Rabu, 25 Juni 2025

Genealogi Swara dan Aksara

JURNAL ILMIAH

Genealogi Swara dan Aksara A I U E O e: Menelusuri Asal-usul dari Lontar Prakempa
Oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---

Abstrak

Penelitian ini mengkaji asal-usul aksara vokal dasar dalam aksara Bali, khususnya bunyi A, I, U, E, O, dan e, dengan titik awal dari simbol fonetik kosmis: Wisah, Taleng, dan Cecek. Sumber utama kajian ini adalah Lontar Prakempa Bait 5, sebuah manuskrip kuno yang memuat filosofi asal-usul suara bumi (Swara Bumi) dan struktur aksara dalam konteks kosmologi Hindu Bali. Penelitian ini memadukan pendekatan filologi lontar, etnolinguistik, dan teologi swara untuk memaparkan hubungan antara aksara dasar vokal dan tatanan metafisis penciptaan alam semesta.

Kata Kunci: Swara Bumi, Lontar Prakempa, Wisah, Taleng, Cecek, Aksara Bali, A I U E O e, Kosmologi Hindu Bali.
---

Pendahuluan

Aksara Bali adalah lebih dari sekadar sistem penulisan. Ia adalah prasasti sonik dari kehendak kosmis, jejak metafisis yang menghubungkan dimensi spiritual dan material. Salah satu pertanyaan fundamental dalam linguistik spiritual Bali adalah: dari mana asal aksara vokal A I U E O e? Jawaban atas misteri itu tersembunyi dalam lembaran Lontar Prakempa, terutama dalam Bait 5 yang membahas lahirnya Swara Bumi melalui Wisah, Taleng, dan Cecek.
---

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika lontar, analisis semiotik aksara, dan teologi swara. Teknik triangulasi dilakukan dengan cara:

1. Analisis tekstual Lontar Prakempa

2. Wawancara dengan pinandita dan sulinggih

3. Studi komparatif dengan sistem fonetik Sanskerta dan aksara Jawa Kuno.
---

Hasil dan Pembahasan

1. Konsep Swara Bumi: Awal Mula Segalanya

Dalam Bait 5 Lontar Prakempa, disebutkan bahwa bumi dan suara muncul sebagai hasil Yoga Sang Hyang Tri Wisesa. Dari keheningan agung, keluarlah tiga aksara kosmis utama:

Wisah (สƒ) → Lambang energi spiritual atas (suara tinggi, langit).

Taleng (สง) → Lambang energi tengah (ruang antara langit dan bumi).

Cecek (ส”) → Lambang energi bawah (getaran material bumi).


Ketiga aksara ini bukan hanya fonem, melainkan fondasi vibrasi universal, bibit dari seluruh aksara vokal dalam bahasa Bali.
---

2. Transformasi Wisah-Taleng-Cecek menjadi Aksara Vokal A I U E O e

Setelah manifestasi Wisah, Taleng, dan Cecek, muncul evolusi sonik menjadi pancang swara (vokal utama):

Simbol Kosmik Transposisi Swara Aksara Vokal

Wisah Nada tinggi I dan E
Taleng Nada tengah A
Cecek Nada rendah U, O, dan e


Analisis Filosofis:

"A" → Mewakili Taleng, pusat dari semua getaran (Mid-Universe, Bhuwana Alit).

"I" dan "E" → Turunan dari Wisah, sebagai bentuk ekspansi atas.

"U", "O", dan "e" → Turunan dari Cecek, getaran dari bumi (Bhuwana Agung bawah).

Secara teologis, proses ini menggambarkan Sandhi Reka, yaitu transformasi Swara Bumi menjadi Aksara Bumi.
---

3. Pemetaan Arah dan Warna Swara: Aksara dalam Konstelasi Kosmik

Bait lanjut dari Lontar Prakempa menunjukkan pemetaan aksara swara menurut arah mata angin (pangider-ideran):

Arah Warna Aksara Swara

Purwa (Timur) Putih Sang dang
Nairiti (Tenggara) Dadu Nang ndang
Daksina (Selatan) Bang Bang ding
Pascima (Barat) Kwanta Mang nding
Kulon (Barat Laut) Jnar Tang deng


Interpretasi:
Penyebaran aksara ini mempertegas bahwa A I U E O e bukan hanya konstruksi linguistik, tetapi hasil dari pemetaan energi kosmik dalam ruang dimensi spiritual Bali.
---

4. Makna Teologis dan Relevansi Musik Gamelan

Aksara vokal dasar ini menjadi landasan laras dalam sistem musikal Bali, khususnya dalam laras pelog dan slendro. Setiap nada gamelan adalah manifestasi sonik dari swara awal alam semesta, menjadikan musik Bali bukan sekadar seni, melainkan ritus getaran spiritual.
---

Kesimpulan

Melalui Lontar Prakempa, dapat dipahami bahwa Aksara A I U E O e adalah hasil turunan metafisis dari aksara Wisah, Taleng, dan Cecek. Proses transformasi ini mencerminkan penciptaan semesta versi Hindu Bali, di mana swara adalah cahaya terdengar, dan aksara adalah jejak ilahi dalam bahasa manusia. Penelitian ini membuka peluang studi lanjut tentang hubungan antara filologi lontar, ilmu linguistik Hindu, dan etnomusikologi Bali.
---

Daftar Pustaka

1. Lontar Prakempa (Manuskrip Bali Kuno, Koleksi Pribadi).

2. I Wayan Rai. (2000). Pengantar Ilmu Karawitan Bali. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

3. Goris, R. (1954). Prasasti Bali. Jakarta: Balai Pustaka.

4. Manuaba, I Gede Sugata Yadnya. (2025). Sandhi Reka dan Swara Kosmik: Tafsir Tattwa Lontar Prakempa. Bongkasa: Widya Daksha Dharma Press.

5. Robi Indrawan, I Putu (2025) Analisis Bunyi dalam Lontar Prakempa (Perspektif Teologi Aksara). Denpasar: Sekripsi Fakultas Brahma Widya UHN I Gst Bgs Sugriwa. 

6. Titib, I Made. (1996). Teologi dan Filsafat Hindu. Surabaya: Paramita.
---

Profil Penulis:

I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Guru Bahasa Bali, SMP Negeri 4 Abiansemal. Ketua Yayasan Widya Daksha Dharma. Ketua Koperasi Maha Daksa Sandhi. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar