Etika Kesucian dan Laku Satvika dalam Perspektif Hindu: Menafsirkan Sikap Menolak Jabat Tangan dari Sudut Pandang Teologi Hindu
Pendahuluan
Dalam berbagai konteks budaya dan agama, tindakan sosial seperti berjabat tangan memiliki makna simbolik yang mendalam. Namun, dalam ajaran Hindu, ada dimensi spiritual dalam setiap laku tubuh (kāya) yang bisa menjadi pertimbangan seseorang untuk memilih menahan diri dari kontak fisik tertentu, apalagi jika dianggap dapat mempengaruhi kesucian atau satvika-bhāva (keadaan kemurnian pikiran dan jiwa).
Fenomena Kang Dedi Mulyadi yang terlihat menolak berjabat tangan dalam video yang beredar luas ini dapat ditafsirkan bukan sebagai tindakan anti-sosial, tetapi sebagai bentuk kesadaran spiritual atas nilai-nilai kesucian, kendali diri, dan tata etika Hindu yang luhur.
---
I. Makna Jabat Tangan dan Alternatif Hindu: Añjali Mudrā
Dalam tradisi Hindu, salam tidak dilakukan dengan kontak fisik langsung. Gestur menyatukan kedua telapak tangan di depan dada yang disebut añjali mudrā lebih banyak digunakan sebagai bentuk penghormatan.
📜 Sloka Sanskerta:
> नमस्ते ते भवति शुभं यत्र सत्वं प्रतिष्ठितम्।
namaste te bhavati śubhaṁ yatra sattvaṁ pratiṣṭhitam.
Makna:
“Salam hormat padamu, wahai yang membawa kebaikan, di mana satva (kemurnian) itu bersemayam.”
🧭 Sloka ini menekankan bahwa salam dalam Hindu bukan hanya kebiasaan, tetapi merupakan sarana untuk menjaga vibrasi kesucian. Dengan tidak bersentuhan secara fisik, seseorang menjaga aliran energi spiritual (prāṇa) tetap murni, terutama dalam laku spiritual atau saat melaksanakan vrata (pantangan).
---
II. Pengendalian Diri (Yama-Niyama) sebagai Landasan Etis
Dalam Aṣṭāṅga Yoga yang diajarkan oleh Maharṣi Patañjali, terdapat prinsip yama dan niyama sebagai dasar kendali diri. Salah satunya adalah:
📜 Sloka Sanskerta:
> शौचसंतोषतपःस्वाध्यायेश्वरप्रणिधानानि नियमाः॥
śauca-santoṣa-tapaḥ-svādhyāya-īśvara-praṇidhānāni niyamāḥ॥
(Yoga Sūtra II.32)
Makna:
"Kesucian (śauca), kepuasan batin, tapa (disiplin diri), belajar spiritual, dan ketundukan kepada Tuhan adalah bagian dari niyama (aturan suci dalam laku batin)."
🧭 Jika seseorang sedang melaksanakan laku spiritual tertentu (misalnya brata, tapa, atau mauna), maka menjaga tubuh dari sentuhan bisa jadi bagian dari pelestarian śauca dan tapa.
---
III. Energi Prāṇa dan Tubuh sebagai Wadah Suci (Śarīra Mandala)
Tubuh manusia dalam ajaran Hindu disebut śarīra mandala — wadah suci tempat atman bersemayam. Oleh karena itu, menjaga tubuh dari interaksi fisik yang tidak perlu dianggap bagian dari brahmacarya (pengendalian diri) dan ātmavijaya (penaklukan diri).
📜 Sloka Sanskerta:
> देहो देवालयः प्रोक्तः स जीवः केवलः शिवः।
deho devālayaḥ proktaḥ sa jīvaḥ kevalaḥ śivaḥ.
Makna:
"Tubuh ini disebut kuil Tuhan, dan jiwa yang bersemayam di dalamnya tiada lain adalah Śiva."
🧭 Maka, seseorang yang menolak jabat tangan bisa jadi sedang menjaga tubuhnya sebagai devālaya (kuil suci) — bentuk penghormatan terhadap ātman dan Paramātman.
---
IV. Perspektif Dharma: Bertindak Sesuai Kebenaran Batin
Dharma bukan hanya hukum moral eksternal, melainkan juga tindakan yang selaras dengan suara batin dan kesadaran spiritual seseorang. Jika seseorang merasakan bahwa berjabat tangan akan melanggar kesucian atau laku spiritualnya, maka penolakan tersebut merupakan ekspresi dari svadharma (kewajiban pribadi).
📜 Sloka Bhagavadgītā:
> श्रेयान्स्वधर्मो विगुणः परधर्मात्स्वनुष्ठितात्।
śreyān svadharmo viguṇaḥ paradharmāt svanuṣṭhitāt.
(Bhagavadgītā III.35)
Makna:
"Lebih baik menjalankan dharma sendiri meskipun belum sempurna, daripada menjalankan dharma orang lain dengan sempurna."
🧭 Kang Dedi mungkin mengikuti suara dharma pribadinya yang lebih tinggi, sebagai upaya menjaga kemurnian spiritual dalam konteks yang lebih luas daripada sekadar etiket sosial.
---
Penutup: Meneladani Jalan Satvika dan Kesucian
Dalam era di mana simbolisme sosial lebih sering diagungkan daripada nilai spiritual, tindakan seperti tidak berjabat tangan karena alasan prinsip spiritual perlu dilihat secara adil dan bijak. Dalam ajaran Hindu, setiap tindakan dilandasi oleh kebersihan niat (śuddha-bhāva) dan keselarasan dengan dharma.
🕉️ Dengan mengingat bahwa tubuh ini adalah kuil Tuhan (devālaya), maka menjaga kesucian melalui pilihan yang tidak biasa — termasuk tidak berjabat tangan — adalah bagian dari jalan menuju mokṣa, kebebasan spiritual sejati.
---
Daftar Pustaka
1. Bhagavadgītā dengan Tafsiran Swami Chinmayananda
2. Yoga Sūtra Patanjali – Sri Swami Satchidananda
3. Manusmṛti dan Upaniṣad Utama
4. Sāṁkhya Kārikā – Īśvarakṛṣṇa
5. Dialog Etika Hindu Modern – I Gede Karyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar