📰 Dharma Śāstra Bali
Edisi Khusus: Kearifan Lokal dalam Ritus Ngaben
Perbedaan Sumber Sastra dalam Upacara Ngaben: Apakah Membuatnya Salah dan Sia-sia?
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Teolog Hindu & Pemerhati Budaya Ritual Bali
---
📜 Pendahuluan: Kekayaan Tradisi dan Kebhinekaan Naskah
Pulau Bali, sebagai pusat laku spiritual dan ritual Hindu Nusantara, dikenal memiliki keragaman bentuk upacara Pitra Yajña atau Ngaben. Meski makna utamanya sama—mengantar ātman (roh) menuju dunia leluhur (pitṛ-loka), namun tata caranya berbeda dari satu desa ke desa lain. Perbedaan ini tidak lepas dari sumber sastra (lontar, epos, śāstra) yang digunakan oleh masing-masing komunitas adat dan griya.
Ada yang berpedoman pada Lontar Yama Tattwa, ada pula pada Lontar Siwa Tattwa, Lontar Pitra Yajña, bahkan sebagian memakai acuan klasik dari Garuda Purāṇa, Vāyu Purāṇa, Markandeya Purāṇa, hingga Bhagavadgītā. Apakah perbedaan pedoman ini menyebabkan salahnya upacara Ngaben?
---
📚 Dharma Tidak Monolitik: Menjawab Melalui Sloka Weda
Dalam Weda, ada prinsip fundamental yang mengakomodasi keragaman:
> एकं सद्विप्रा बहुधा वदन्ति
Ekaṁ sad viprā bahudhā vadanti
(Ṛgveda 1.164.46)
Makna:
"Kebenaran itu satu, namun para bijak menyebutnya dengan banyak nama dan cara."
Sloka ini adalah landasan inklusifitas spiritual dalam Hindu. Bahwa cara berbeda tidak berarti keliru, selama masih berada dalam koridor dharma. Dalam konteks Ngaben, selama tujuannya suci—yakni memerdekakan roh leluhur dari keterikatan duniawi—maka perbedaan teknis bukanlah kesalahan, melainkan adaptasi kontekstual budaya dan desa kala patra.
---
🔍 Desa Kala Patra: Landasan Suci Kekayaan Lokal
Konsep desa kala patra adalah prinsip filsafat lokal Hindu Bali yang mengizinkan adaptasi waktu (kala), tempat (desa), dan keadaan (patra) dalam menjalankan ajaran suci. Ini selaras dengan ajaran śāstra:
> धर्मं सन्तत्यजनीयम् देशे काले च पात्रतः।
Dharmaṁ santatyajanīyam deśe kāle ca pātrataḥ.
(Smṛti Chandrika)
Makna:
"Dharma hendaknya tidak ditinggalkan, namun bisa disesuaikan menurut tempat, waktu, dan kondisi individu."
Jadi, perbedaan lontar atau petunjuk dalam upacara Ngaben bukan kesalahan, melainkan bentuk adaptasi spiritual berdasarkan kearifan lokal yang sah menurut dharma.
---
🔬 Analogi Ilmiah: Seperti Ilmu Kedokteran
Bila kita analogikan dengan dunia kedokteran: satu penyakit bisa ditangani dengan metode berbeda—pengobatan Barat, Timur, Ayurveda, atau herbal—selama dasarnya ilmiah dan menyelamatkan pasien. Demikian pula dalam Ngaben: selama dilandasi niat dharma, sarana patut, dan sastra spiritual, maka ritual tetap sah dan bermakna, walau jalurnya berbeda.
---
💠 Ngaben adalah Bhakti, Bukan Ajang Persaingan
Ritual Ngaben bukanlah kompetisi teologis, melainkan bentuk bhakti dan dharma kepada leluhur. Fokusnya bukan pada siapa yang paling "benar", melainkan pada ketulusan dan keutuhan dalam pelaksanaan yajña.
Sebagaimana diajarkan dalam Bhagavadgītā:
> पत्रं पुष्पं फलं तोयं यो मे भक्त्या प्रयच्छति।
Patraṁ puṣpaṁ phalaṁ toyaṁ yo me bhaktyā prayacchati
(Bhagavadgītā 9.26)
Makna:
"Daun, bunga, buah, atau air — jika dipersembahkan dengan bhakti, Aku menerimanya."
Bhakti adalah jiwa dari ritual. Maka, selama persembahan Ngaben disertai ketulusan dan niat mulia, Tuhan dan leluhur tetap menerimanya, meskipun caranya berbeda-beda.
---
✅ Kesimpulan: Beda Bukan Salah, Tapi Bentuk Cinta Lokal
Tidak ada upacara Ngaben yang sia-sia, selama dilakukan dengan dasar śāstra yang kontekstual, niat yang tulus, dan pemahaman spiritual yang benar. Justru, keragaman sumber sastra mencerminkan kekayaan intelektual dan kearifan lokal Bali, yang menghidupi dharma dalam warna-warni budaya.
Perbedaan adalah anugerah, bukan kutukan. Ia membuka jalan bahwa kebenaran itu luas, dan setiap desa memiliki jalan suci menuju pelepasan atma yang tetap sah di hadapan Hyang Widhi dan para leluhur.
---
📍 Catatan Redaksi:
Apabila ingin mempelajari lebih lanjut tentang masing-masing lontar pedoman Ngaben di desa Anda, disarankan berdialog dengan Sulinggih, Pemangku, atau Tetua Adat, agar pemahaman lokal dapat terus lestari dalam terang śāstra.
🕉️
Tidak ada komentar:
Posting Komentar