Cahaya Dharma di Esok Hari: Ulasan Spiritual tentang Artha dan Kesederhanaan
OM SWASTYASTU
Hidup adalah rangkaian peristiwa yang tidak selalu dapat kita prediksi. Ada masa saat kita dicari ketika dibutuhkan, namun dilupakan ketika tak lagi diperlukan. Dalam konteks ajaran Hindu, hal ini mengingatkan kita pada nilai ketulusan (niyat tulus) dalam berbuat kebajikan, tanpa mengharapkan pamrih. Tetaplah menjadi insan "suputra", anak yang baik dan benar hingga akhir hayat, sebagaimana diajarkan dalam sastra suci.
Sloka Suci sebagai Renungan
Dalam kitab Bhagavad Gita dan beberapa Niti Sastra, nilai-nilai ketulusan, kesederhanaan, dan karma kebaikan sangat ditekankan. Berikut adalah salah satu kutipan sloka yang menjadi dasar ajaran tersebut:
Sloka dalam Bahasa Sanskerta:
कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन।
मा कर्मफलहेतुर्भूर्मा ते सङ्गोऽस्त्वकर्मणि॥
Transliterasi Latin:
Karmaṇy-evādhikāras te mā phaleṣu kadācana,
mā karma-phala-hetur bhūr mā te saṅgo ’stv akarmaṇi.
Makna dan Tafsir:
“Engkau hanya berhak atas tindakanmu, tetapi bukan atas hasilnya. Jangan menjadikan hasil sebagai motif tindakanmu, dan jangan pula tertarik untuk tidak bertindak.”
(Bhagavad Gita 2.47)
Sloka ini mengajarkan bahwa dalam menjalani hidup, kita tidak boleh terikat pada hasil. Ketulusan dalam berkarya adalah kunci ketenangan. Ini senada dengan prinsip Hindu mengenai karma phala — buah dari perbuatan — yang akan mengikuti kita, bukan harta atau status duniawi.
Refleksi Hidup dan Ajaran Kesederhanaan
> "Selagi hidup dan berjaya, usahakan gaya hidup sederhana dan rendah hati, tapi uang selalu ada. Jangan hanya banyak gaya dan sombong, tapi uang tidak ada."
Prinsip hidup ini sejalan dengan ajaran Hindu tentang aparigraha (tidak serakah) dan santosha (puas dalam kesederhanaan). Kaya tidak berarti berlebih-lebihan. Kebijaksanaan hidup adalah bagaimana memanfaatkan rezeki untuk dharma (kebaikan), bukan māna (kesombongan).
Sandaran Hidup: Jangan Bergantung Sepenuhnya pada Orang Lain
Dalam Manava Dharma Sastra, disebutkan bahwa seseorang harus berusaha dengan kekuatan sendiri (svadharma) dan tidak terlalu menggantungkan nasib pada orang lain.
> "Jangan sesekali kau sandarkan masa depan hidupmu pada siapapun..."
"Usahakan bekerja dan menabung, bahkan berinvestasi untuk bekal masa depan."
Ini bukan sekadar prinsip duniawi, namun bagian dari catur purusha artha: dharma (kebaikan), artha (kemakmuran), kama (kesenangan), dan moksha (pembebasan), di mana artha menjadi landasan untuk mencapai tujuan spiritual lebih tinggi.
Uang dan Watak: Cermin Sifat Sejati
"Uang itu tidak jahat. Uang hanya menjelaskan watak keluarga, saudara, tetangga, teman bahkan pasangan hidupmu." Dalam filosofi Hindu, uang (artha) adalah alat, bukan tujuan. Yang membuatnya tampak baik atau buruk adalah guna (penggunaan) dan niat di baliknya. Uang membuka jati diri: apakah seseorang akan menjadi dermawan, atau justru tamak dan menjauh dari dharma.
Penutup: Makna Sejati Ketenangan
Ketenangan dalam ajaran Hindu bukan berarti tanpa masalah, tetapi sikap batin yang stabil di tengah perubahan duniawi. Dengan menjalani hidup penuh kesadaran, sederhana, dan berbuat kebaikan, umat Hindu diyakini akan memperoleh sukha (kebahagiaan) sejati, baik di dunia ini maupun setelahnya.
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar