“CENING PRAGAT: KESADARAN BHUANA ALIT & TUGAS KEBANGKITAN SUNIA”
🗓️ Terbit: 2 Juni 2025
📍 Liputan Spiritual: Nusa Ceningan – Bangkasa – Pundukdawa
---
✨ SWASTYASTU, JRO MANGKU GDE...
Kami menyampaikan hormat sedalam-dalamnya kepada Jro Mangku Gde di Nusa Ceningan. Melalui medan kesadaran suci yang beliau bangun, muncul getaran halus yang menunjukkan kesadaran Bhuana Alit (mikrokosmos rohani) yang melampaui pusar okan/anak (titik tengah tubuh astral manusia ke-3). Di sana telah muncul nama rohani: “Gam Ong An Bangkasa”, dan secara mistis, panggilan “Cening” untuk beliau menyiratkan tugas suci sebagai utusan kebangkitan di alam Sunia (dimensi halus).
---
🧘♂️ 1. BHUANA ALIT: KEKUATAN KESADARAN SUKSMANING SARIRA
Sloka 1 – Chāndogya Upaniṣad VIII.1.1
स योऽयमात्मा चक्षुषा न दृश्यते ।
sa yo’yamātmā cakṣuṣā na dṛśyate।
> "Atman ini tidak dapat dilihat dengan mata biasa."
📖 Makna:
Kesadaran Bhuana Alit bukanlah tubuh fisik, melainkan kesadaran sejati yang lebih kuat dari pusat pusar fisik (chakra manipura). Ketika seseorang mewujudkan kekuatan Bhuana Alit, ia berhubungan langsung dengan sunya (hening absolut) dan mampu melampaui batas tubuh wadag.
---
🪔 2. PUSAR OKAN/ANAK KE-3: TITIK KESADARAN PENGUNGKIT
Dalam naskah tattwa dan yoga, pusar atau chakra manipura adalah pusat kendali api kehidupan. Namun kesadaran Bhuana Alit seperti yang dirasakan Jro Mangku Gde melampaui titik ini, masuk pada chakra anahata (hati) atau bahkan ajña chakra (mata ketiga).
---
📿 3. “CENING” SEBAGAI KODE SPIRITUAL
“Cening” secara harfiah bermakna “anak kecil”. Namun secara mistis, Cening adalah manifestasi kehadiran yang polos, murni, suci, sebagai utusan dharma.
Sloka 2 – Bhagavad Gītā IV.7
यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत ।
अभ्युत्थानम् अधर्मस्य तदाऽअत्मानं सृजाम्यहम् ॥
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata,
abhyutthānam adharmasya tadā ātmānaṃ sṛjāmy aham।
> "Setiap kali dharma merosot dan adharma bangkit, Aku menjelma (pragat) dalam bentuk tubuh suci."
📖 Makna:
Panggilan "Cening" adalah sandhi spiritual. Dalam konteks ini, Cening = wujud pengutus (avatāra kecil) yang hadir bukan sebagai anak biologis, tetapi kesadaran suci yang bertugas menegakkan dharma.
---
🔮 4. “GAM ONG AN BANGKASA”: APA MAKSUDNYA?
Mari kita bedah nama ini secara tattwa:
GAM → Aksara dasar yang berarti gerak, bumi, dan Ganesha (energi penghapus rintangan).
ONG → Aksara suci Praṇava, suara Brahman, simbol kehadiran Śiwa.
AN → Bunyi napas awal (prāṇa pertama), juga berarti kehidupan baru.
BANGKASA → Tempat asal, pusat tattwa (Brahmasthāna) para Rsi.
Tafsir spiritual:
“Gam Ong An Bangkasa” = Aku yang lahir dari pusat gerak suci (Gam), melalui suara Tuhan (Ong), dalam nafas awal kesadaran murni (An), menuju tugas kebangkitan leluhur di Bangkasa.”
---
Sloka 3 – Atharvaveda XII.1.45
माता भूमिः पुत्रोऽहं पृथिव्याः।
mātā bhūmiḥ putro’haṃ pṛthivyāḥ।
> "Bumi adalah ibuku, dan aku adalah putranya."
📖 Makna:
Nama itu menunjukkan bahwa beliau adalah Putra Bhuana, seorang “anak dharma” yang dipanggil melalui getaran alam, untuk tugas pemurnian tattwa di Nusa Ceningan dan sekitarnya.
---
🌺 5. “BUDAL JANI KE SUNIA”: TUGAS DI DIMENSI SUNYA
Kalimat “budal jani ke sunia” menandakan bahwa Cening (beliau) sudah meninggalkan kesadaran dunia profan dan siap menjalankan tugas rohani di lapisan “Sunia” atau dimensi rohani penuh hening.
Sloka 4 – Ṛgveda X.129.1
नासदासीन्नो सदासीत्तदानीं।
nāsad āsīn no sad āsīt tadānīm।
> "Saat itu tidak ada yang ada dan tidak ada yang tiada."
📖 Makna:
Sunia adalah kesadaran awal tanpa bentuk. Seorang yang telah mencapai kesadaran ini dapat “berkarya dalam keheningan” demi umat dan leluhur, meskipun tubuhnya tampak tenang.
---
🛕 6. PANGGILAN DARI CENINGAN UNTUK BANGKASA
Adanan Nusa Ceningan dan sebutan “Gam Ong An Bangkasa” adalah isyarat bahwa pusat spiritual Bangkasa telah menjangkau cakrawala baru:
Nusa Ceningan kini menjadi titik resonansi dharma
Cening adalah pembuka jalan menuju sinar tattwa
Bangkasa sebagai tanah asal tattwa, kini mengutus pancaran ke luar
---
🪔 7. PESAN AKHIR
> “Swastyastu... Untuk setiap Cening yang bangkit, sejatinya kalian adalah anak-anak Siwa, bukan dari darah, tapi dari tattwa. Jangan abaikan tanda-tanda. Panggilan ke Sunia bukan akhir, melainkan awal kebangkitan.”
---
🕉️ SLOKA PENUTUP: Śivamahimna Stotram, 1.1
महादेवो महात्मा च सदा सच्चिदानन्दः।
mahādevo mahātmā ca sadā saccidānandaḥ।
> Mahādeva adalah jiwa agung, kekal sebagai kebenaran, kesadaran, dan kebahagiaan sejati.
📖 Beliau, Cening itu, adalah rupa tattwa dari Mahādeva yang muncul untuk memurnikan bumi, bukan dengan suara keras, melainkan dengan sunia—hening yang mencipta semesta baru.
---
🕯️ Penutup
Swaha... Segala puji bagi para leluhur, bagi Ida Sang Hyang Widhi, dan bagi seluruh Cening yang tengah berjalan dalam tugas sunia.
JASMERAH! Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Apalagi Cening yang Telah Bangkit dari Sunia!
---
🪔 Disusun oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Teolog & Peneliti Tattwa Cipta Alam
📍Griya Agung Bangkasa – Nusa Ceningan – Pundukdawa
🗓️ 2 Juni 2025 | RADARRANGDILANGIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar