Berikut ini adalah contoh materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, yang bisa digunakan dalam sesi pembelajaran lapangan atau praktik langsung:
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami peran dan etika seorang Sulinggih dalam tradisi Hindu Bali.
2. Mengamati dan mempraktikkan tahapan persiapan dan pelaksanaan puja yajña di Griya.
3. Mengenal simbol-simbol sakral, sarana upacara, dan mantra-mantra yang digunakan.
4. Meningkatkan kemampuan spiritual dan kesadaran diri melalui praktik langsung.
II. Materi Praktikum
A. Teori Dasar
1. Tattwa (Filsafat):
Konsep Tri Murti, Panca Maha Bhuta, Atman–Brahman.
2. Susila (Etika):
Sad Paramita, Asta Brata, dan Catur Paramita dalam perilaku Sulinggih.
Etika saat muput karya, berinteraksi dengan umat, dan menjaga kesucian diri.
3. Upacara:
Struktur upacara Dewa Yajña, Pitra Yajña, dan Manusa Yajña.
Peran Pandita dalam memuput: Mantra Japa, Mudra, Puja, Prayascitta.
B. Praktikum Lapangan
1. Observasi Langsung
Mengikuti sesi panyapian, mapuja, dan mabanten di Griya.
Mengamati struktur pelinggih, pelinggih Dadya, Gedong, dan Padmasana.
2. Praktik Mantra dan Mudra
Latihan mengucapkan mantra Tri Sandhya, Gayatri Mantra, dan mantra penyucian tirta.
Praktik mudra dasar: anjali, abhaya, varada, dhyana.
3. Pembuatan Banten Dasar
Membuat canang sari, banten pejati, dan banten daksina dengan filosofi.
4. Pembersihan dan Penyucian Diri
Praktik melukat di penglukatan Griya.
Meditasi dan pengucapan japa mantra untuk penyucian pikiran.
III. Evaluasi Praktikum
Kuis singkat tentang materi tattwa dan mantra.
Presentasi kelompok mengenai hasil pengamatan puja.
Praktik langsung memimpin puja kecil sebagai calon pinandita.
IV. Penutup dan Refleksi
Mahasiswa diharapkan menulis jurnal reflektif tentang pengalaman spiritual, perubahan batin, dan pemahaman baru yang diperoleh selama berada di Griya.
Berikut adalah contoh lain materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada aspek upacara dan spiritualitas praktis:
MATERI PRAKTIKUM KE-2: "Pelatihan Praktis Kepanditaan – Muput Upacara Tingkat Madya"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Peserta: Mahasiswa Program Kepanditaan Hindu
Durasi: 2 Hari Intensif
I. Tujuan Kegiatan
- Melatih kemampuan teknis memimpin upacara yajña sederhana sampai tingkat madya.
- Mengenal struktur mantra dan fungsinya dalam pelaksanaan pujawali atau pitra yajña.
- Menumbuhkan kesadaran spiritual tentang tanggung jawab sebagai calon Pandita.
- Menyentuh aspek bhakti dalam pelayanan tulus sebagai utusan Dharma.
II. Materi Kegiatan
Hari I – Dasar-dasar Persiapan dan Penyucian
1. Workshop "Angga Sarira Pinandita":
- Pakaian, aksesoris, dan perlengkapan seorang Pinandita.
- Tata rias suci (puspa, wija, wastra putih, udeng, dst).
2. Pelatihan "Weda Pramana":
- Pembacaan Rna Traya dan makna penghapusan utang karma.
- Latihan menyuarakan:
Om atma tattwatma suddhir bhavantu me…
Om purnamadah purnamidam…
3. Sesi "Panca Sradha & Tri Sandhya Live":
- Pembacaan dan pengucapan mantra secara kolektif.
- Diskusi dan pembacaan sloka Bhagavad Gita 4.13:
Cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ…
Hari II – Praktik Muput dan Meditasi
1. Simulasi Muput Dewa Yajña (Upacara Piodalan Mini):
- Pembagian peran: tukang banten, sang pinandita, tukang panggul, tukang mesucian.
- Pengucapan mantra panyudham, prasada, dan tirtha pangentas.
- Membaca dan memaknai sloka dalam Sarasamuccaya:
“Wruhhita wwang subuddhi ring tattwaning laksanayajña, tan hana yajña tanpa tapa”
(Yajña tanpa pengendalian diri bukanlah yajña sejati)
2. Meditasi Bhakti dan Refleksi Diri:
- Duduk diam 15 menit dengan japa mantra: Om Namah Shivaya.
- Penulisan catatan pengalaman batin, pengendalian emosi dan ketulusan niat.
3. Penutupan dan Dharma Tula:
- Sharing bersama Sulinggih senior di Griya.
- Penegasan nilai-nilai satya, tapa, dama, tyaga dalam perjalanan kepanditaan.
III. Tugas Individu
- Menulis laporan praktikum: rangkuman kegiatan + nilai spiritual yang dirasakan.
- Mempersiapkan simulasi puja mandiri dengan urutan mantra sederhana.
- Mengumpulkan foto dokumentasi dan penjelasan makna sarana upacara.
Berikut adalah contoh lain materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada aspek upacara dan spiritualitas praktis:
MATERI PRAKTIKUM KE-2: "Pelatihan Praktis Kepanditaan – Muput Upacara Tingkat Madya"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Peserta: Mahasiswa Program Kepanditaan Hindu
Durasi: 2 Hari Intensif
I. Tujuan Kegiatan
- Melatih kemampuan teknis memimpin upacara yajña sederhana sampai tingkat madya.
- Mengenal struktur mantra dan fungsinya dalam pelaksanaan pujawali atau pitra yajña.
- Menumbuhkan kesadaran spiritual tentang tanggung jawab sebagai calon Pandita.
- Menyentuh aspek bhakti dalam pelayanan tulus sebagai utusan Dharma.
II. Materi Kegiatan
Hari I – Dasar-dasar Persiapan dan Penyucian
1. Workshop "Angga Sarira Pinandita":
- Pakaian, aksesoris, dan perlengkapan seorang Pinandita.
- Tata rias suci (puspa, wija, wastra putih, udeng, dst).
2. Pelatihan "Weda Pramana":
- Pembacaan Rna Traya dan makna penghapusan utang karma.
- Latihan menyuarakan:
Om atma tattwatma suddhir bhavantu me…
Om purnamadah purnamidam…
3. Sesi "Panca Sradha & Tri Sandhya Live":
- Pembacaan dan pengucapan mantra secara kolektif.
- Diskusi dan pembacaan sloka Bhagavad Gita 4.13:
Cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ…
Hari II – Praktik Muput dan Meditasi
1. Simulasi Muput Dewa Yajña (Upacara Piodalan Mini):
- Pembagian peran: tukang banten, sang pinandita, tukang panggul, tukang mesucian.
- Pengucapan mantra panyudham, prasada, dan tirtha pangentas.
- Membaca dan memaknai sloka dalam Sarasamuccaya:
“Wruhhita wwang subuddhi ring tattwaning laksanayajña, tan hana yajña tanpa tapa”
(Yajña tanpa pengendalian diri bukanlah yajña sejati)
2. Meditasi Bhakti dan Refleksi Diri:
- Duduk diam 15 menit dengan japa mantra: Om Namah Shivaya.
- Penulisan catatan pengalaman batin, pengendalian emosi dan ketulusan niat.
3. Penutupan dan Dharma Tula:
- Sharing bersama Sulinggih senior di Griya.
- Penegasan nilai-nilai satya, tapa, dama, tyaga dalam perjalanan kepanditaan.
III. Tugas Individu
- Menulis laporan praktikum: rangkuman kegiatan + nilai spiritual yang dirasakan.
- Mempersiapkan simulasi puja mandiri dengan urutan mantra sederhana.
- Mengumpulkan foto dokumentasi dan penjelasan makna sarana upacara.
Berikut adalah contoh lain materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada aspek upacara dan spiritualitas praktis:
MATERI PRAKTIKUM KE-2: "Pelatihan Praktis Kepanditaan – Muput Upacara Tingkat Madya"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Peserta: Mahasiswa Program Kepanditaan Hindu
Durasi: 2 Hari Intensif
I. Tujuan Kegiatan
- Melatih kemampuan teknis memimpin upacara yajña sederhana sampai tingkat madya.
- Mengenal struktur mantra dan fungsinya dalam pelaksanaan pujawali atau pitra yajña.
- Menumbuhkan kesadaran spiritual tentang tanggung jawab sebagai calon Pandita.
- Menyentuh aspek bhakti dalam pelayanan tulus sebagai utusan Dharma.
II. Materi Kegiatan
Hari I – Dasar-dasar Persiapan dan Penyucian
1. Workshop "Angga Sarira Pinandita":
- Pakaian, aksesoris, dan perlengkapan seorang Pinandita.
- Tata rias suci (puspa, wija, wastra putih, udeng, dst).
2. Pelatihan "Weda Pramana":
- Pembacaan Rna Traya dan makna penghapusan utang karma.
- Latihan menyuarakan:
Om atma tattwatma suddhir bhavantu me…
Om purnamadah purnamidam…
3. Sesi "Panca Sradha & Tri Sandhya Live":
- Pembacaan dan pengucapan mantra secara kolektif.
- Diskusi dan pembacaan sloka Bhagavad Gita 4.13:
Cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ…
Hari II – Praktik Muput dan Meditasi
1. Simulasi Muput Dewa Yajña (Upacara Piodalan Mini):
- Pembagian peran: tukang banten, sang pinandita, tukang panggul, tukang mesucian.
- Pengucapan mantra panyudham, prasada, dan tirtha pangentas.
- Membaca dan memaknai sloka dalam Sarasamuccaya:
“Wruhhita wwang subuddhi ring tattwaning laksanayajña, tan hana yajña tanpa tapa”
(Yajña tanpa pengendalian diri bukanlah yajña sejati)
2. Meditasi Bhakti dan Refleksi Diri:
- Duduk diam 15 menit dengan japa mantra: Om Namah Shivaya.
- Penulisan catatan pengalaman batin, pengendalian emosi dan ketulusan niat.
3. Penutupan dan Dharma Tula:
- Sharing bersama Sulinggih senior di Griya.
- Penegasan nilai-nilai satya, tapa, dama, tyaga dalam perjalanan kepanditaan.
III. Tugas Individu
- Menulis laporan praktikum: rangkuman kegiatan + nilai spiritual yang dirasakan.
- Mempersiapkan simulasi puja mandiri dengan urutan mantra sederhana.
- Mengumpulkan foto dokumentasi dan penjelasan makna sarana upacara.
Berikut adalah contoh lain materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada aspek upacara dan spiritualitas praktis:
MATERI PRAKTIKUM KE-2: "Pelatihan Praktis Kepanditaan – Muput Upacara Tingkat Madya"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Peserta: Mahasiswa Program Kepanditaan Hindu
Durasi: 2 Hari Intensif
I. Tujuan Kegiatan
- Melatih kemampuan teknis memimpin upacara yajña sederhana sampai tingkat madya.
- Mengenal struktur mantra dan fungsinya dalam pelaksanaan pujawali atau pitra yajña.
- Menumbuhkan kesadaran spiritual tentang tanggung jawab sebagai calon Pandita.
- Menyentuh aspek bhakti dalam pelayanan tulus sebagai utusan Dharma.
II. Materi Kegiatan
Hari I – Dasar-dasar Persiapan dan Penyucian
1. Workshop "Angga Sarira Pinandita":
- Pakaian, aksesoris, dan perlengkapan seorang Pinandita.
- Tata rias suci (puspa, wija, wastra putih, udeng, dst).
2. Pelatihan "Weda Pramana":
- Pembacaan Rna Traya dan makna penghapusan utang karma.
- Latihan menyuarakan:
Om atma tattwatma suddhir bhavantu me…
Om purnamadah purnamidam…
3. Sesi "Panca Sradha & Tri Sandhya Live":
- Pembacaan dan pengucapan mantra secara kolektif.
- Diskusi dan pembacaan sloka Bhagavad Gita 4.13:
Cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ…
Hari II – Praktik Muput dan Meditasi
1. Simulasi Muput Dewa Yajña (Upacara Piodalan Mini):
- Pembagian peran: tukang banten, sang pinandita, tukang panggul, tukang mesucian.
- Pengucapan mantra panyudham, prasada, dan tirtha pangentas.
- Membaca dan memaknai sloka dalam Sarasamuccaya:
“Wruhhita wwang subuddhi ring tattwaning laksanayajña, tan hana yajña tanpa tapa”
(Yajña tanpa pengendalian diri bukanlah yajña sejati)
2. Meditasi Bhakti dan Refleksi Diri:
- Duduk diam 15 menit dengan japa mantra: Om Namah Shivaya.
- Penulisan catatan pengalaman batin, pengendalian emosi dan ketulusan niat.
3. Penutupan dan Dharma Tula:
- Sharing bersama Sulinggih senior di Griya.
- Penegasan nilai-nilai satya, tapa, dama, tyaga dalam perjalanan kepanditaan.
III. Tugas Individu
- Menulis laporan praktikum: rangkuman kegiatan + nilai spiritual yang dirasakan.
- Mempersiapkan simulasi puja mandiri dengan urutan mantra sederhana.
- Mengumpulkan foto dokumentasi dan penjelasan makna sarana upacara.
Berikut adalah contoh lain materi praktikum mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada aspek upacara dan spiritualitas praktis:
MATERI PRAKTIKUM KE-2: "Pelatihan Praktis Kepanditaan – Muput Upacara Tingkat Madya"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Peserta: Mahasiswa Program Kepanditaan Hindu
Durasi: 2 Hari Intensif
I. Tujuan Kegiatan
- Melatih kemampuan teknis memimpin upacara yajña sederhana sampai tingkat madya.
- Mengenal struktur mantra dan fungsinya dalam pelaksanaan pujawali atau pitra yajña.
- Menumbuhkan kesadaran spiritual tentang tanggung jawab sebagai calon Pandita.
- Menyentuh aspek bhakti dalam pelayanan tulus sebagai utusan Dharma.
II. Materi Kegiatan
Hari I – Dasar-dasar Persiapan dan Penyucian
1. Workshop "Angga Sarira Pinandita":
- Pakaian, aksesoris, dan perlengkapan seorang Pinandita.
- Tata rias suci (puspa, wija, wastra putih, udeng, dst).
2. Pelatihan "Weda Pramana":
- Pembacaan Rna Traya dan makna penghapusan utang karma.
- Latihan menyuarakan:
Om atma tattwatma suddhir bhavantu me…
Om purnamadah purnamidam…
3. Sesi "Panca Sradha & Tri Sandhya Live":
- Pembacaan dan pengucapan mantra secara kolektif.
- Diskusi dan pembacaan sloka Bhagavad Gita 4.13:
Cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ…
Hari II – Praktik Muput dan Meditasi
1. Simulasi Muput Dewa Yajña (Upacara Piodalan Mini):
- Pembagian peran: tukang banten, sang pinandita, tukang panggul, tukang mesucian.
- Pengucapan mantra panyudham, prasada, dan tirtha pangentas.
- Membaca dan memaknai sloka dalam Sarasamuccaya:
“Wruhhita wwang subuddhi ring tattwaning laksanayajña, tan hana yajña tanpa tapa”
(Yajña tanpa pengendalian diri bukanlah yajña sejati)
2. Meditasi Bhakti dan Refleksi Diri:
- Duduk diam 15 menit dengan japa mantra: Om Namah Shivaya.
- Penulisan catatan pengalaman batin, pengendalian emosi dan ketulusan niat.
3. Penutupan dan Dharma Tula:
- Sharing bersama Sulinggih senior di Griya.
- Penegasan nilai-nilai satya, tapa, dama, tyaga dalam perjalanan kepanditaan.
III. Tugas Individu
- Menulis laporan praktikum: rangkuman kegiatan + nilai spiritual yang dirasakan.
- Mempersiapkan simulasi puja mandiri dengan urutan mantra sederhana.
- Mengumpulkan foto dokumentasi dan penjelasan makna sarana upacara.
Berikut adalah Materi Praktikum ke-7 dengan pendekatan ritualistik dan kultural, khusus untuk memperkenalkan peran Pandita dalam Pitra Yajña, melalui simulasi muput Ngaben dan pemahaman makna kematian secara tattwa:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-7: "Simulasi Muput Pitra Yajña: Memahami Perjalanan Atma dan Peran Pandita dalam Upacara Ngaben"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Durasi: 2 Hari Simulasi dan Studi Kasus
---
I. Tujuan Kegiatan
1. Memahami makna filosofis dan spiritual dari upacara Pitra Yajña (Ngaben).
2. Melatih keterampilan dasar muput upacara secara simbolis oleh calon Pandita.
3. Meningkatkan empati dan kepekaan spiritual terhadap keluarga yang berduka.
4. Membentuk penghayatan mendalam tentang siklus lahir–mati dan moksha.
---
II. Materi Teori
1. Konsep Pitra Yajña dalam Weda dan Lontar
Fungsi Pitra Yajña: menyucikan atma agar lepas dari ikatan bhuwana agung
Tattwa tentang kematian: Stula–Suksma–Karana Sharira, Panca Mahabhuta, dan Atma Loka
Kutipan sloka Garuda Purana:
“Yatha karma yatha shrutam…” – Atma menuju loka sesuai karmanya
2. Peran Pandita dalam Pitra Yajña
Sebagai pemimpin ritual dan pembimbing atma
Menyucikan sarira, memisahkan sangaskara, menuntun atma ke pitraloka
Etika saat memimpin keluarga dalam suasana duka
---
III. Sesi Praktikum Simulatif
1. Simulasi Tata Cara Muput Ngaben (Secara Simbolis)
Persiapan: upakara tiruan (banten dapetan, sangku, pratima, padma kerti)
Praktik membaca mantra:
Om Ksamasva Mam Parameshwara
Om Namo Bhagavate Rudraya
Om Hamsah Soham Svaha
Praktik nyekah simbolik – pembersihan sarira sukshma
2. Praktik Memuput Prayascitta Kematian dan Pangentas Atma
Membuat tirta pengentas: tirta panglukatan, tirta pemeras, tirta panembak
Latihan menyiramkan tirta ke “atma simbolis” (sangku)
Doa pengantar ke alam pitra:
“Om swasti astu, atma prasida, swargaloka yatra astu…”
3. Praktik Ngarga Pratima Atma (Simbolisasi Jiwa Leluhur)
Menghias pratima simbolik
Meletakkan simbol atma di padmasana kecil
Melatih membacakan mantram puja leluhur dan dharma wacana keluarga
---
IV. Evaluasi dan Refleksi
Studi kasus: bagaimana membimbing keluarga yang kehilangan dengan bijak dan welas asih
Menulis esai refleksi: “Makna kematian dan pembebasan jiwa menurut pengalaman batin saya”
Penugasan kelompok: membuat video edukasi simulasi Pitra Yajña untuk umat awam
---
Penutup
Praktikum ini bukan hanya latihan teknis, tetapi panggilan jiwa untuk menjadi Pandita yang mampu menuntun atma dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Kematian bukan akhir, tapi transformasi menuju kebebasan sejati.
Berikut ini adalah Materi Praktikum ke-8, dengan fokus pada rutin spiritual harian calon Pandita, berupa latihan mantra harian, kebersihan diri, dan penataan palinggih pribadi:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-8: "Sadha Suci: Latihan Mantra Harian dan Penataan Palinggih Pribadi Seorang Pandita"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Durasi: 1 Hari Intensif + 7 Hari Latihan Mandiri
---
I. Tujuan Praktikum
1. Membentuk disiplin spiritual harian seorang calon Pandita.
2. Menghafal dan memahami mantra-mantra pokok puja nitya (harian).
3. Melatih tata cara penyucian diri (acamana), penyucian ruang, dan pemujaan sederhana.
4. Membangun tempat pemujaan pribadi (palinggih mini) sesuai prinsip tattwa.
---
II. Materi Teoretis
1. Struktur Puja Harian
Panca Sloka Utama:
Gayatri Mantra
Tryambakam Yajamahe
Om Namah Shivaya
Om Namo Narayanaya
Om Aim Saraswatyai Namah
Rangkaian puja sederhana:
Acamana – Dhyana – Japa – Pushpanjali – Shanti Patha
2. Penataan Palinggih Pribadi
Arah suci dan tempat bersih
Unsur wajib: Padmasana mini atau gambar Ishta Devata, sangku, canang, dupa, tirta
Filosofi altar: “Sthana Dewa adalah cermin batin kita”
Kutipan dari Manawa Dharmasastra:
“Atmaiva devatah...” (Atma adalah Dewa itu sendiri jika disucikan)
---
III. Praktikum Langsung
1. Latihan Acamana dan Penyucian Diri
Membasuh tangan, wajah, mulut, dan kaki dengan mantra:
Om Apavitrah Pavitro Va...
Pranayama pendek (3 siklus): Om Bhur Bhuvah Svah
2. Praktik Membaca dan Menghayati Mantra Harian
Latihan vokal suci dan resonansi suara
Mengucapkan mantra dengan irama meditatif dan konsentrasi
3. Simulasi Membuat Palinggih Mini di Asrama atau Rumah
Setiap mahasiswa diminta membawa perlengkapan altar mini
Penataan tempat, pemilihan gambar/pratima Ishta Devata, dan pencahayaan
Praktik puja sederhana pagi dan sore
---
IV. Evaluasi dan Latihan Mandiri
Tugas Mandiri 7 Hari:
Merekam dan menulis laporan puja harian pribadi (pagi/sore) selama seminggu
Penilaian:
Konsistensi
Ketepatan mantra
Penataan altar
Penghayatan doa
---
Penutup
Kekuatan seorang Pandita tidak lahir dari seremoni besar, tetapi dari kedisiplinan kecil yang dijaga setiap hari. Praktikum ini menanamkan dasar-dasar suci untuk membangun taksu sejati dari dalam.
---
Berikut ini Materi Praktikum ke-9 dengan pendekatan praktis dan filosofis: Pelatihan Membuat Banten Sederhana dan Maknanya dalam Yajña, sangat relevan bagi calon Pandita untuk memahami makna simbolik dan teknis yajña secara langsung.
---
MATERI PRAKTIKUM KE-9: "Makna dan Praktik Pembuatan Banten Sederhana dalam Pelaksanaan Yajña Pandita"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa
Durasi: 2 Hari (Teori & Praktikum Langsung)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami filosofi dan struktur simbolik banten dalam upacara Hindu.
2. Mampu membuat jenis-jenis banten sederhana secara mandiri dan tepat fungsi.
3. Menghayati yajña bukan sekadar persembahan fisik, melainkan pemujaan batin melalui sarana suci.
4. Mengintegrasikan unsur tattwa, susila, dan acara dalam karya yajña.
---
II. Materi Teori
1. Hakikat Banten sebagai Sarana Yajña
Banten sebagai bentuk manifestasi Bhakti Yoga
Makna unsur-unsur banten: bunga, api, air, api, warna, bentuk
Sloka dari Bhagavad Gita 9.26:
“Patram pushpam phalam toyam, yo me bhaktyā prayacchati…”
(Siapa pun yang mempersembahkan daun, bunga, buah, atau air kepada-Ku dengan penuh bhakti, Aku terima itu)
2. Klasifikasi Banten Sederhana untuk Pandita
Canang sari
Daksina
Banten peras
Segehan agung dan segehan panca warna
Banten panglukatan
Banten prayascitta
Bahan-bahan, waktu pembuatan, dan arah peletakan
---
III. Sesi Praktikum
1. Pembuatan Canang dan Peras Secara Mandiri
Praktik langsung: melipat janur, mengatur bunga sesuai arah mata angin
Mengucapkan mantra saat menyusun:
Om Pushpānjalim Samarpayāmi
Pengenalan warna bunga dan makna arah (utara = putih = Iswara)
2. Praktik Membuat Daksina dan Segehan Panca Warna
Penyusunan simbolik unsur panca mahabhuta dan panca dewa
Membuat segehan sesuai hari: Tilem, Kajeng Kliwon, Purnama
Menyajikan dengan mudra dan doa pengantar
3. Menata Persembahan dan Membaca Puja Sederhana
Menata altar mini, membakar dupa, menyalakan api, menyiram tirta
Membaca mantram pendek:
Om Mrtunjaya Namah
Om Swaha Astu Tejase Namah
---
IV. Evaluasi dan Tugas Pribadi
Ujian praktik membuat dua jenis banten (canang + segehan)
Tugas esai: “Mengapa Pandita wajib mengerti simbolisme dalam yajña?”
Berikut ini adalah Materi Praktikum ke-10, dengan pendekatan ekospiritual dan ritualistik, berfokus pada Muput Bhuta Yajña untuk menciptakan harmoni antara Pandita, alam semesta, dan makhluk bhuta kala:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-10: "Muput Bhuta Yajña: Harmoni dengan Alam dan Penyeimbangan Bhuta Kala"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa & halaman terbuka
Durasi: 2 Hari (Teori dan Praktikum Lapangan)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami makna dan fungsi upacara Bhuta Yajña dalam kosmologi Hindu.
2. Melatih calon Pandita dalam memimpin upacara penyeimbangan energi alam.
3. Menghayati keberadaan Bhuta Kala sebagai bagian dari ciptaan yang harus dihormati, bukan ditakuti.
4. Menanamkan sikap welas asih terhadap seluruh makhluk hidup dan kesadaran ekologis.
---
II. Materi Teori
1. Konsep Bhuta Yajña dalam Weda dan Lontar
Bhuta: unsur material kasar (bhuta agung) dan entitas gaib (bhuta kala)
Tujuan utama: menjaga keharmonisan antara manusia (Bhuana Alit) dan alam (Bhuana Agung)
Sloka dari Atharvaveda:
“Bhūmir mātarah putro aham pr̥thivyāh…”
(Bumi adalah ibuku, dan aku adalah putranya)
2. Jenis-Jenis Bhuta Yajña dan Fungsi Simboliknya
Segehan agung, caru panca warna, prayascitta leteh bhuta
Hari-hari penting: Kajeng Kliwon, Tilem, Tumpek Uye
Peran Pandita: memohon restu, penyeimbangan, netralisasi, dan penyatuan
---
III. Sesi Praktikum
1. Persiapan dan Penyucian Tempat Yajña
Memilih titik kosmologis (utara–selatan–tengah)
Penyucian tempat dengan mantra dan tirta:
Om Ang Ung Mang, Bhuta Sudha Namah
2. Praktik Membuat dan Memuput Segehan & Caru Simbolik
Bahan: nasi warna, lauk, darah simbolik (dari bunga merah), tuak tiruan
Penempatan arah sesuai panca dewata
Membaca mantram:
Om Bhuta Kala Dura Astu, Om Bhuta Sudha Svaha
3. Penutupan Bhuta Yajña dan Penyatuan Energi
Mengatur api suci (simbolling agni)
Mudra pemulihan dan pemanggilan keseimbangan (mudra apana & dhyana bhuta loka)
Membacakan doa pelepasan:
Om Santih Santih Santih Om, Bhuta Sang Bhutadi Sang Prasidantu
---
IV. Evaluasi dan Refleksi
Ujian praktik: simulasi memimpin Bhuta Yajña untuk lingkungan desa
Diskusi kelompok: “Apa hubungan Bhuta Yajña dan krisis lingkungan saat ini?”
Tugas individu: dokumentasi dan laporan pengalaman pujawali Bhuta Yajña di pura setempat
---
Penutup
Melalui Bhuta Yajña, Pandita diajarkan untuk tidak hanya menyembah ke langit, tetapi juga membumi bersama alam. Menghormati energi Bhuta bukan bentuk ketakutan, tapi pemahaman akan keterikatan dan kesatuan semua ciptaan.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-11, berfokus pada pengalaman spiritual dan liturgis mahasiswa dalam muput Dewa Yajña atau simulasi upacara Pujawali di Pura Umum:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-11: "Simulasi Muput Dewa Yajña: Tata Cara Pujawali dan Bhakti Penuh di Pura"
Lokasi: Griya Agung Bangkasa dan Pura Simbolik
Durasi: 3 Hari (Persiapan, Simulasi, Evaluasi)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memberikan pengalaman nyata kepada calon Pandita dalam memimpin upacara Dewa Yajña.
2. Meningkatkan keterampilan membaca mantra pujawali, mudra, dan puja stawa.
3. Mengintegrasikan unsur tattwa, susila, dan acara secara harmonis dalam Piodalan.
4. Melatih rasa tanggung jawab dan tata etika pelayanan di pura umum.
---
II. Materi Teoretis
1. Makna Dewa Yajña dalam Tradisi Hindu
Sebagai persembahan utama kepada manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Meningkatkan vibrasi dharma dan harmoni sosial
Kutipan Bhagavad Gita 3.10:
“Saha-yajñāḥ prajāḥ sṛṣṭvā purovāca prajāpatiḥ…”
(Prajapati menciptakan makhluk beserta yajña sebagai pengikat kehidupan)
2. Struktur Upacara Pujawali Umum
Nanceb/Nunas Ida, Nyejer, Mabyakala, Mecaru, Nedunang, Mejati
Peran Pandita: nunas, muput, memuput tirta, mecaru, mabanten
Simbol-simbol penting: sangku, padmasana, puspa, dupa, daksina
---
III. Praktikum Simulasi
1. Persiapan dan Penyucian Diri & Tempat
Latihan acamana, tri sandhya, dan panglukatan simbolik
Penataan sangku, tirta, padmasana mini
Doa pembuka:
Om Awighnam Astu Namo Siddham
2. Latihan Membaca Mantra dan Mudra Pujawali
Mantra pujawali dasar:
Om Sri Ang, Om Hyang Widhi Wasa, Om Sarwa Devata
Penggunaan mudra: anjali mudra, abhaya mudra, jnana mudra
Penggunaan lonceng (ghanta), dupa, dan tirta dalam irama suci
3. Simulasi Upacara Pujawali di Pura Simbolik
Membuka upacara (panyapuh, maprayascitta)
Membacakan Gayatri, Tryambaka, Panca Sembah
Menyiram tirta pada umat secara simbolis
Penutup: Tri Sandhya dan Pranayama Bhakti
---
IV. Evaluasi dan Pembinaan Diri
Ujian praktik: simulasi penuh sebagai Sulinggih Pemangku Pujawali
Diskusi refleksi: “Apa perbedaan muput yajña dengan sekadar memimpin upacara?”
Tugas pribadi: menulis renungan batin sebelum dan sesudah memimpin yajña
---
Penutup
Muput Dewa Yajña bukanlah sekadar pembacaan mantra, melainkan peristiwa suci antara diri, semesta, dan Hyang Widhi. Praktikum ini menjadi langkah awal untuk menjadi sulinggih yang tidak hanya pandai berkata, tetapi tulus memuja.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-12 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada pendalaman spiritual melalui latihan disiplin pribadi dan kendali batin:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-12: “Tapa, Brata, Yoga, Samadhi: Jalan Spiritual Menuju Kesucian Seorang Pandita”
Lokasi: Griya Agung Bangkasa dan tempat sunyi (asrama/prataksin)
Durasi: 3 Hari (Intensif dan kontemplatif)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Menanamkan dasar spiritualitas Pandita melalui pengendalian diri dan disiplin batin.
2. Melatih keterampilan meditasi, pernapasan, dan pemusatan pikiran (samadhi).
3. Menguatkan integritas rohani dan ketulusan dalam menjalani laku tapa.
4. Mengembangkan keheningan sebagai sumber kekuatan suci untuk melayani umat.
---
II. Materi Teoretis
1. Makna Tapa, Brata, Yoga, Samadhi dalam Tradisi Veda
Tapa: pembakaran karma melalui kesungguhan
Brata: janji suci hidup sederhana dan teratur
Yoga: penyatuan antara atman dan brahman
Samadhi: kedalaman batin dalam keheningan ilahi
Kutipan Sloka:
“Tapo hi paramam kshetram, tapo hi paramam balam”
(Tapa adalah ladang tertinggi, tapa adalah kekuatan utama) — Atharvaveda
2. Jenis-Jenis Tapa dan Brata Seorang Pandita
Mauna tapa, agni tapa, asteya brata, upavasa tapa
Jaga waktu Brahmamuhurta, tidak tidur di waktu sandhya, puasa pada tilem/purnama
---
III. Praktikum
1. Disiplin Brata Harian di Griya
Bangun pukul 04.00 (brahma muhurta), tri sandhya, japa 108x
Puasa hingga tengah hari, makan hanya 1x (sattvik food)
Mauna tapa selama 6 jam (tanpa bicara, hanya dengan mudra)
2. Latihan Yoga dan Pranayama
Teknik dasar: nadi shodhana, kapalabhati, bhramari
Asana utama: padmasana, siddhasana, vajrasana
Penggunaan mudra: chin mudra, jnana mudra, prana mudra
3. Meditasi Samadhi dalam Keheningan
Meditasi 2x sehari: pagi dan malam (30 menit)
Fokus pada soham mantra atau Om Namah Shivaya
Latihan antar mouna: mendengar keheningan dalam pikiran
---
IV. Evaluasi dan Refleksi
Refleksi harian: catatan batin dan rintangan dalam tapa
Ujian praktik: mempertahankan keheningan total selama 12 jam (jñana mauna)
Diskusi kelompok: “Mengapa Pandita tidak cukup hanya tahu, tapi harus mengalami?”
---
Penutup
Praktikum ini bukan sekadar latihan teknis, melainkan pemurnian jiwa. Seorang Pandita sejati lahir bukan dari gelar, tetapi dari keheningan yang membakar ego dan menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-13 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada pemahaman dan simulasi Tirta Pangentas dan Ritus Nuntun Atma:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-13: “Tirta Pangentas & Nuntun Atma: Laku Suci Pemuliaan Jiwa Menuju Moksha”
Lokasi: Griya Agung Bangkasa dan seting simbolik kuburan/pemralina
Durasi: 3 Hari (Studi, simulasi, dan refleksi batin)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Membekali mahasiswa pemahaman mendalam tentang filosofi atma, pitr-yajña, dan moksha.
2. Melatih tata cara pembuatan dan pemuputan tirta pangentas.
3. Mempelajari tahapan dan simbolisasi ritus nuntun atma secara spiritual dan liturgis.
4. Menanamkan nilai welas asih, keikhlasan, dan penghormatan kepada roh leluhur.
---
II. Materi Teoretis
1. Konsep Atma dan Moksha dalam Hindu
Atma = percikan Brahman, abadi
Setelah kematian: preta – pitara – punarbhava/moksha
Kutipan Sloka:
Na jāyate mriyate vā kadācin...
(Atma tidak lahir dan tidak mati...) – Bhagavad Gita 2.20
2. Makna dan Fungsi Tirta Pangentas
Tirta pemurnian terakhir untuk melepas ikatan atma dari tubuh kasar
Digunakan dalam ngaben, nyekah, maligia
Dibuat oleh Pandita melalui japa mantra, mudra, dan pemujaan suci
3. Ritus Nuntun Atma
Prosesi simbolik membawa atma menuju Siwaloka
Melibatkan: pralingga atma, kajang, sangku, tirta
Perjalanan spiritual: dari bhuana agung ke bhuana suci
---
III. Praktikum
1. Pembuatan Tirta Pangentas (Simulasi)
Persiapan sarana: sangku, padma, bunga, bija, tirtha
Membaca mantra:
Om Suddhi Atmane Svadha, Om Adityasya Jatavedasa…
Melaksanakan mudra: nyapuh, nyegara-gunung, nyomya
2. Simulasi Ritus Nuntun Atma
Membuat miniatur pralingga atma dan kajang atma
Proses: panyekahan – meajar-ajar – nuntun atma simbolis ke Siwaloka
Membaca sloka-sloka pengantar atma dan doa pelepasan
Contoh:
Om antariksa marga atma suci svaha
3. Pengantar Spiritualitas Pandita
Meditasi: mendoakan atma secara batin dalam keheningan
Refleksi: bagaimana seorang Pandita harus menjadi jembatan akhir kehidupan?
---
IV. Evaluasi dan Pembinaan
Ujian praktik: simulasi pemuputan tirta pangentas di depan kelompok
Diskusi: "Apakah kita benar-benar siap melepaskan?"
Tugas: membuat tulisan reflektif “Pandita dan tanggung jawab membebaskan atma”
---
Penutup
Dalam ritus pelepasan jiwa, Pandita berperan bukan sebagai pelaksana teknis, tapi sebagai penuntun spiritual terakhir, membuka jalan suci dari dunia fana menuju kebebasan abadi. Inilah pelayanan tertinggi: mengantar atma pulang ke Brahman.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-14 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, berfokus pada pelaksanaan Upacara Dewa Yajña Skala Besar: Panca Wali Krama & Eka Dasa Rudra:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-14: “Dewa Yajña Agung: Spiritualitas Pandita dalam Upacara Panca Wali Krama & Eka Dasa Rudra”
Lokasi: Simulasi di Mandala Utama Griya & Teori Kontekstualisasi di Pura Besar (Pura Besakih)
Durasi: 5 Hari (Intensif – integrasi teori, praktik, dan meditasi liturgis)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Membekali mahasiswa pemahaman menyeluruh tentang upacara Dewa Yajña skala agung.
2. Menganalisis peran Pandita dalam pemuputan yajña tingkat jagat.
3. Melatih tahapan pelaksanaan upacara besar secara simbolik dan praktis.
4. Menumbuhkan sikap bhakti, sraddha, dan tanggung jawab spiritual tinggi.
---
II. Materi Teoretis
1. Dewa Yajña: Ajaran dan Filosofi
Yajña sebagai persembahan suci kepada Dewa-Dewata
Tujuan: pemulihan kesucian bhuana agung, penyeimbangan alam semesta
Kutipan Sloka:
Yajñena yajñam ayajanta devāh
(Para dewa memelihara dunia dengan yajña) – Rig Veda X.90.16
2. Pengantar Panca Wali Krama & Eka Dasa Rudra
Panca Wali Krama: yajña penyucian jagat dilaksanakan setiap 10 tahun di Pura Besakih
Eka Dasa Rudra: yajña mahaagung tiap 100 tahun (terakhir 1979)
Melibatkan ribuan serati, pemangku, Pandita Siwa-Buddha, dan perwakilan jagat
3. Peran Pandita dalam Yajña Agung
Pemuput utama: Ida Pandita Mpu Siwa/Buda
Membaca Weda Sruti, puja Rudra, pengundangan dewa, pemuputan tirta kamandalu
Menjaga tatanan rohani (dharma yajña) dan menjaga vibrasi kesucian pura
---
III. Praktikum
1. Simulasi Panca Wali Krama Miniatur
Membuat model altar bale pawedan, balai pagongan, gedong agung
Menyusun sarana: pancawarna banten, suci-sucian, 11 sanggar tawang
Praktik pembacaan puja Siwa Pasupati dan Rudra Puja secara kelompok
2. Praktik Pemuputan Tirta Wangsuhpada
Teknik: memantrai tirta dengan nyastra, mudra, dan bija mantra
Meditasi dan visualisasi Dewata Siwa dalam aspek Rudra
Mantra utama:
Om Rudraya namah, Om Pasupataye namah, Om Candra Kalaya namah
3. Penguatan Peran Pandita dalam Krisis Jagat
Diskusi: Peran Pandita menghadapi bencana alam dan ketidakseimbangan kosmis
Tinjauan ekologis: mengapa Panca Wali Krama dianggap “ritual ekologi sakral”?
---
IV. Evaluasi dan Refleksi
Ujian praktik: memimpin miniatur Panca Wali Krama dalam kelompok
Tugas: menulis pidato pemuputan upacara besar sebagai Pandita
Refleksi pribadi: "Apa makna pengorbanan besar demi keseimbangan jagat raya?"
---
Penutup
Dewa Yajña skala agung bukan hanya persembahan ritual, tetapi pengabdian total Pandita untuk alam semesta. Dalam keheningan puja dan keagungan altar, Pandita menjadi penyambung kehendak Dewata, pemelihara semesta melalui vibrasi suci.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-15 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada pemaknaan dan pelaksanaan Bhuta Yajña serta peran ekologis Pandita:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-15: “Bhuta Yajña dan Dharma Ekologis: Pandita Sebagai Penjaga Bhuana Alit dan Bhuana Agung”
Lokasi: Griya Agung Bangkasa & lingkungan alam terbuka (subak, pantai, hutan, atau pemukiman)
Durasi: 3 Hari (interaktif, reflektif, dan aplikatif)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami filosofi Bhuta Yajña sebagai upaya penyucian dan harmonisasi dengan alam.
2. Melatih tata cara Bhuta Yajña skala rumah tangga, desa, dan lingkungan strategis.
3. Menguatkan kesadaran ekologis spiritual dalam laku Pandita sebagai pemangku jagat.
4. Mengkaji peran Pandita sebagai “penyambung jiwa alam” dan penjaga keseimbangan semesta.
---
II. Materi Teoretis
1. Bhuta Yajña dalam Tattwa Hindu
Tujuan: menyucikan bhuta kala, menyelaraskan bhuana alit dan agung
Filosofi: semua unsur alam (panca maha bhuta) punya roh kesadaran
Kutipan Sloka:
Bhutanam asmi cetanah – (Aku adalah kesadaran dalam semua makhluk) — Bhagavad Gita 10.22
2. Jenis dan Skala Bhuta Yajña
Bhuta Yajña alit: mecaru alit di rumah atau pekarangan
Bhuta Yajña madya: caru panca sanak, caru tawur
Bhuta Yajña agung: tawur agung, caru balian di pura, peselang desa adat
Fungsi: pelestarian lingkungan, harmonisasi energi, penanggulangan bencana
3. Pandita sebagai Mediator Ekologis
Melantunkan mantra pemulihan, penyelarasan medan energi
Memberkati tanah, air, api, udara, dan ruang agar kembali harmonis
Mengajarkan etika alam dan pelestarian lingkungan sebagai dharma
---
III. Praktikum
1. Simulasi Bhuta Yajña Alit & Madya
Membuat sanggar surya, pejati, daksina, segehan, peras ajengan
Membaca mantra:
Om Rudraya Bhutaya Swaha
Om Namo Bhutebhyah
Pemercikan tirta panglukatan, penanaman simbolis benih (ekologis)
2. Praktik Puja Bhumi dan Bhuta Kala
Melakukan pemujaan simbolik tanah dan unsur bhuta kala
Doa permohonan agar tanah tidak dilukai, air tidak tercemar, hutan dihormati
Pemujaan arah mata angin (Nawa Sanga) dengan pelafalan bijaksara
3. Meditasi Ekologis dan Tapa Alam
Meditasi di alam terbuka, menyatu dengan napas pohon, tanah, angin
Tapa brata dengan makan daun, berpuasa, dan mauna (diam) di hutan atau tegalan
Menulis puisi spiritual atau sloka penghormatan kepada alam
---
IV. Evaluasi dan Tugas
Ujian praktik: memimpin Bhuta Yajña skala rumah tangga (simulasi)
Diskusi kelompok: "Bagaimana Pandita menjaga bumi dari kerusakan modern?"
Tugas individu: membuat rancangan upacara Bhuta Yajña ekologis untuk lingkungan subak, pantai, atau desa
---
Penutup
Bhuta Yajña adalah pengingat bahwa alam bukan objek, tetapi makhluk suci yang hidup bersama kita. Seorang Pandita sejati tidak hanya berdoa di altar, tetapi juga menunduk hormat kepada tanah, air, dan udara — karena di sanalah Dewa-dewa berbicara dalam keheningan.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-16 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, dengan fokus pada penguasaan Mantra dan Mudra sebagai ekspresi energi spiritual Pandita:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-16: “Mantra-Mudra Pandita: Menghidupkan Energi Suci Melalui Suara dan Gerak”
Lokasi: Mandala Griya & Ruang Meditasi
Durasi: 3 Hari (Teori, Meditasi, dan Simulasi Ritual)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami esensi mantra dan mudra dalam tradisi kepanditaan Hindu.
2. Melatih teknik pembacaan mantra dengan vibrasi spiritual yang benar.
3. Menguasai bentuk-bentuk dasar mudra dan fungsinya dalam pemujaan.
4. Menyatukan batin, suara, dan tubuh dalam kesadaran suci.
---
II. Materi Teoretis
1. Hakikat Mantra dan Daya Getarnya
Mantra berasal dari akar kata man (pikiran) dan tra (pembebas)
Vibrasi suci: menyentuh roh alam, mengaktifkan dewa dalam diri
Sloka penegas:
Om ity etad akṣaram idam sarvam
(Om adalah suara abadi yang mengandung seluruh alam) — Mandukya Upanishad 1.1
2. Mudra: Gerakan Spiritualitas Tubuh
Gerakan jari & tangan yang mengarahkan energi
Menciptakan medan energi saat puja berlangsung
Setiap mudra memiliki makna dan kekuatan tersendiri: anjali, abhaya, cin, vitarka, yoni, dhyana
3. Integrasi Mantra-Mudra dalam Kepanditaan
Digunakan dalam: pemujaan, pembersihan tirta, upacara yajña
Pandita sebagai kanal Brahman: suara & geraknya adalah doa kosmis
Mantra + mudra = penggugah daya suci (shakti) dalam ritual
---
III. Praktikum
1. Pelatihan Intonasi Mantra
Latihan swara sapta (intonasi tujuh nada Weda)
Pembacaan mantra:
Gayatri Mantra
Tryambakam Yajamahe
Om Namo Narayanaya
Om Namah Sivaya
Penghayatan getaran kata, bukan hanya pelafalan
2. Pelatihan Dasar Mudra
Anjali Mudra – penghormatan
Abhaya Mudra – perlindungan
Cin Mudra – kesadaran
Dhyana Mudra – meditasi
Latihan sinkronisasi dengan napas & konsentrasi batin
3. Integrasi dalam Simulasi Pemujaan
Membaca mantra sambil mempraktikkan mudra secara berurutan
Simulasi pemuputan tirta dan pemanggilan dewata dengan kombinasi mantram-mudra
Penyatuan getaran tubuh (mudra), suara (mantra), dan pikiran (dhyana)
---
IV. Evaluasi dan Tugas
Ujian praktik: memimpin puja pendek dengan mantra-mudra lengkap
Tugas individu: membuat esai reflektif “Mantra-Mudra sebagai Bahasa Jiwa Pandita”
Diskusi: Apakah tubuh bisa menjadi alat pemujaan sebagaimana altar suci?
---
Penutup
Melalui mantra dan mudra, seorang Pandita tidak sekadar berbicara dan bergerak, tetapi menari dalam gelombang suci Brahman, menggetarkan alam semesta dengan cinta, damai, dan kesadaran. Tubuh menjadi altar, suara menjadi nyala api, dan hati menjadi persembahan.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-17 untuk mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa, berfokus pada Pemujaan Leluhur dan Ritus Pitṛ Yajña sebagai bagian dari laku suci seorang Pandita:
---
MATERI PRAKTIKUM KE-17: “Pitṛ Yajña: Dharma Pandita dalam Pemujaan Leluhur dan Penyucian Atma”
Lokasi: Griya Agung Bangkasa & Sanggah/Merajan Simulasi
Durasi: 3 Hari (Teori, Liturgi, Meditasi, dan Simulasi Upacara)
---
I. Tujuan Praktikum
1. Memahami kedudukan Pitṛ Yajña dalam Catur Yajña dan ajaran Hindu.
2. Melatih tata cara pemujaan leluhur dalam berbagai tingkat yajña (alit, madya, utama).
3. Menumbuhkan rasa bhakti dan hormat kepada leluhur dalam tugas Pandita.
4. Mempelajari laku penyucian atma dan pelepasan ikatan karma.
---
II. Materi Teoretis
1. Pengertian Pitṛ Yajña dan Fungsinya
Persembahan suci kepada roh leluhur (pitṛ) sebagai bagian dari dharma keluarga
Mengantar atma menuju pitr-loka dan melepaskan keterikatan di bhuana alit
Kutipan Sloka:
Pitr̥n devān r̥ṣīn manushyān bhūtāni ca yajeta
(Hormatilah para leluhur, dewa, resi, manusia, dan makhluk lain) — Manusmṛti III.70
2. Jenis Upacara Pitṛ Yajña
Ngeroras: upacara 12 hari setelah kematian
Nyekah: pemujaan besar untuk pematangan atma
Memukur & Ngaben ulang: pemurnian atma yang tertunda
Nganyut, Ngelungah, Ngasti, Mamukur: berbagai variasi penyucian roh
3. Peran Pandita dalam Pitṛ Yajña
Membaca mantra penyucian roh (atma śuddhi)
Mengundang Dewa Pitara dan mengantar atma secara spiritual
Menghantarkan tirtha amertha ring Pitra Loka
---
III. Praktikum
1. Simulasi Upacara Nyekah
Menyusun banten byakaon, pengawak, pengulapan, caru panca sanak
Melafalkan mantra:
Om Atma Tattvaya Vidmahe Jñana Rupaya Dhīmahi Tanno Pitṛ Prachodayāt
Penyusunan altar pitra dan simbolisasi atma lepas dari bhuana alit
2. Pembacaan Mantra Pitṛ Puja
Melatih vibrasi mantra untuk penyucian roh dan pemanggilan leluhur
Meditasi menyatu dengan energi leluhur sebagai bagian dari diri
Pemujaan leluhur hingga tujuh turunan dengan anjali, mudra, dan intonasi mantra
3. Diskusi Etika dan Spiritualitas Leluhur
Mengulas konsep karmaphala dan pentingnya penyambungan energi keluarga
Refleksi: Bagaimana Pandita menjadi jembatan antara dunia dan akhirat?
---
IV. Evaluasi dan Tugas
Praktik kelompok: memimpin simulasi upacara nyekah atau memukur
Ujian teori: menjelaskan struktur yajña pitra dan urutan upakara
Tugas pribadi: menulis surat spiritual kepada leluhur sebagai latihan introspeksi dharma
---
Penutup
Pitṛ Yajña bukan sekadar ritual kematian, tetapi pengabdian suci pada kesinambungan jiwa. Pandita adalah penyuluh jalan terang, mengantar roh kembali pada sumbernya, menyatukan cinta yang abadi antara generasi masa lalu dan masa kini.
---
Berikut adalah Materi Praktikum ke-18 yang disusun dengan gaya elegan, spiritual, dan filosofis, khusus bagi mahasiswa kepanditaan Hindu di Griya Agung Bangkasa:
MATERI PRAKTIKUM KE-18
“Mekar Sang Sabda: Seni Puja, Estetika Rasa, dan Kehadiran Ilahi dalam Kepanditaan”
Lokasi: Bale Pawedan Agung, Pura Padma Bhuana
Durasi: 3 Hari (Pembelajaran, Ritual, Refleksi)
I. Orientasi Tujuan
- Menyelaraskan antara rasa (estetika spiritual), karsa (niat suci), dan sabda (pengucapan mantra) dalam pelayanan Pandita.
- Mewujudkan puja sebagai seni persembahan yang agung, bukan sekadar ritual mekanis.
- Menghidupkan kembali jiwa mantra sebagai nada yang menuntun menuju Brahman.
- Mengasah kehalusan batin dan kesadaran dalam kehadiran-Nya yang hening namun nyata.
II. Materi Inti
1. Sabda sebagai Getaran Ciptaan
- Sloka:
Śabda Brahman Paramam — "Sabda adalah Brahman Tertinggi."
- Pandita sebagai saluran suara suci, bukan pemilik suara itu.
- Nada puja yang benar bukan keras, tapi menembus sunyi dan kesadaran.
2. Estetika Puja: Harmonisasi Gerak, Warna, dan Getaran
- Warna bunga, bentuk banten, arah gerakan tangan dalam mudra
- Nada mantra: pengucapan yang tidak hanya tepat, tapi penuh rasa
- Penghayatan saat memercik tirta, menebar bija, atau meniup sangkakala
3. Puja sebagai Tarian Jiwa dalam Mandala Keheningan
- Trikaya Śuddhi sebagai dasar: menyucikan pikiran, ucapan, dan tindakan
- Pandita sebagai penari dalam altar semesta, dengan Brahman sebagai penonton sejati
- Ketika puja menjadi meditasi terbuka, ruang menjadi suci oleh kehadiran
III. Praktikum
1. Latihan Puja Khusyuk dan Elegan
- Melantunkan Gayatri dan Pavamana Mantra dalam chandas yang benar
- Pelatihan gerakan lembut, pelafalan hening, dan irama napas spiritual
- Praktik menyelaraskan aksara (A-U-M) dengan posisi tubuh saat puja
2. Persembahan Estetis: Seni Merangkai Puja
- Membuat banten suci dengan filosofi warna, bentuk, dan fungsi
- Membaca makna simbolik bunga, asap dupa, tirta, bija, dan api
3. Membangun "Ruang Suci Batin"
- Meditasi sunyi pasca puja: menyatu dengan semesta
- Menulis puisi puja: ungkapan pribadi kepada Sang Pencipta
- Refleksi tertulis: “Apa makna sabda dalam kesunyian jiwaku?”
IV. Evaluasi
- Praktik puja lengkap disertai penjelasan makna simboliknya
- Penilaian rasa, keheningan, dan kehalusan dalam pelaksanaan
- Ujian esai singkat: “Mengapa mantra bukan hanya kata, tapi pintu ke dalam Brahman?”
Penutup
Puja yang dilakukan tanpa rasa adalah tubuh tanpa jiwa.
Seorang Pandita bukan hanya pelantun mantra, tetapi seniman spiritual yang melukis keheningan menjadi cahaya.
Dengan setiap tetes tirta dan getaran aksara, semesta dijadikan altar, dan jiwa menjadi persembahan itu sendiri.
Berikut adalah Lembar Panduan Mantra dan Gerakan Puja Elegan berdasarkan pustaka klasik Bali (Tuturan Sang Kulputih, Aji Sanghyang Manik Maya) dan India (Veda, Upanishad, Tantra):
---
LEMBAR PANDUAN PUJA ELEGAN
Versi Pustaka Klasik Bali & India
---
I. Purwaka: Penyucian Diri dan Lingkungan
1. Aksara Śuddhi (Penyucian Tubuh lewat Lima Aksara Suci)
Aksara: Sa – Ba – Ta – A – I
Gerakan: Sentuh dahi (Sa), dada (Ba), bahu kanan (Ta), bahu kiri (A), dan semua tubuh (I)
Makna: Penyatuan tubuh dengan lima elemen suci (panca maha bhuta)
2. Tri Kāya Śuddhi Mantra
Ōṁ Śuddhātmane Namaḥ
Gerakan: Duduk hening, tangan Anjali Mudra di dada
Makna: Menyucikan pikiran, ucapan, dan perbuatan
---
II. Puja Utama: Pemanggilan dan Pemuliaan Dewa
1. Nyomya Mantra (Mantra Pemujaan Halus)
Ōṁ Namo Bhagavate Rudrāya
Ōṁ Hrām Hrīm Hraum Śivāya Namaḥ
Gerakan: Tangan kanan mudra abhaya (berkah), tangan kiri di dada (kearifan)
2. Puspāñjali (Persembahan Bunga Cinta Kasih)
Mantra:
Ōṁ Puspam Samarpayāmi, Bhaktyā Śraddhayā Namah
Gerakan:
Tundukkan kepala, letakkan bunga di atas tangan kanan
Angkat perlahan ke atas kepala, niatkan penuh cinta
Letakkan dengan lembut di pelinggih atau altar
Makna: Penyerahan seluruh rasa bhakti
---
III. Mudra dan Gerak Simbolik
1. Hridaya Mudra (Simbol Hati Suci)
Posisi: Jempol menyentuh jari tengah dan telunjuk
Makna: Menyatukan kehendak, cinta, dan kebijaksanaan
2. Padma Mudra (Teratai Jiwa)
Posisi: Telapak terbuka mengembang seperti bunga teratai
Digunakan saat mantra penutup atau puji-pujian
Makna: Hati terbuka menjadi wadah kehadiran Brahman
---
IV. Mantra Penutup: Mohon Restu dan Kedamaian
Ōṁ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ
Gerakan:
Satu gerakan mengusap kepala (pikiran)
Kedua mengusap mulut (ucapan)
Ketiga mengusap dada (hati)
Makna: Kedamaian menyentuh seluruh aspek diri
---
V. Etika Gerak Puja yang Elegan
1. Gerakan lambat, terarah, dan bermakna
2. Setiap bunga, dupa, atau air dipercikkan dengan rasa penuh
3. Tatapan mata teduh, tidak melayang
4. Nafas teratur mengikuti irama mantra
5. Tutur lembut, tidak tergesa, seolah berbicara langsung dengan Hyang Widhi
---
Lembar ini sangat cocok dipakai saat pelatihan calon Pandita atau Dharma Acarya untuk membiasakan puja sebagai seni agung — penuh makna, rasa, dan getaran jiwa.