Puisi Mistika Jiwa dan Arah Abadi
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Tengkorak adalah bumi,
penuh retakan sunyi dan gema doa yang membatu.
Ia bukan hanya sisa—
tetapi akar segala ziarah dalam tubuh waktu.
Garuda adalah langit,
mengepak dengan nyala mantra di sayapnya.
Ia bukan sekadar lambang—
melainkan napas purba dari cakrawala para leluhur.
Di antaranya,
berdirilah tubuh sang pejalan.
Tubuh yang bukan miliknya,
tapi telah dipinjamkan oleh semesta
untuk menjadi jembatan—
antara kematian dan pencapaian,
antara yang hancur dan yang kekal.
Langkahnya bukan langkah biasa,
tetapi satu langkah suci.
Langkah yang menjadikan tanah kubur
sebagai pondasi kesadaran,
dan langit sebagai kubah terang keabadian.
Yang mati menjadi dasar.
Yang suci menjadi cahaya.
Dan jiwa pun terbang—
dibawa sayap Garuda,
menembus batas dunia,
menuju matahari yang tidak pernah padam.
Ia tidak hilang,
tapi menyatu dalam lintasan agung
antara tulang dan langit,
antara akar dan awan,
antara tengkorak yang diam
dan Garuda yang abadi terbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar