Puja Mantra Pelindung: Menangkal Desti dan Pepasangan dalam Tradisi Bali
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan: Tubuh dan Alam sebagai medan spiritual
Dalam kosmologi Bali, penyakit tidak melulu berasal dari kerusakan fisik atau ketidakseimbangan unsur tubuh, namun sering pula merupakan akibat dari serangan kekuatan gaib, seperti desti atau pepasangan. Kedua bentuk energi niskala ini memiliki intensi destruktif yang dikirim melalui media seperti darah ayam, telur jumundana, tanah kuburan, hingga benda-benda bertuah.
Untuk menangkal atau menetralisasi kekuatan tersebut, digunakanlah mantra—rangkaian kata sakral dalam bahasa Sanskerta yang diyakini memiliki vibrasi spiritual tinggi dan mampu menggetarkan jagat sekala maupun niskala.
---
Puja Mantra Sansekerta: Perlindungan
Berikut adalah mantra perlindungan yang dapat digunakan dalam konteks pengusiran pepasangan, pembatalan desti, serta pemurnian ruang dan tubuh. Mantra ini dirancang secara tradisional berdasarkan struktur puja Stotra dan vibrasi suci dari teks Weda-Tantra.
Mantra (dengan transliterasi dan makna per baris):
1. Om Apavitrah Pavitro Va Sarvavastham Gato Api Va
(Baik suci maupun tidak, dalam segala kondisi pun seseorang berada,)
2. Yah Smaret Pundarikaksham Sa Bahyabhyantarah Shuchih
(Barang siapa mengingat Tuhan Bermata Teratai, ia menjadi suci lahir batin.)
3. Om Sri Vishnave Namah
(Aku bersujud kepada Sri Vishnu, Sang Pelindung Semesta.)
4. Om Namo Bhagavate Rudraya
(Salam hormat kepada Bhagawan Rudra, Sang Penakluk kekuatan jahat.)
5. Om Hrim Shrim Klim Chandikayai Namah
(Puji kepada Dewi Durga, pemberi kekuatan dan penghancur adharma.)
6. Om Dum Durgayei Namah
(Salam kepada Durga yang menaklukkan segala bentuk penderitaan.)
7. Om Aim Hrim Klim Chamundaye Vicce
(Dengan vibrasi ini, kutundukkan semua kekuatan jahat, demi Chamunda yang agung.)
8. Om Raksha Raksha Mahadeva
(Ya Mahadeva, lindungilah aku dari semua mara bahaya.)
9. Om Krim Kalikaye Namah
(Sujud kepada Ibu Kali, pemangsa kekuatan gelap.)
10. Om Sarva Roga Nivaranaya Namah
(Salam kepada yang menyembuhkan segala penyakit.)
11. Om Bhuta Preta Pisacha Mochanaya Namah
(Salam bagi yang membebaskan dari roh jahat dan makhluk niskala lainnya.)
12. Om Hanumate Namah
(Sujud kepada Hanuman, penjaga dan pelindung dari pengaruh gaib.)
13. Om Vajranakhaya Namah
(Salam kepada dia yang berkuku petir, penghancur kekuatan kegelapan.)
14. Om Sarva Papaharah Haraye Namah
(Kepada Hari yang melenyapkan semua dosa, aku berserah.)
15. Om Tryambakam Yajamahe Sugandhim Pushtivardhanam
(Kami memuja Tuhan bermata tiga, harum dan penyokong kehidupan.)
16. Urvarukamiva Bandhanan Mrityor Mukshiya Maamritat
(Lepaskan kami dari ikatan kematian sebagaimana buah lepas dari tangkai.)
17. Om Tat Purushaya Vidmahe Mahadevaya Dhimahi
(Kami mengenal Sang Purusha Agung dan bermeditasi kepada Mahadeva.)
18. Tanno Rudrah Prachodayat
(Semoga Rudra menerangi pikiran dan hidup kami.)
19. Om Shantih Shantih Shantih
(Damai bagi tubuh, pikiran, dan alam semesta.)
---
Penutup: Kekebalan Spiritual melalui Puja
Mantra di atas bukan sekadar rangkaian kata, tetapi medan energi yang menata ulang harmoni tubuh, lingkungan, dan takdir. Dalam kasus seperti pepasangan atau desti, selain menggunakan metode tradisional seperti balian panengen, sangat disarankan untuk mengiringi setiap pembersihan dengan pemanjatan puja ini.
Dengan pengulangan rutin, pemujaan sakral ini mampu membentuk perisai spiritual yang menolak segala bentuk niat jahat, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Makna dan Perlindungan Melalui Sloka Sanskerta dalam Tradisi Ajiwaian Sakti
Dalam pengobatan tradisional Bali, khususnya yang dikenal dengan sebutan Ajiwaian Sakti, terdapat keyakinan bahwa penyakit bebai bisa diakibatkan oleh pengaruh roh jahat yang masuk ke dalam tubuh seseorang. Oleh karena itu, selain pengobatan fisik dan herbal, perlindungan spiritual juga sangat ditekankan. Salah satu bentuk perlindungan tersebut adalah dengan melantunkan sloka-sloka suci dari ajaran Nawa Sanga. Sloka ini digunakan untuk menetralkan kekuatan negatif dan menjaga tempat tinggal dari gangguan roh jahat.
Sloka Perlindungan dalam Tradisi Bali: Makna Spiritual Melawan Bebai
Dalam tradisi spiritual Bali, dikenal berbagai bentuk mantra atau sloka suci yang dipercaya memiliki kekuatan melindungi manusia dari serangan energi negatif. Salah satunya adalah untuk menangkal penyakit non-medis yang dikenal sebagai bebai, yang diyakini disebabkan oleh gangguan roh atau energi jahat.
Berikut adalah beberapa sloka dari Aji Nawa Sanga yang digunakan untuk melindungi pekarangan rumah saat melaksanakan upacara yadnya agar terbebas dari gangguan bebai:
Sloka dan Maknanya:
1. Sloka untuk Iswara:
Om Sanghyang Iswara raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking purwa, umalatha sarwa pemali.
Makna: "Ya Sang Hyang Iswara, lindungilah pekarangan tempat dilaksanakannya karya dari arah timur, agar segala halangan dapat dijauhkan."
2. Sloka untuk Mahesora:
Om Sanghyang Mahesora raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking genyan umalatha sarwa bebai.
Makna: "Ya Sang Hyang Mahesora, lindungilah pekarangan tempat karya dilaksanakan dari arah tenggara, agar segala penyakit bebai bisa dihindari."
3. Sloka untuk Brahma:
Om Sanghyang Brahma raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking daksina umalatha sarwa asu.
Makna: "Ya Sang Hyang Brahma, jagalah pekarangan ini dari arah selatan, agar tidak terganggu oleh segala gangguan binatang buas."
4. Sloka untuk Rudra:
Om Sanghyang Rudra raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking neriti umalatha sarwa bhuta kala dengan.
Makna: "Ya Sang Hyang Rudra, lindungilah dari arah barat daya, agar segala makhluk halus dan kala (waktu buruk) tidak dapat masuk."
5. Sloka untuk Mahadewa:
Om Sanghyang Mahadewa raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking pascima umalatha sarwa desti saab merana.
Makna: "Ya Sang Hyang Mahadewa, lindungilah dari arah barat, agar segala bentuk kematian atau musibah besar tidak menimpa."
6. Om Sanghyang Sangkara raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking wayabya umalatha sarwa gumatat gumitit
Makna: "Ya Sanghyang Sangkara, lindungilah pekarangan tempat upacara dari arah barat laut, agar terhindar dari semua bentuk kegaduhan atau kekacauan."
7. Om Sanghyang Wisnu raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking utara umalatha sarwa wong ugig
Makna: "Ya Sanghyang Wisnu, jagalah pekarangan ini dari arah utara agar terbebas dari gangguan makhluk-makhluk halus yang jahat."
8. Om Sanghyang Sambu raksa kemit pekarangan sang anangun karya, saking ersania umalatha sarwa kumangkung kumingkang
Makna: "Ya Sanghyang Sambu, lindungi pekarangan ini dari arah timur laut agar tidak dimasuki energi atau roh yang tidak terlihat dan tidak diketahui."
Doa-doa Penolak Bebai dalam Sasah Bebai:
Dalam teks Sasah Bebai disebutkan mantra berikut untuk menolak bebai:
> "Ika bebai rasan bebai siaku amerastista atmanat nenga Ung gumi uwug 3, jeng teka geseng atman bebein ira isapuh jagat sumbung bebaine."
Makna: “Inilah rasa bebai dalam diriku, biarlah atma suci membakar pengaruhnya dari tiga dunia, dan biarlah atman itu menyapu dunia ini dari segala keburukan bebai.”
Doa Lontar Tiwas Punggung untuk Pengusiran Bebai:
Lontar ini memberikan mantra perlindungan kuat sebagai berikut:
> "Ong Brama, Wisnu, Iswara tri dewata murti satkyam, atman raksa sariranam, sarwa satru winasanam, sarwa durga winoksanam, buta pisaca roksasyam, kala bandas patyam, agni pralaya basmyam, ong, sa, ba,ta,a,i,na,ma,si,wa,yaang,ung,mang."
Makna: “Ya Brahma, Wisnu, Iswara yang merupakan bentuk manifestasi dari Tuhan, lindungilah jiwa dan raga ini dari segala musuh, segala energi jahat, roh jahat, waktu yang buruk dan segala kehancuran, biarlah semuanya itu terbakar oleh api kehancuran.”
Penutup:
Sloka-sloka di atas bukan hanya sekadar bacaan spiritual, tetapi merupakan kekuatan batin yang diyakini mampu menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam semesta, terutama dalam kehidupan rumah tangga dan kegiatan keagamaan di Bali. Tradisi ini adalah wujud nyata dari kearifan lokal yang menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan dalam satu kesatuan spiritual.
Sloka-sloka ini tidak hanya sebagai bacaan spiritual, namun juga diyakini sebagai energi perlindungan yang mampu menangkal unsur-unsur negatif dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika akan menyelenggarakan upacara atau membersihkan tempat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar