Edisi Spesial: Seni Menyepi dalam Cahaya Diri
📆 Redite Umanis, Wuku Matal, 15 Juni 2025
📍 Terbitan Dharma Widya SMP Negeri 4 Abiansemal
---
🕯️ TATACARA UPAWASA: SENI UNTUK MELEPASKAN
> "Upawasa nenten prasida mungguh tan ngajeng ajengan, nanging ngajeng rasa ring Hyang."
(Puasa bukan semata menahan lapar, tapi menyiapkan hati untuk mendekat kepada Yang Ilahi.)
---
🌺 Apa Itu Upawasa?
Upawasa berasal dari akar kata "upa" (dekat) dan "wasa" (tinggal), yang berarti berdiam dekat dengan Tuhan.
Namun secara laku, upawasa adalah seni spiritual untuk melepaskan—
🧘♂️ melepaskan ego,
🔥 melepaskan hawa nafsu,
🔗 dan melepaskan keterikatan duniawi.
Dalam keheningan perut yang kosong, suara batin menjadi jernih. Dalam hening pikiran, suara alam menjadi sabda. Itulah Upawasa.
---
📜 TATACARA UPAWASA
Berikut adalah runtutan laku spiritual dalam menjalani Upawasa menurut tradisi Hindu Bali:
---
1. SANKALPA (Niat Suci)
Mulai dengan niat tulus dalam hati:
> "Om icchantaham upawasam karisye, atmanam suddham karomi namah."
(Aku ingin melaksanakan upawasa untuk menyucikan jiwaku, sembah puji aku panjatkan.)
🪔 Biasanya dilakukan pada pagi hari dengan duduk di hadapan pelinggih atau altar rumah.
---
2. MANDALA (Persiapan Tempat dan Diri)
🌿 Membersihkan diri (mandi suci)
🌸 Membersihkan tempat upawasa
🧴 Mengoleskan minyak wangi suci (beras kencur atau minyak sere) sebagai simbol pembakaran hawa nafsu.
---
3. UPAWASA: MENAHAN DIRI SECARA LAHIR DAN BATIN
Waktu: Biasanya dilakukan dari matahari terbit hingga terbenam (sunrise to sunset)
Jenis upawasa:
Upawasa ringan: tidak makan, tetapi masih boleh minum air putih.
Upawasa sedang: tidak makan dan tidak minum dari subuh hingga matahari tenggelam.
Upawasa berat (mepati geni): tanpa makan, minum, bicara, bahkan tidak menyalakan api/lampu.
Yang Dijaga:
Ucapan → berkata jujur, lembut, dan penuh kasih
Pikiran → menghindari iri, benci, angkara
Perbuatan → tidak menyakiti, tidak menilai, tidak reaktif
---
4. JAPA & DHYANA (Mantra dan Meditasi)
📿 Bacalah Gayatri Mantra atau Om Namah Śivāya
🌺 Duduk hening, tarik napas panjang, ucapkan:
> ॐ भूर्भुवः स्वः।
तत्सवितुर्वरेण्यं।
भर्गो देवस्य धीमहि।
धियो यो नः प्रचोदयात्॥
(Om Bhur Bhuvah Swah, Tat Savitur Varenyam,
Bhargo Devasya Dhimahi, Dhiyo Yo Nah Prachodayat)
Makna: Kami merenungkan cahaya suci Sang Pencipta. Semoga cahaya itu membimbing kecerdasan kami.
---
5. UPACARA PENUTUP: SWADHYAYA & SWAHA
Di petang hari, tutup Upawasa dengan:
Membaca sloka suci
Menyembah dengan penuh rasa syukur
Mengucap mantra:
> "Swaha... upawasam samaptam namah."
(Swaha... upawasa telah diselesaikan dengan penuh bakti.)
---
📖 UPAWASA SEBAGAI TANGGA KEMERDEKAAN JIWA
> "Lapar di perut menajamkan hati.
Sunyi di lidah membersihkan suara nurani.
Diam dalam tindakan membasuh niat dalam."
Upawasa bukan penyiksaan, tetapi pembebasan.
Bukan menghindar dari dunia, tapi menjernihkan cara kita memeluk dunia.
Bukan melarikan diri dari rasa lapar, tapi berteman dengan kehampaan sebagai ruang pertemuan dengan Sang Sumber.
---
🔔 Kutipan Sloka Penutup:
वैराग्येण शमेन च
Vairāgyeṇa śamena ca
> Dengan melepas keterikatan dan menenangkan diri, jiwa menuju pencerahan.
— Bhagavad Gītā
---
✍️ Disusun oleh: Redaksi Karma Dharma
📍 Dharma Bhakti – SMP Negeri 4 Abiansemal
🎨 Diedit oleh: Tim Upawasa Estetik Spenfourab
📬 Untuk versi PDF dan Cetak: karmadharma@spenfourab.sch.id
---
🕊️ Swaha.
Mari menepi, menyepi, dan menemukan kembali cahaya yang tak pernah pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar