Puisi “Revitalisasi Spiritualitas Lokal: Jagabaya Dulang Mangap”
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---
Om Swastiastu
Dalam desir angin pagi di pelataran suci,
terpatri kisah purba dalam kidung yang abadi.
Jagabaya Dulang Mangap, nama yang bergaung tenang,
bukan sekadar warisan, tapi suluh dalam terang.
Mereka bukan pasukan, bukan pula barisan
tetapi para penjaga dharma dari zaman ke zaman.
Langkah mereka bukan gegap gempita semata,
melainkan jejak yang ditulis dengan cinta dan tata.
Di Pura Panataran Agung, suara kidung menggema,
Ida Bhatara Mpu Gana — Hyang pemersatu semesta.
Dari Pasek untuk jagat, dari leluhur untuk nusa,
beliau tanamkan benih kearifan dalam jiwa yang merdeka.
धर्म एव हतो हन्ति धर्मो रक्षति रक्षितः।
Dharma eva hato hanti dharmo rakṣati rakṣitaḥ,
Peluklah dharma dengan seluruh jiwa,
karena ia yang menjaga, ialah pelindung semesta.
---
Tri Hita Karana—tiga cahaya dalam satu cakra,
Parahyangan: bhakti tak putus pada Hyang Widhi Wasa.
Pawongan: eratkan rasa, dalam ikatan tulus sesama.
Palemahan: cium tanah dengan bakti, jangan biarkan ia luka.
Di sepanjang jalur pemelastian,
di setiap semak yang dibersihkan,
terdengar kidung diam-diam:
“Kami hadir, bukan untuk dipuja,
tapi untuk melayani warisan jiwa.”
---
Ngetut Pengelingsir Sang Pelopor, dengan lagas lan kelascaryaan,
bukan sekadar meniru, tapi menghidupkan dengan keikhlasan.
Bukan hanya mengenang, tapi merawat dengan tangan,
menyambung masa depan lewat kearifan berkesinambungan.
Jagabaya bukan hanya nama,
ia adalah doa yang menjelma,
ia adalah genta dalam sunyi,
ia adalah akar dalam gemuruh bumi pasemetonan.
---
कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन।
Karmaṇy-evādhikāras te mā phaleṣu kadācana,
Berbuatlah tanpa menanti balasan,
Karena cinta sejati tak butuh sanjungan.
---
Wahai generasi pewaris dharma,
dengarlah bisikan leluhur dari timur cakrawala:
Jagabaya Dulang Mangap bukan sekadar legenda,
tetapi cerminmu untuk berjalan tanpa noda.
Jadilah penjaga bukan hanya pagar,
jadilah cahaya bukan hanya pelita sebentar.
Karena dunia tak hanya butuh suara,
tetapi juga tindakan yang menyatu dengan semesta.
---
Maka, di parhyangan Pundukdawa ini kami bersumpah:
melangkah dengan tulus, bertindak dengan berkah.
Bersama Ida Bhatara, dengan konsep Tri Hita Karana,
kami ukir masa depan dengan tangan dan mantra.
Rahayu ping siu, rahayu sedaging nyane,
rahayu jagat, rahayu semesta,
dalam setiap langkah yang berserah.
Om Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar