📰 KORAN ILMIAH HINDU
Edisi Rohani – Juni 2025
"Apa yang Kita Banggakan Akan Sirna: Tahta, Artha, Wanita, dan Kecantikan dalam Perspektif Hindu"
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan
Dalam kehidupan modern, manusia mudah terjebak dalam kebanggaan duniawi: tahta (kekuasaan), artha (kekayaan), strī (wanita), dan rūpa (kecantikan). Namun dalam ajaran Hindu, semua hal ini adalah maya – semu dan tidak abadi. Kebijaksanaan Hindu mengajarkan bahwa kita harus menjalani hidup ini dengan penuh syukur, kesadaran, dan keikhlasan.
Kutipan Sloka Hindu Terkait
📜 Sloka Sanskerta:
यस्य नाहंकारो न च ममत्वं न जातु तृष्णा न च लोभबन्धः ।
तं मुक्तिमार्गे स्थितधीं समं ज्ञात्वा भजेत् पुरुषं सत्त्वयुक्तम् ॥
🔤 Transliterasi Latin:
yasya nāhaṅkāro na ca mamatvaṁ na jātu tṛṣṇā na ca lobhabandhaḥ |
taṁ muktimārge sthitadhīṁ samaṁ jñātvā bhajet puruṣaṁ sattvayuktam ||
💬 Makna Terjemahan:
"Barang siapa yang tidak memiliki keangkuhan, tidak menganggap apa pun sebagai miliknya, tidak terikat pada keinginan dan nafsu, tidak terperangkap oleh kerakusan – dialah yang berjalan di jalan kebebasan (moksha), memiliki keteguhan pikiran, dan patut dihormati sebagai manusia yang diliputi oleh sifat sattva (kebajikan).”
Analisis Filosofis Hindu
Sloka ini mencerminkan kebenaran yang mendalam: segala yang kita banggakan dalam dunia fana akan musnah. Dalam konteks ini, kita dapat merinci empat objek kebanggaan sebagai berikut:
-
Tahta (राज्य / rājya):
Kekuasaan duniawi adalah sementara. Banyak raja besar dalam sejarah Hindu seperti Ravana atau Duryodhana kehilangan segalanya karena kesombongan dan keterikatan. -
Artha (अर्थ):
Kekayaan material bukanlah ukuran nilai sejati manusia. Dalam Arthaśāstra dan Manusmṛti, disebutkan bahwa artha harus digunakan untuk dharma, bukan untuk pamer kekayaan. -
Strī (स्त्री):
Kecantikan wanita adalah ciptaan agung Brahman, namun dalam Bhagavad Gītā Bab 7, Śrī Kṛṣṇa berkata bahwa semua keindahan berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. -
Rūpa (रूप):
Kecantikan fisik adalah anitya – tidak kekal. Tubuh yang indah pun akan menjadi abu. Dalam sloka Kathopaniṣad, tubuh diibaratkan sebagai kereta yang membawa atman – bukan tujuan utama.
Sloka Pendukung Tambahan
🪷 Sanskara Baru:
न तव राज्यं न वित्तं न कामः
सर्वं त्याज्यं यदा देहं गच्छति ॥
🔤 Transliterasi:
na tava rājyaṁ na vittaṁ na kāmaḥ
sarvaṁ tyājyaṁ yadā dehaṁ gacchati ||
💬 Makna:
"Bukan kerajaanmu, bukan hartamu, bukan pula kenikmatanmu yang akan ikut bersamamu; semua itu akan ditinggalkan saat tubuh ini tiada."
Hidup dengan Syukur dan Ikhlas
Ajaran Veda tidak menyuruh kita meninggalkan dunia, tetapi untuk tidak terikat pada dunia. Dalam Bhagavad Gītā 2.47, Śrī Kṛṣṇa bersabda:
कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन ।
karmaṇyevādhikāraste mā phaleṣu kadācana
"Kau hanya berhak atas tindakanmu, bukan atas hasilnya."
Dengan demikian, jalani hidup ini sepenuh hati, nikmati apa yang ada dengan kesadaran rohani, dan syukurilah sebagai anugerah Tuhan. Tetaplah ikhlas.
Penutup
Tidak ada yang layak dibanggakan secara berlebihan. Apa yang kita kira sebagai milik kita sejatinya adalah titipan Tuhan. Keikhlasan adalah jalan menuju moksha, pembebasan sejati. Marilah kita hidup dalam satya (kebenaran), dama (pengendalian diri), dan śānti (kedamaian).
📿 Motivasi Harian Hindu:
“Jalani, nikmati, dan syukuri dengan penuh ikhlas; karena semua yang kau banggakan hanyalah bayangan di antara sinar dan kabut waktu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar