Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---
🔸 Transliterasi Aksara Bali ke Latin
Om namo śivāya || śivāya namaḥ ||
śuddha śivatmaka || paramātma śiva ||
ākāśa tattva śūnya tattva
śūnya mahāśūnya tattva śūnya
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
śiva mahāśiva || śūnya cakra cakra cakra
cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra
cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
cakra cakra cakra cakra cakra cakra
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva
śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva śiva
cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra cakra
śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya śūnya
---
🔸 Makna Teologis
Teks ini mencerminkan doa atau japa mantra yang sangat simbolik, menggambarkan tingkat spiritualitas tinggi dalam ajaran Siwa, dengan pemahaman sebagai berikut:
1. Om Namo Śivāya || Śivāya Namaḥ ||
Merupakan Pañcākṣara Mantra, yang sangat suci dalam ajaran Śaiva.
Artinya: “Sembah sujud hamba kepada Śiva”
Makna teologisnya adalah penyerahan total (ātma-samarpaṇa) kepada Śiva sebagai perwujudan kebesaran mutlak, kesucian tertinggi, dan kesadaran murni (śuddha caitanya).
2. Śuddha Śivātmaka || Paramātma Śiva ||
Makna: “Beliau adalah Atman yang murni, Śiva adalah Paramātman (Atman Tertinggi)”
Menunjukkan puncak dari kesadaran spiritual Hindu bahwa Atman adalah satu dengan Brahman atau Śiva itu sendiri.
3. Ākāśa Tattva – Śūnya Tattva – Mahāśūnya
Pengulangan kata śūnya dan cakra menggambarkan fase kosmogoni spiritual:
Ākāśa Tattva: Unsur ruang, tempat asal segala vibrasi.
Śūnya Tattva / Mahāśūnya: Kekosongan agung, yaitu kekosongan yang penuh kesadaran, dasar filsafat dalam tradisi Tantra dan Śiva Sidhānta. Dalam keadaan ini, segala dualitas lenyap.
4. Cakra (pengulangan berkali-kali)
Cakra dalam konteks ini bukan hanya lingkaran energi tubuh (chakra yoga), tetapi juga simbol dari:
Gerak kosmik dan rotasi waktu
Pengulangan samsāra
Simbol pelarutan (pralaya) dan penciptaan (sṛṣṭi)
Dalam japa ini, cakra diulang sebagai bentuk kontemplasi mendalam atas struktur spiritual alam semesta dan tubuh manusia.
5. Pengulangan "Śūnya" dan "Śiva"
Simbol proses spiritual menuju keheningan mutlak (śūnya) yang berakhir dalam penyatuan dengan kesadaran tertinggi (Śiva). Dalam konsep samādhi, pengulangan ini merepresentasikan laku batin untuk menghilangkan ego, pikiran, dan bentuk.
---
🔸 Kesimpulan Teologis
Mantra ini merupakan bentuk pengosongan diri menuju Śiva, dan menjadi bagian dari praktik japa, dhyāna (meditasi), dan upacara penyucian diri di tingkat spiritual tinggi. Dengan menyebut “śūnya” dan “cakra” secara berulang, pemuja memasuki medan hening, lalu mencapai puncak pencapaian mistis: penyatuan dengan Mahāśūnya, yaitu Śiva sendiri dalam bentuk nirguṇa (tanpa sifat, tanpa bentuk, tanpa batas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar