“Dalam Diam, Kita Kuat”
Karya: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Berhenti menceritakan apa yang terjadi dalam hidupmu—
bukan karena dunia tak peduli,
melainkan karena kebisingan
tak pernah benar-benar mendengarkan.
Ada luka yang tak butuh tepuk tangan,
ada perjuangan yang hanya bisa dihayati
oleh yang menjalaninya,
sendiri, dalam senyap,
dalam sabar yang tak meminjam panggung.
Pengalaman ini bukan untuk semua mata.
Bukan untuk semua kuping.
Hanya bagi mereka yang
diam-diam menahan amarah
agar tidak menjelma dendam,
diam-diam menggenggam luka
agar tidak menjadi warisan.
Bagi mereka yang duduk sendiri di malam bertanya:
apa sebenarnya yang penting
di antara semua ambisi yang saling menabrak?
Stoikisme bukan tentang menjadi kebal,
tapi tentang mengenal badai
tanpa kehilangan pusat arah.
Tentang memeluk rasa kecewa
tanpa perlu menumpahkan air mata di hadapan dunia.
Kita tidak menjual motivasi murah.
Kita hanya berjalan pelan—
bersama,
menembus kabut pikiran
seperti fajar yang tidak pernah terburu-buru
namun pasti datang.
Pelajaran hidup tidak ditelan sekaligus,
ia diresapi,
satu teguk,
satu hari,
satu napas.
Jika kamu bertahan sampai akhir,
bukan karena penasaran,
tapi karena kamu mulai mendengarkan
dirimu sendiri.
Bukan dunia yang berubah,
tapi cara pandangmu.
Dan dari situlah,
segala kekuatan muncul:
dalam diam,
dalam kesadaran,
dalam kebajikan
yang tak pernah berteriak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar