murthi atau Sang Mpu Raga. Dalam ajaran beliau terdapat satu bhisama atau sumpah spiritual yang menggambarkan hukum sebab-akibat (karma phala) dalam bentuk ketegasan moral terhadap perilaku manusia. Bhisama ini menjadi pondasi dalam ajaran Kala Tattwa, yaitu bahwa waktu adalah penjaga keadilan yang mutlak dan tak terbantahkan.
---
Pendahuluan
Di tengah perjalanan spiritual Bali, muncul sosok suci yang disebut sebagai Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, yang dalam kalangan pasraman disebut juga Mpu Siwa Murthi atau Mpu Raga. Beliau tidak hanya dikenal sebagai empu spiritual, namun juga pemegang teguh nilai-nilai keadilan niskala. Dalam naskah pustaka (catatan), beliau meninggalkan bhisama agung sebagai peringatan dan pengingat bahwa hukum semesta akan berjalan sesuai jalur waktu yang benar.
---
Sloka Bhisama Siwa Murthi: Hukum Sang Waktu
> "Yaḥ pīḍayati, saḥ pīḍyate;
Yaḥ drohayati, saḥ drohyate;
Yaḥ hanti, sa haniṣyate;
Yaḥ tyajati, sa tyajyate;
Yaḥ mohayati, sa mohyate;
Yaḥ nindati, sa nindyate;
Yaḥ pratiṣedhati, sa pratiṣidhyate;
Yaḥ nāśayati, sa naśyati."
Transliterasi dan Makna Tiap Baris:
1. Yaḥ pīḍayati, saḥ pīḍyate
"Siapa yang menyakiti, ia akan disakiti."
2. Yaḥ drohayati, saḥ drohyate
"Siapa yang menghianati, ia akan dihianati."
3. Yaḥ hanti, sa haniṣyate
"Siapa yang melukai, ia akan dilukai."
4. Yaḥ tyajati, sa tyajyate
"Siapa yang meninggalkan, ia akan ditinggalkan."
5. Yaḥ mohayati, sa mohyate
"Siapa yang membodohi, ia akan dibodohi."
6. Yaḥ nindati, sa nindyate
"Siapa yang menghina, ia akan dihina."
7. Yaḥ pratiṣedhati, sa pratiṣidhyate
"Siapa yang menghalangi, ia akan terhalangi."
8. Yaḥ nāśayati, sa naśyati
"Siapa yang menghilangkan, ia akan dihilangkan."
---
Makna Filosofis dalam Ajaran Kala Tattwa
Dalam ajaran Kala Tattwa disebutkan bahwa:
> "Kālaḥ satyam anivāryaḥ"
"Waktu adalah kebenaran yang tak terhindarkan."
Kala (waktu) tidak hanya sebagai dimensi linear, melainkan sebagai entitas spiritual yang merekam, menimbang, dan memutar hasil tindakan setiap makhluk. Waktu bukan balas dendam, melainkan resonansi dari perbuatan sendiri (karma bandhana).
Bhishama Mpu Siwa Murthi bukanlah ancaman, tetapi peringatan penuh welas asih—bahwa kebenaran akan menampakkan dirinya ketika waktu telah matang. Dalam kerangka ini, hukum ṛta (tatanan kosmis) bekerja secara otomatis dan adil, tanpa campur tangan pribadi.
---
Refleksi dan Relevansi
Bhisama ini adalah suara hati nurani dan hukum dharma. Dalam kehidupan modern, pesan ini tetap relevan sebagai landasan etika sosial:
Jangan menyakiti, jika tidak ingin disakiti.
Jangan menghianati, jika tidak ingin terhianati.
Jangan merendahkan, jika tidak ingin direndahkan.
Apa yang kita beri pada dunia, akan dunia kembalikan tepat waktu. Mungkin tidak hari ini, tetapi pasti dalam waktu yang tepat—“Kālasya nyāyaṁ anivāryam” — "Keadilan sang waktu tidak dapat dihindari."
---
Penutup
Ajaran Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, sang Mpu Raga, adalah cermin spiritual umat manusia untuk selalu berada dalam jalur dharma. Kala sebagai penegak hukum niskala, menunggu saat yang tepat. Maka, hidup dalam kesadaran, welas asih, dan kebenaran adalah jalan paling bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar