📰 KORAN ILMIAH PENDIDIKAN
GURU BUKAN HANYA BUTUH GAJI, MEREKA JUGA BUTUH DIHARGAI
Tugas Mereka Bukan Sekadar Mengajar, Tetapi Membangun Peradaban
✍️ Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
KEBUTUHAN MENDASAR SEBAGAI GURU
Refleksi Eksistensial Pendidik di Tengah Tantangan Zaman
Menjadi seorang guru adalah jalan dharma, bukan sekadar profesi. Di balik penampilan tenang di ruang kelas, sesungguhnya mereka adalah pahlawan spiritual yang terus berjuang menanam benih-benih peradaban.
Guru bukan hanya membagikan pengetahuan, tetapi juga membentuk watak, menanam nilai, dan menjaga keberlanjutan moral bangsa.
Seorang guru mendidik dengan hati, membimbing dengan welas asih, dan menghidupkan pelita kesadaran.
🔹 01. Kebutuhan Akan Makna (Meaning)
Setiap guru menginginkan kepastian bahwa apa yang ia lakukan bermakna, bukan sekadar rutinitas.
Mengajar adalah panggilan jiwa, bukan tugas administratif.
🕉 Sloka:
सा विद्या या विमुक्तये।
sā vidyā yā vimuktaye
“Itulah pengetahuan sejati yang membebaskan.”
Makna sejati profesi guru adalah membebaskan jiwa dari kegelapan ketidaktahuan (avidyā). Tanpa makna, pengabdian menjadi hampa. Dengan makna, pengabdian menjadi doa yang hidup.
🔹 02. Kebutuhan Akan Pengakuan Martabat
Martabat guru bukan ditentukan oleh status sosial, melainkan oleh nilai kontribusinya terhadap peradaban.
Ia ingin didengar, dihormati, bukan hanya sebagai pelaksana, tetapi sebagai pemikir dan penentu arah pendidikan.
🕉 Sloka:
आचार्याद् पादमादत्ते पादं शिष्यः स्वमेधया।
ācāryād pādam ādatte pādaṁ śiṣyaḥ svamedhayā
“Seperempat ilmu didapat dari guru, seperempat dari usaha sendiri…”
Sloka ini menunjukkan bahwa peran guru adalah pilar utama dalam aliran ilmu pengetahuan, bukan sekadar pengantar bahan ajar. Maka, pengakuan terhadap martabatnya adalah mutlak.
🔹 03. Kebutuhan Akan Relasi yang Bermakna
Hubungan guru dengan murid, sejawat, dan masyarakat haruslah relasi yang hangat dan suportif.
Guru bukan musuh, bukan pesuruh, tapi sahabat spiritual dalam pertumbuhan jiwa.
🕉 Sloka:
मातृदेवो भव। पितृदेवो भव। आचार्यदेवो भव।
mātṛ-devo bhava, pitṛ-devo bhava, ācārya-devo bhava
“Jadikan ibumu sebagai dewa, ayahmu sebagai dewa, dan gurumu sebagai dewa.”
Relasi suci ini menuntut rasa hormat, kasih, dan kemitraan, bukan intimidasi atau kompetisi.
🔹 04. Kebutuhan Akan Pengembangan Diri
Guru yang tidak belajar akan kehilangan daya ajarnya. Mereka perlu ruang:
- Untuk berevolusi dalam metode,
- Untuk mengeksplorasi teknologi dan filosofi baru,
- Untuk terus menyalakan jyotiḥ (cahaya) dalam batin anak didik.
🕉 Sloka:
न हि ज्ञानेन सदृशं पवित्रमिह विद्यते।
na hi jñānena sadṛśaṁ pavitram iha vidyate
“Tak ada yang lebih suci daripada pengetahuan.”
Pendidikan guru adalah pendidikan bangsa. Tanpa pengembangan, peradaban berhenti.
🔹 05. Kebutuhan Akan Keamanan dan Kesejahteraan
Gaji adalah simbol keadilan dan penghargaan, bukan sekadar angka.
Guru memerlukan:
- Penghasilan yang bermartabat,
- Rasa aman dari tekanan sosial dan hukum,
- Ruang pribadi untuk istirahat dan refleksi.
🕉 Sloka:
अन्नं ब्रह्मेत्येव विद्धि।
annaṁ brahmetyeva viddhi
“Ketahuilah bahwa makanan (penghidupan) adalah Brahman (yang suci).”
Maka, mencukupi kebutuhan hidup guru adalah tindakan spiritual, bukan beban negara.
🔹 06. Kebutuhan Akan Kebebasan Bermakna
Mengajar adalah seni yang unik. Guru butuh:
- Kebebasan dalam berekspresi,
- Fleksibilitas untuk menyesuaikan materi dengan jiwa murid,
- Kepercayaan untuk menjalankan metode yang kontekstual.
🕉 Sloka:
स्वधर्मे निधनं श्रेयः परधर्मो भयावहः।
svadharme nidhanam śreyaḥ paradharmo bhayāvahaḥ
“Lebih baik mati dalam menjalankan dharma sendiri daripada hidup dalam dharma orang lain.”
Guru harus dipercaya menjalankan dharma profesinya sendiri, bukan sekadar tunduk pada birokrasi membelenggu.
🔹 07. Kebutuhan Akan Keseimbangan dan Pengakuan
Guru bukan makhluk sempurna, tetapi mereka membutuhkan keseimbangan antara kerja dan kehidupan, antara harapan dan pengakuan.
Ia ingin:
- Didengar sebagai manusia, bukan hanya profesional,
- Dihargai dalam diam, bukan sekadar di panggung.
🕉 Sloka:
यथा चन्द्रस्तमः पत्यं तमेव व्यपोह्य तिष्ठति।
yathā candras tamaḥ patyaṁ tameva vyapohya tiṣṭhati
“Seperti bulan yang mengusir kegelapan dan bersinar, demikianlah guru yang membimbing muridnya.”
Guru adalah bulan dalam langit pendidikan. Mereka bersinar bukan karena pujian, tapi karena keikhlasan dan cinta.
🎓 PENUTUP: GURU ADALAH ARSITEK PERADABAN
Negara yang menghormati guru adalah negara yang sedang menanam peradaban.
Negara yang membiarkan guru dilupakan, sedang menanam kehancuran.
Guru bukan mesin. Guru adalah makhluk mulia.
Ia tidak meminta disembah, cukup dihargai.
Ia tidak menuntut kekuasaan, cukup dipercaya.
Ia tidak butuh sanjungan, cukup dipahami.
“Bangsa yang besar bukan karena gedung-gedung pencakar langit, tetapi karena hati yang dibangun oleh guru dengan cinta dan kesabaran.”
📚 Koran Ilmiah Pendidikan — Edisi Khusus Hari Guru Nusantara
Dicetak oleh: Yayasan Widya Daksha Dharma Press Griya Agung Bangkasa
Distribusi: Seluruh Sekolah & Lembaga Pendidikan se-Nusantara
Tahun: 2025 | ISSN: 2897-239X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar