Senin, 21 April 2025

Nilai-nilai Jagabaya Dulang Mangap

Makna Teologis Nilai-nilai Jagabaya Dulang Mangap, Bhakti Ring Kawitan, Eling Ring Bhisama, Satya Ring Sesana, lan Wirang Ring Pasemetonan dalam Perspektif Hindu

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak

Kearifan lokal Bali mengandung nilai-nilai teologis yang mendalam dan selaras dengan ajaran agama Hindu. Nilai-nilai seperti jagabaya dulang mangap, bhakti ring kawitan, eling ring bhisama, satya ring sesana, dan wirang ring pasemetonan merupakan manifestasi konkret dari ajaran dharma yang bersumber pada kitab suci. Artikel ini bertujuan mengkaji makna teologis dari nilai-nilai tersebut dengan pendekatan hermeneutik dan teologi Hindu.


---

1. Pendahuluan

Masyarakat Bali memegang teguh ajaran agama Hindu yang tercermin dalam praktik budaya dan adat. Nilai-nilai yang hidup dalam tradisi seperti jagabaya dulang mangap (melindungi dan memberi), bhakti ring kawitan (devosi kepada leluhur), eling ring bhisama (ingat pada petuah), satya ring sesana (setia pada aturan), dan wirang ring pasemetonan (malu jika mencoreng nama keluarga), menunjukkan keterkaitan antara adat, etika, dan teologi Hindu.


---

2. Landasan Teologis dalam Sastra Suci

2.1 Sloka Bhagavad Gītā tentang Bhakti

Sloka (BG 9.22):
अनन्याश्चिन्तयन्तो मां ये जनाः पर्युपासते।
तेषां नित्याभियुक्तानां योगक्षेमं वहाम्यहम्॥

Transliterasi:
Ananyāś cintayanto māṁ ye janāḥ paryupāsate,
teṣāṁ nityābhiyuktānāṁ yogakṣemaṁ vahāmy aham.

Makna:
"Orang-orang yang senantiasa memikirkan-Ku dengan penuh bhakti dan tulus menyembah-Ku, kepada mereka Aku berikan apa yang mereka butuhkan dan pelihara apa yang mereka miliki."

Sloka ini memperkuat nilai bhakti ring kawitan, karena leluhur diyakini sebagai bagian dari perjalanan atma yang menuju Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi). Devosi kepada leluhur adalah devosi kepada asal mula kehidupan.


---

3. Penjabaran Nilai dan Makna Teologis

3.1 Jagabaya Dulang Mangap

Nilai ini bermakna sebagai kewajiban untuk menjaga dan memberi. Dalam Hindu, tindakan dana atau pemberian adalah salah satu bentuk yajña (pengorbanan suci).

Sloka (Manusmṛti 4.229):
दानेन धनं रक्षेत्

Transliterasi:
Dānena dhanaṁ rakṣet.

Makna:
"Jagalah kekayaan dengan memberi."

Nilai ini sejalan dengan konsep Jagabaya Dulang Mangap, bahwa menjaga diri dan komunitas tidak hanya dengan kekuatan, tetapi juga dengan kedermawanan.


---

3.2 Bhakti Ring Kawitan

Ini adalah penghormatan dan persembahan kepada leluhur (pitṛ). Dalam Taittirīya Upaniṣad disebutkan:

Sloka (TU 1.11):
मातृदेवो भव। पितृदेवो भव।

Transliterasi:
Mātṛdevo bhava, pitṛdevo bhava.

Makna:
"Anggaplah ibumu sebagai dewa. Anggaplah ayahmu sebagai dewa."

Nilai bhakti kepada leluhur adalah jalan spiritual untuk menyambung hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi melalui jejak keberadaan kita.


---

3.3 Eling Ring Bhisama

Nilai ini berarti ingat dan taat pada pesan suci para leluhur atau tetua. Bhisama adalah simbol janji dan ajaran yang harus ditaati.

Sloka (Mahābhārata Udyoga Parva 43.4):
श्रेयो हि ज्ञानमधिकं धर्माय च निबद्धम्।

Transliterasi:
Śreyo hi jñānam adhikaṁ dharmāya ca nibaddham.

Makna:
"Yang utama adalah pengetahuan yang terikat pada dharma."

Menghormati bhisama adalah bentuk pengabdian pada dharma.


---

3.4 Satya Ring Sesana

Satya (kebenaran) dan sesana (aturan) adalah dasar etika Hindu. Dalam Sarasamuccaya:

Sloka (Sarasamuccaya 96):
Satyaṅ kawruhaning utama dharma.

Makna:
"Satya (kebenaran) adalah puncak segala dharma."

Artinya, kejujuran dan kesetiaan pada aturan adalah bentuk ketekunan spiritual yang nyata.


---

3.5 Wirang Ring Pasemetonan

Rasa malu (lajja) bila mencoreng nama keluarga adalah kontrol moral dalam hidup sosial.

Sloka (Manusmṛti 4.138):
लज्जा शीलं दया सत्यं चत्वारि श्रेणयः।

Transliterasi:
Lajjā śīlaṁ dayā satyaṁ catvāri śreṇayaḥ.

Makna:
"Empat hal utama adalah malu, etika, belas kasih, dan kejujuran."

Wirang (malu) menjaga kehormatan pasemetonan adalah penjagaan pada dharma secara sosial dan spiritual.


---

4. Simpulan

Nilai-nilai lokal Bali seperti jagabaya dulang mangap, bhakti ring kawitan, eling ring bhisama, satya ring sesana, dan wirang ring pasemetonan memiliki makna teologis yang kuat. Nilai-nilai tersebut merupakan ekspresi nyata ajaran Hindu tentang dharma, bhakti, satya, dan yajña yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Pelestarian nilai ini berarti menjaga keutuhan hubungan antara manusia, leluhur, alam, dan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar