Minggu, 20 April 2025

Penyajahan Galungan

Om Swastyastu

Kami Keluarga Besar Griya Agung Bangkasa mengucapkan:

Selamat Hari Penyajan Galungan

Semoga setiap jaja yang disiapkan hari ini menjadi lambang ketulusan, kebersamaan, dan bhakti suci,

menyambut Galungan dengan hati yang bersih dan penuh sukacita.

Mari kita rajut makna dharma mulai dari dapur keluarga,

dengan rasa syukur dan cinta kasih sebagai persembahan terbaik kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


Kutipan Sloka:

सत्यं शिवं सुन्दरम्

Satyaṁ Śivaṁ Sundaram

Artinya: "Kebenaran adalah kebajikan, dan kebajikan adalah keindahan."


Makna:

Melalui kebenaran niat, ketulusan hati, dan keindahan karya (seperti membuat jaja untuk persembahan), kita mendekatkan diri pada hakikat Dharma—yaitu kemenangan kebaikan atas keangkaramurkaan.


Om Shanti Shanti Shanti Om



Makna dan Filosofi Hari Penyajan (2 Hari Sebelum Galungan)

Hari Penyajan dalam konteks ini merupakan hari awal persiapan fisik dan spiritual menjelang Hari Raya Galungan. Kata “Penyajan” berasal dari akar kata “sajian”, artinya menyuguhkan atau mempersembahkan. Secara tradisi, umat mulai membuat aneka jajan atau kue khas Bali seperti jaja apem, jaja ketimus, jaja begina, dan lainnya yang digunakan untuk sarana upakara dan simbol rasa syukur.


Makna Filosofis Hari Penyajan:

  1. Simbol Persiapan Yadnya dengan Suka Cita
    Membuat jaja adalah bagian dari Bhuta Yadnya dan Dewa Yadnya yang disiapkan sejak awal. Proses ini mengajarkan bahwa segala bentuk persembahan terbaik dimulai dari niat suci dan persiapan yang matang, bukan mendadak.

  2. Mengasah Rasa Bhakti Lewat Rasa Rasa
    Rasa manis, gurih, dan tekstur jaja menyimbolkan kehidupan manusia yang penuh warna, dan setiap jajan dibuat dengan penuh bhakti. Ini mengajarkan kita untuk mengolah hidup dengan penuh kesadaran dan ketulusan.

  3. Melatih Kerukunan dan Kekompakan Keluarga
    Proses membuat jaja biasanya dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga, dari anak-anak sampai orang tua. Hal ini menumbuhkan rasa gotong royong, cinta kasih, dan kebersamaan dalam suasana penuh sukacita.

  4. Menumbuhkan Disiplin dan Ketekunan
    Jaja tidak bisa dibuat asal-asalan. Ia butuh takaran, urutan, dan perhatian khusus. Ini mengajarkan nilai disiplin, ketelitian, dan rasa hormat terhadap tradisi leluhur.

  5. Awal Pembersihan Diri Melalui Dharma Kecil
    Hari Penyajan juga menjadi momen pembersihan batin secara halus, yakni melalui aktivitas memasak dengan hati damai dan pikiran tenang, sebagai latihan awal menyambut momen suci Galungan.


Kesimpulan:

Hari Penyajan dua hari sebelum Galungan bukan sekadar waktu membuat kue, melainkan hari memulai pengolahan batin melalui pengolahan bahan. Di sinilah nilai kesadaran spiritual dan kebersamaan keluarga ditanamkan lewat kegiatan sederhana, sebagai pondasi kemenangan Dharma di hari Galungan nanti.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar