Kamis, 17 April 2025

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana: Tafsir Spiritual dan Fungsional Berdasarkan Konsep Sang Mpu Raga oleh Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek yang berstana Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa merupakan manifestasi pengabdian suci kepada leluhur Pasek sebagai sumber eksistensi dan spiritualitas pasemetonan. Artikel ini membedah makna dan fungsi pura tersebut dalam perspektif dharma, berdasarkan spirit Sang Mpu Raga yang digagas oleh Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa. Dalam cakrawala pemikiran ini, parhyangan tidak hanya sebagai altar persembahan, namun sebagai ruang kesadaran dharmika dan pusat orientasi nilai-nilai Guyub, Wirang, dan Satya.


Kutipan Sloka Sansekerta:

यथा देहे तथा स्थाने, यथा आत्मा तथा देवता।
तस्मात् पूज्यं सदा स्थलं, यत्र देवो प्रतिष्ठितः॥

Transliterasi:
Yathā dehe tathā sthāne, yathā ātmā tathā devatā.
Tasmāt pūjyaṁ sadā sthalaṁ, yatra devo pratiṣṭhitaḥ.

Makna:
Sebagaimana tubuh adalah wadah jiwa, demikian pula pura adalah wadah keberadaan dewa. Oleh karena itu, tempat suci di mana Tuhan berstana patut selalu dihormati dan dimuliakan.


Pendahuluan:

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Bukit Pundukdawa bukanlah sekadar bangunan suci dalam ranah ritualistik. Ia adalah monumen spiritual yang merepresentasikan taksu dari pengabdian leluhur kepada semesta. Berdiri atas niat luhur Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, pura ini menjelma menjadi poros konsolidasi spiritual, sosial, dan kultural bagi pasemetonan Pasek di seluruh nusantara.


Konsep Sang Mpu Raga:

Ida Sinuhun memosisikan diri bukan sebagai tokoh monumental, melainkan Mpu Raga — tubuh spiritual yang menjembatani niat, karya, dan hasil bagi generasi pretisentana. Dalam narasi beliau, pendirian pura adalah penjelmaan dari satya karya yang bersumber dari niat suci, bukan kemegahan fisik semata. Inilah wujud pelampauan atas nilai-nilai duniawi menuju keabadian nilai.


Makna Pura Penataran Agung:

  1. Sebagai Pusat Peneguhan Dharma
    Pura ini mengajarkan pentingnya membumikan nilai dharma dalam kehidupan pasemetonan. Ritual di sini bukan hanya persembahan, tetapi refleksi batin dan adhyatmika yoga.

  2. Sebagai Wahana Kesadaran Kolektif
    Pura menyatukan seluruh varna Pasek dalam satu lingkar spiritualitas. Ia adalah simbol guyub — kebersamaan dalam keharmonisan, tempat semua sekat luluh oleh niat bhakti.

  3. Sebagai Cermin Eksistensi Leluhur
    Ida Bhatara Mpu Gana yang distanakan adalah cerminan spirit Mpu Gunawan, Mpu Ghana, dan Mpu Gni Jaya dalam sejarah Pasek. Ia menjadi penjaga nilai-nilai luhur agar tidak tergerus zaman.


Fungsi Parhyangan Catur:

Dalam struktur spiritualnya, pura ini memuat empat poros (catur parhyangan) yaitu:

  1. Parhyangan Purusa (Sang Hyang Widhi)
  2. Parhyangan Dewa Pitara (Leluhur)
  3. Parhyangan Bhuwana (Alam dan unsur kehidupan)
  4. Parhyangan Atma (Diri spiritual sebagai mikrokosmos)

Keempat unsur ini terintegrasi dalam wujud Meru Tumpang Telu, simbol trimurti serta harmoni bhur-bwah-swah yang diidealkan oleh Sang Mpu Raga.


Analisis Nilai Guyub, Wirang, dan Satya:

  • Guyub:
    Mewujud dalam gotong-royong pasemetonan dalam mendukung karya agung di pura ini. Tidak ada kasta, tidak ada kasta, hanya satu rasa: bhakti.

  • Wirang:
    Adalah kesadaran bahwa setiap tindakan kita diperhitungkan secara spiritual. Ia adalah rem yang menghindarkan dari kesombongan dan pengkhianatan pada leluhur.

  • Satya:
    Merupakan benang merah dari seluruh karya di pura ini. Tanpa satya, semua persembahan hanyalah hampa.


Penutup dan Refleksi:

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek adalah warisan tak ternilai. Ia bukan sekadar tempat suci, melainkan nadi spiritual yang hidup dalam kesadaran kita sebagai pretisentana. Dalam kerangka Sang Mpu Raga, pura ini mengajarkan bahwa yang abadi adalah niat, bukan bentuk fisik.


Kutipan Sloka Penutup:

नियतं कुरु कर्म त्वं कर्म ज्यायो ह्यकर्मणः।
Transliterasi:
Niyataṁ kuru karma tvaṁ karma jyāyo hyakarmaṇaḥ.
Makna:
Lakukanlah tugas suci yang telah ditetapkan, karena berkarya lebih utama daripada tidak berkarya. (Bhagavad Gita 3.8)


Dumogi Sang Hyang Widhi sareng para leluhur senantiasa nyarengin langkah subhakti kita.
Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar