Rabu, 30 April 2025
Puasa Memutih
Transformasi Eksistensial Pangeran Siddhartha
Jagabaya Dulang Mangap: Manifestasi Semangat Satya Ring Sesana dan Wirang Ring Semeton
JAGA BAYA DULANG MANGAP
- Dulang yang terbuka lebar melambangkan kekayaan dan kemurahan hati karena siap menampung berbagai macam sesajian.
- Sikap Terbuka:Dulang yang terbuka lebar bisa diartikan sebagai sikap yang terbuka, siap menerima dan memberikan.
- Keberanian dan Sikap Tentu:Dulang yang terbuka lebar juga bisa diartikan sebagai keberanian dan sikap yang mantap, siap menghadapi tantangan.
- Cinta Kasih:Dulang yang terbuka lebar juga bisa diartikan sebagai cinta kasih yang besar, siap memberikan kepada semua orang.
Makna teologis dari logo Jagabaya Dulang Mangap dapat ditafsirkan berdasarkan unsur-unsur visual dan filosofis yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah interpretasi teologisnya:
1. Nama “Jagabaya Dulang Mangap”
- Jagabaya berasal dari kata “jaga” (menjaga) dan “baya” (bahaya atau ancaman), secara teologis menggambarkan sosok pelindung dharma atau kebenaran.
- Dulang Mangap merupakan simbol persembahan suci, di mana dulang sebagai wadah dan mangap (terbuka) menunjukkan keterbukaan dalam menerima anugrah dan semangat tulus ngayah.
2. Lambang Api Merah Menjulang
- Api melambangkan api suci (Agni) yang dalam ajaran Veda adalah perantara persembahan kepada para Dewa.
- Api juga mewakili kesucian, semangat pengabdian, dan pembersihan diri secara rohani (tapasya).
- Jumlah lidah api dapat dimaknai sebagai simbol banyaknya semangat pengabdian dari setiap elemen semeton Pasek.
3. Dulang Putih
- Wadah atau dulang warna putih menggambarkan kesucian niat dan ketulusan hati dalam ngayah atau melayani. Dalam konteks upacara Hindu Bali, dulang adalah media untuk banten atau persembahan kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi).
- Dulang juga sebagai simbol wadah universal yang mempersatukan segala profesi, status, dan latar belakang dalam satu pengabdian suci.
4. Warna Merah, Putih, dan Hitam (Tri Datu)
- Warna-warna ini adalah simbol Tri Murti:
- Merah: Brahma – pencipta, lambang semangat dan kreativitas.
- Putih: Siwa – pelebur, lambang kesucian dan kebijaksanaan.
- Hitam (pada lingkar luar dan teks): Wisnu – pemelihara, lambang kestabilan dan keberlanjutan.
- Ketiganya menyimbolkan keselarasan dalam karya, niat, dan tujuan yang ditujukan demi kebajikan umat dan semesta.
5. Ornamen Ukiran Bali
- Ornamen yang mengelilingi melambangkan nilai-nilai lokal sakral dan estetika spiritual Bali, tempat di mana budaya dan agama menyatu dalam satu napas kehidupan.
- Bentuknya seperti teratai (padma), lambang kesadaran spiritual yang tinggi dan tumbuh dari kesucian hati.
Kesimpulan Teologis:
Logo Jagabaya Dulang Mangap secara teologis mencerminkan semangat ngayah berdasarkan prinsip dharma, kesucian, pengabdian, dan kesatuan. Organisasi ini adalah representasi nyata dari pelindung spiritual dan sosial yang bergerak dalam nilai Satya Ring Sesana (kebenaran) dan Wirang Ring Semeton (kesetiaan pada saudara), sebagai pengejawantahan ajaran Hindu Bali yang luhur dan dinamis.
Pecalang Dulang Mangap
Harapan dalam Perspektif Weda
Sebuah Refleksi Klasik di Hari Buruh
Pengobatan Mandiri
Gedong Tumpang Lima/Gedong Dalem Pancapatha
Gedong Dalem Pancapatha dalam Arsitektur Pura Kahyangan Dharma Smṛti: Simbol Lima Jalan Menuju Kesucian Tertinggie
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Gedong Dalem Pancapatha adalah sebuah Gedong batu dengan atap lima susun sebagai simbol arsitektur suci dalam Pura Kahyangan Dharma Smṛti yang mencerminkan keluhuran spiritual dan perjalanan manusia menuju moksha melalui lima jalan utama: Bhakti, Jnana, Karma, Raja, dan Yoga. Makalah ini menganalisis makna simbolik, fungsi pengayatan, dan fondasi filosofis gedong beratap tumpang lima tersebut. Landasan teologis disertai dengan kutipan sloka Sanskerta memperkuat konsep kesucian dan tujuan spiritual struktur ini.
Pendahuluan:
Pura dalam tradisi Hindu Bali bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga wadah simbolik dari kosmologi dan spiritualitas Hindu. Gedong beratap tumpang lima, khususnya yang dinamai Gedong Dalem Pancapatha, mencerminkan perjalanan ruhani umat menuju penyatuan dengan Brahman. Arsitektur ini mencerminkan pemahaman lokal yang dalam terhadap nilai-nilai universal dalam ajaran Veda.
Makna dan Fungsi Gedong Dalem Pancapatha
1. Makna Nama dan Struktur:
- Gedong Dalem Kawitan: Tempat pemujaan suci yang bersifat dalam, tersembunyi, dan mulia.
- Pancapatha: Lima jalan spiritual yang diakui dalam filsafat Hindu untuk mencapai moksha, yaitu:
- Bhakti: Jalan pengabdian dan cinta kasih pada Tuhan.
- Jnana: Jalan pengetahuan sejati.
- Karma: Jalan tindakan suci dan tanpa pamrih.
- Raja: Jalan pengendalian diri dan disiplin batin.
- Yoga: Jalan penyatuan jiwa individu (atman) dengan Tuhan (Brahman).
2. Struktur Lima Tumpang:
Lima atap tumpang melambangkan naiknya tingkat spiritualitas dari duniawi menuju kesadaran ilahiah, paralel dengan lima unsur (Panca Mahabhuta) dan Panca Dewata.
Tujuan Pengayatan:
-
Dewa Pitara / Dalem Kawitan:
Dituju oleh para keturunan Pasek, Pande, Dalem Tarukan, Bujangga, dan Arya sebagai tempat penghormatan suci kepada leluhur utama. -
Dewa-Dewi Seperti Wisnu dan Brahma:
Mengarah pada pemujaan terhadap Dewa Pemelihara dan Dewa Pencipta sesuai fungsi dan tradisi pura setempat. -
Gunung atau Tempat Suci (Gunung Agung / Hyang Parama Kawi):
Mengandung makna makrokosmik, sebagai penyatuan antara alam dan spiritualitas melalui arah hulu atau tempat yang dianggap sebagai stana Hyang tertinggi.
Landasan Sloka dan Filosofi
Sebagai dasar teologis dan simbolik dari keberadaan Gedong Dalem Pancapatha, berikut dikutip sebuah sloka Sanskerta:
Sloka (dari Taittirīya Upaniṣad II.6):
सत्यं ज्ञानमनन्तं ब्रह्म।
Satyam jñānam anantam brahma.
Transliterasi:
Satyam jñānam anantam brahma.
Makna:
"Kebenaran, pengetahuan, dan ketidakterbatasan—itulah Brahman."
Sloka ini menekankan bahwa Tuhan adalah esensi dari kebenaran mutlak, pengetahuan suci, dan keberadaan yang abadi. Lima jalan spiritual yang dilambangkan oleh Pancapatha adalah sarana menuju pemahaman akan Brahman.
Sloka Tambahan (Bhagavad Gītā IV.11):
ये यथा मां प्रपद्यन्ते तांस्तथैव भजाम्यहम्।
Ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham.
Transliterasi:
Ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham.
Makna:
"Sejauh mana seseorang menghampiri-Ku, sejauh itu pula Aku menyambutnya."
Ini menguatkan filosofi bahwa semua jalan (bhakti, jnana, karma, raja, yoga) adalah sah menuju ke hadirat Tuhan.
Kesimpulan:
Gedong Dalem Pancapatha tidak hanya struktur fisik, melainkan simbol luhur dari tangga spiritual dalam Hindu Bali. Ia mengandung nilai-nilai filosofi mendalam yang menuntun umat melewati lima jalur pembebasan diri. Maknanya dipertegas melalui pengayatan kepada leluhur, dewa, dan manifestasi Tuhan dalam bentuk gunung atau tempat suci. Sloka-sloka suci dari teks Weda dan Upaniṣad memperkuat posisi gedong ini sebagai pusat kesucian dalam perjalanan spiritual umat.
Selasa, 29 April 2025
Nis Prateka Nir Prabhawa
Mantra Pangastawan Arca Ida Bhatara Hyang Sinuhun Śiwa Putra Paramadaksa Manuaba
Berikut ini adalah teks Puja Pangastawa ring Pura Kahyangan Dharma Smerti, khususnya dipersembahkan di Pelinggih Padmasana Ngelayang / Padma Lingga, yang saya lengkapi dalam tiga bagian: Sansekerta aslinya, transliterasi Latin, dan makna atau arti bebasnya dalam bahasa Indonesia.
PUJA PANGASTAWA RING PELINGGIH PADMASANA NGELAYANG / PADMA LINGGA
1. Sloka Pertama
Sansekerta:
Om Surya Ślokanāta-sya,
Śārada-sya svarcanam |
Sarvāntaḥ tasya siddhāntam,
Śuddha-naya śāntyasam ||
Transliterasi:
Om Surya Slokanātasya,
Sharadasya Swarcanam,
Sarwāntah Tasya Siddhāntam,
Shuddha Naya Shāntyasam.
Makna:
Om, Engkaulah penguasa agung dalam sloka-sloka Surya,
Pemilik kebijaksanaan laksana Dewi Śārada (Saraswati),
Segala kesempurnaan ada dalam dirimu,
Jalan suci dan damai menjadi hakikat-Mu.
2. Sloka Kedua
Sansekerta:
Om Asita-maṇḍala-mṛtyu,
Śītala-śatru-nāśanam |
Kavi-viśva-rakta-teja,
Sarva-bhāva bhavet bhavat ||
Transliterasi:
Om Asita Mandala Mrtyu,
Sitala Śatru Nāśanam,
Kawi Viswa Rakta Teja,
Sarwa Bhāwa Bhawet Bhawat.
Makna:
Om, Engkaulah lingkaran gelap penakluk kematian,
Dingin dan penuh ketenangan yang menghancurkan musuh,
Penyair dunia dengan cahaya bersemangat,
Segala wujud menjadi dan berasal dari-Mu.
3. Mantra Tri-Upasadhana
Sansekerta:
Ah iṅg aṅg tri-upāsādhanābhyo namaḥ svāhā ||
Transliterasi:
Ah Ing Ang Tri Upasādhanābhyo Namaḥ Swāhā.
Makna:
Salam suci dan persembahan kepada tiga kekuatan utama (Tri Upasadhana) – Brahma, Vishnu, dan Śiva – semoga diberkahi.
4. Puja Dewa Jagatnātha
Sansekerta:
Om Śrī Śrī Deva Jagannātha Kusumajāti Sarvaśāstra-ganatattvya ||
Transliterasi:
Om Sri Sri Dewa Jagatnātha Kusumajāti Sarwa Śāstra Gana Tatya.
Makna:
Om, Yang Mulia Dewa Jagannātha, wangi bagai bunga suci,
Yang meresapi segala ilmu dan makna spiritual semesta.
5. Mantra Bhukti-Mukti dan Kasih Universal
Sansekerta:
Om Anātya Anityā Maitrī-vaktra Mahati Bhuktiyā Namaḥ Svāhā ||
Transliterasi:
Om Anātya Manityā Maitri Waktra Mahati Bhuktiya Namaḥ Swāhā.
Makna:
Om, kepada wajah agung penuh kasih,
Yang memahami kefanaan dan keabadian,
Pemberi berkah kebahagiaan spiritual dan duniawi – sembah sujudku.
6. Mantra Kesucian dan Penyucian Jiwa
Sansekerta:
Om Śūnya-nirmala-pāvitranām,
Śuddha-vighna-vināśanam |
Sarva-devatidevaya,
Ātmaśuddha śuddha-lokam ||
Transliterasi:
Om Sunya Nirmala Pawitranam,
Suddha Wighna Winasanam,
Sarwa Dewati Dewaya,
Atma Suddha Suddha Lokam.
Makna:
Om, kekosongan suci dan kesucian murni,
Yang memusnahkan segala rintangan duniawi,
Penguasa segala Dewa,
Yang menyucikan jiwa dan alam spiritual.
7. Mantra Lingga dan Keberadaan Semesta
Sansekerta:
Om Maṅg uṅg liṅga-jñānam,
Sarva sūrya jagat-pranātha |
Sūkṣma śuci nirmala,
Śuddha vīryam nātha siddhiyā namaḥ ||
Transliterasi:
Om Mang Ung Lingga Jñāna,
Sarwa Surya Jagat Pranatha,
Suksma Suci Nirmala,
Suddha Wiryam Natha Siddhiya Namah.
Makna:
Om, dari suara benih suci Mang Ung tercipta kesadaran lingga,
Engkau penguasa matahari dan kehidupan seluruh dunia,
Halus, suci, dan murni,
Pemilik kekuatan penyempurna sejati – kepada-Mu puja kami.
8. Sloka Penutup (Keberkahan dan Kesempurnaan)
Sansekerta:
Sarva-phala-māsūktyam,
Kṛṣṇa-sūrya siddhyam namo namaḥ ||
Transliterasi:
Sarwa Phala Masuktyam,
Kresna Surya Siddhyam Namo Namah.
Makna:
Segala hasil mulia dan buah kebaikan yang sempurna,
Tercapai dengan terang matahari dan cahaya Kṛṣṇa –
Sembah sujud berulang kali kami haturkan.
Berikut adalah puja mantra transliterasi Sansekerta dan maknanya untuk pangastawan di Pelinggih Gedong Meru Tumpang Lima, ditujukan kepada Ida Bhatara Hyang Sinuhun dalam manifestasi sebagai para Ratu (Pasek, Pande, Bujangga, Arya, Dalem):
Oṁ namo bhagavate śivāpaśupatya
Sembah puja kepada Hyang Śiwa Pasupati yang Mahasuci.-
Oṁ śiva paśupati bhūmi hyang śaktyā namaḥ
Hormat kepada Śiwa sebagai penopang bumi dan kekuatan semesta. -
Oṁ ratu pāsekaṁ pīta-varṇaṁ vandē
Kami puja Ratu Pasek berwarna kuning keemasan, lambang kesucian dan ketenangan. -
Oṁ ratu pāṇḍeṁ rakta-varṇaṁ namāmi
Sembah Ratu Pande berwarna merah, simbol keberanian dan keteguhan. -
Oṁ ratu bhujanggaṁ śukla-varṇaṁ smarāmi
Kami ingat Ratu Bujangga berwarna putih, lambang pengetahuan dan kesucian. -
Oṁ ratu āryaṁ citra-varṇaṁ stuvē
Kami puji Ratu Arya yang berwarna-warni, lambang kemuliaan dan kebhinekaan. -
Oṁ ratu dālaṁ kṛṣṇa-varṇaṁ vande
Kami hormat pada Ratu Dalem berwarna hitam, penjaga kekuatan rahasia. -
Oṁ saṅ hyang paśupati devaḥ
Sembah kepada Śiwa sebagai Paśupati, penguasa segala makhluk. -
Oṁ hrāṁ hrīṁ syāḥ
Getar mantra suci penuh energi pembebas dari Śiwa. -
Sa ba ṭa a i
Aksara bijaksara yang melambangkan lima elemen semesta. -
Na ma śi wā ya
Pancaaksara lambang elemen: bumi, air, api, udara, dan akasa. -
Aṅ uṅ maṅ
Mantra suci lambang Brahma (Aṅ), Wisnu (Uṅ), dan Śiwa (Maṅ). -
Oṁ yāṅ yāṅ namaḥ svāhā
Salam pujian bagi Yang Maha Esa dalam wujud suara suci. -
Oṁ dharma rakṣaka jagatpāla
Wahai pelindung Dharma dan penjaga alam semesta. -
Bhakta hṛdaya-ālaya
Yang bersemayam dalam hati para bhakta. -
Ānanda rūpa śāśvata śiva
Śiwa, wujud kebahagiaan abadi dan tak berubah. -
Namaḥ te śaraṇaṁ mama
Sembah puji, Engkaulah perlindungan sejati kami. -
Sarva doṣa kṣaya kāriṇe
Penghancur segala dosa dan ketidaksempurnaan. -
Durgati nāśaka śaktimate
Yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan penderitaan. -
Prapanna janatā rakṣakāya
Pelindung seluruh umat yang berserah diri. -
Śiva śakti samyutāya namaḥ
Hormat bagi Śiwa yang bersatu dengan Śakti. -
Oṁ siddhi buddhi śānti datre namaḥ svāhā
Salam puja kepada-Mu, pemberi kesempurnaan, kebijaksanaan, dan kedamaian.
PUJA MANTRA: ARCA HYANG SINUHUN
1.
ॐ नमो भगवते विष्णवे नमः।
Om namo bhagavate viṣṇave namaḥ
Sembah sujud kami kepada Bhatara Wisnu, pemelihara alam semesta.
2.
सर्वलोकहितं नित्यं रक्षायै जातमव्ययम्।
Sarvalokahitaṁ nityaṁ rakṣāyai jātamavyayam
Yang senantiasa hadir untuk kesejahteraan semua dunia, pelindung yang abadi.
3.
धृतकुम्भधरं विष्णुं सदा वन्दे जनार्दनम्।
Dhṛtakumbhadharaṁ viṣṇuṁ sadā vande janārdanam
Kepada Wisnu yang menggenggam kendi suci, kami senantiasa memuja-Mu, wahai Janardana.
4.
सिन्धुस्नानविलीनाङ्गं पुण्यतीर्थप्रदायकम्।
Sindhusnānavilīnāṅgaṁ puṇyatīrthapradāyakam
Yang tubuhnya dibasuh oleh samudra, pemberi air suci penuh berkah.
5.
यज्ञरूपधरं देवं त्रैलोक्यपावनं हरिम्।
Yajñarūpadharaṁ devaṁ trailokyapāvanaṁ harim
Yang berwujud pengorbanan suci, menyucikan tiga dunia, itulah Hari (Wisnu).
6.
वेदवाणीमयं स्तोत्रं पठेयुः पुण्यलाभदं।
Vedavāṇīmayaṁ stotraṁ paṭheyuḥ puṇyalābhadam
Mantra yang penuh suara Veda ini memberi pahala suci bagi yang membaca.
7.
आर्चारूपं समाश्रित्य भक्त्या तं सेवये सदा।
Ārcārūpaṁ samāśritya bhaktyā taṁ sevaye sadā
Dengan penuh bhakti aku berlindung pada wujud arca-Nya dan senantiasa memuja-Nya.
8.
नमो ह्यङ्कुशहस्ताय पुण्यगङ्गाधराय च।
Namo hyaṅkuśahastāya puṇyagaṅgādharāya ca
Sembah pada Dia yang memegang pengendali gajah dan kendi air suci Gangga.
9.
पीताम्बरधरं देवं चक्रपद्मधरं प्रभुम्।
Pītāmbaradharaṁ devaṁ cakrapadmadharaṁ prabhum
Yang memakai kain kuning keemasan, memegang cakra dan padma, Tuhan semesta.
10.
पद्मनाभं जगत्कर्त्रं केशवं विष्णुमव्ययम्।
Padmanābhaṁ jagatkartraṁ keśavaṁ viṣṇumavyayam
Dari pusarnya lahir padma, pencipta jagat, itulah Keśava, Wisnu yang tak berubah.
11.
यस्य स्मरणमात्रेण पापं नश्यति तत्क्षणात्।
Yasya smaraṇamātreṇa pāpaṁ naśyati tatkṣaṇāt
Yang hanya dengan mengingat nama-Nya saja, dosa pun lenyap seketika.
12.
कुम्भयुक्तं स्वरूपं तं पूजयामि नमो नमः।
Kumbhayuktaṁ svarūpaṁ taṁ pūjayāmi namo namaḥ
Kepada wujud Hyang Sinuhun yang menggenggam kendi, kami memuja-Mu berulang kali.
13.
सत्यधर्मपरं देवं नित्यमेव सुशोभनम्।
Satyadharmaparaṁ devaṁ nityameva suśobhanam
Tuhan yang menegakkan kebenaran dan dharma, selalu bersinar terang.
14.
धर्मसंस्थापनार्थाय सम्भवाम्यहमित्यपि।
Dharmasaṁsthāpanārthāya sambhavāmyahamityapi
"Aku lahir demi menegakkan dharma," sabda-Nya termasyhur.
15.
तेजसा ज्वलितं देवं शान्तिमूर्ति सनातनम्।
Tejasā jvalitaṁ devaṁ śāntimūrti sanātanam
Tuhan bercahaya terang, wujud kedamaian yang kekal.
16.
अच्युतं केशवं रामं विष्णुं हृदि भावयेत्।
Acyutaṁ keśavaṁ rāmaṁ viṣṇuṁ hṛdi bhāvayet
Acyuta, Keśava, Rāma, Wisnu – hadirkan dalam hatimu dengan penuh cinta.
17.
पूर्तिदानक्रियायोगैः सन्तुष्टं तं हरिं भजे।
Pūrtidānakriyāyogaiḥ santuṣṭaṁ taṁ hariṁ bhaje
Dengan amal, dana, dan pengabdian, aku menyenangkan Hari dan memuja-Nya.
18.
कुम्भतोयसमायुक्तं पुण्यतीर्थस्वरूपिणम्।
Kumbhatoyasamāyuktaṁ puṇyatīrthasvarūpiṇam
Yang air dari kendi-Nya menjadi tirta suci, membawa penyucian jiwa.
19.
जनमृत्युजराशोकं नाशयामास ते प्रभो।
Janamṛtyujarāśokaṁ nāśayāmāsa te prabho
Wahai Tuhan, Engkau lenyapkan kelahiran, kematian, usia tua, dan duka dunia.
20.
मङ्गलं विष्णुरूपाय पुण्याय सुधियां पतिः।
Maṅgalaṁ viṣṇurūpāya puṇyāya sudhiyāṁ patiḥ
Segala keberkahan bagi Wisnu yang suci, pelindung para bijaksana.
21.
भक्तानां हितमिच्छन्तं तं नमामि जनार्दनम्।
Bhaktānāṁ hitamicchantaṁ taṁ namāmi janārdanam
Kepada Janardana yang selalu menghendaki kebahagiaan para bhakta, aku sujud.
22.
ॐ विष्णवे श्रीधराय नमः।
Om viṣṇave śrīdharāya namaḥ
Om, sembah sujud kepada Wisnu, pemelihara keberkahan dan kemuliaan.
Berikut adalah Puja Mantra Gedong Simpen (Arca) dalam bentuk Sansekerta transliterasi, beserta makna per baitnya. Puja ini ditujukan untuk memuliakan arca suci (arca pratista) yang menjadi tempat bersthananing Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasi-Nya.
Puja Gedong Simpen (Archa)
Transliterasi & Makna
1.
Om Hyang Sinuhun Purwanam Śiwam
Om, Hyang Sinuhun, yang awal mula adalah Śiwa,
Memuliakan Sang Hyang Siwa sebagai sumber segala permulaan.
2.
Brahmanam Purwa’nti’sthanam
Yang menetap sebagai Brahman sejak awal penciptaan,
Menjadi tempat tinggal utama dari segala kekuatan penciptaan.
3.
Sarwa Dewa Masariram
Seluruh dewa adalah perwujudan dari tubuh-Mu,
Setiap Dewa adalah bagian dari manifestasi badan suci-Mu.
4.
Surya Amerta Pawitranam
Bagai Surya yang menyucikan dengan air kehidupan (amerta),
Engkau memancarkan kesucian dan kehidupan bagi semesta.
5.
Om Indra Giri Murti Dewam
Om, Dewa dengan perwujudan agung seperti gunung Indra,
Engkau termulia bagaikan puncak kekuasaan para dewa.
6.
Loka Nātha Jagat Pati
Tuan dari alam, Penguasa jagat raya,
Pengatur dan pelindung seluruh kehidupan.
7.
Śakti Vīrya Rudra Murti
Bermanifestasi sebagai Rudra yang kuat dan penuh daya,
Engkau hadir sebagai kekuatan penghancur ketidakseimbangan.
8.
Sarwa Jagat Vipranātham
Penguasa seluruh jagat dan pelindung para rsi,
Menjaga tatanan suci dan kebijaksanaan universal.
9.
Om Vyoma Śiwam Sinuhun Stito Dewam
Om, Siwa yang bersemayam di akasa (angkasa), Dewa Agung yang dimuliakan,
Engkau hadir tak terlihat, namun menyelimuti segalanya.
10.
Sarwa Śabda Sinuhun Śiwātmanam
Seluruh suara suci adalah bagian dari diri-Mu, Sang Siwatma,
Engkaulah asal mula segala getaran dan sabda.
11.
Vīrya Mantram Nirantaram
Mantra penuh daya yang tiada henti mengalir,
Getaran suci-Mu tidak pernah terputus.
12.
Sarwa Yūṣyam Ta Devāśca
Engkau menghidupi dan menjiwai semua dewa,
Kehadiran-Mu memberi daya pada seluruh manifestasi Ilahi.
13.
Om Hyang Sinuhun Devābhyo Namaḥ Svāhā
Om, Hyang Sinuhun, hormat kepada semua Dewa, svāhā
Sembah suci untuk para dewa, sumber cahaya semesta.
14.
Ṛṣibhyo Namaḥ Svāhā
Hormat kepada para Rsi (orang suci), svāhā
Kepada para bijaksana penjaga kebijaksanaan.
15.
Pitr̥bhyo Namaḥ Svāhā
Hormat kepada para leluhur, svāhā
Memuliakan roh-roh suci para pendahulu.
16.
Sarasvatībhyo Namaḥ Svāhā
Hormat kepada Saraswati, svāhā
Pemujaan pada Dewi ilmu pengetahuan dan seni.
17.
Om Om Hyang Sinuhun Pratiṣṭhāya Namaḥ Svāhā
Om, Om, hormat kepada Hyang Sinuhun yang telah dipratista (disucikan dan dipuja), svāhā
Penghormatan mendalam atas kehadiran-Mu dalam arca pratista.
Makna Daksina
Puja Mantra Daksina (Versi Klasik Estetik)
Mantra:
ॐ नमो भगवते दक्षिणायै स्वाहा।
ॐ स्वाहा स्वधा दक्षिना ते नमः।
देवि दक्षिना मातरं सम्पूजयामि।
सर्वं हविर्मयम् अस्तु यदस्मिन्नर्पितं।
ॐ दक्षिना स्वरूपिण्यै नमो नमः।
Transliterasi:
Om namo bhagavate dakṣiṇāyai svāhā।
Om svāhā svadhā dakṣiṇā te namaḥ।
Devi dakṣiṇā mātaraṁ sampūjayāmi।
Sarvaṁ havirmayam astu yadasminnarpitaṁ।
Om dakṣiṇā svarūpiṇyai namo namaḥ।
Makna:
-
"Om namo bhagavate dakṣiṇāyai svāhā"
Sembah sujudku kepada Yang Mahasuci, Daksina sebagai perwujudan Hyang Widhi dalam bentuk persembahan suci.
-
"Om svāhā svadhā dakṣiṇā te namaḥ"
Daksina adalah persembahan untuk para dewa (svaha) dan leluhur (svadha), sujud pada kekuatannya yang suci.
-
"Devi dakṣiṇā mātaraṁ sampūjayāmi"
Aku puja engkau, wahai Ibu Daksina, sebagai ibu pemberi restu dan kemuliaan yadnya.
-
"Sarvaṁ havirmayam astu yadasminnarpitaṁ"
Segala yang kami persembahkan di sini adalah suci dan penuh makna, semoga menjadi havis (sarana kurban) menuju kebajikan.
-
"Om dakṣiṇā svarūpiṇyai namo namaḥ"
Wahai Daksina, sebagai perwujudan suci Hyang Widhi, sembahku berkali-kali padamu.
Teges dan Refleksi:
Daksina bukan sekadar persembahan materi. Ia adalah lingga bhatara, simbol kehadiran Hyang Widhi dalam bentuk kebajikan yang tulus. Daksina mengandung unsur yadnya:
- Kayika (badan),
- Wacika (ucapan), dan
- Manacika (pikiran)
yang bersatu dalam satu persembahan murni.
Proses Beragama Sebagai Jalan Kenaikan Jiwa
Senin, 28 April 2025
Dilema Seorang Acharya
Dilema Seorang Acharya: Refleksi atas Sosok Dronacharya dalam Mahabharata
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan
Dalam epos Mahabharata, Dronacharya dikenal sebagai guru agung dari Hastinapura, sosok cendekia dan pejuang yang menjadi panutan. Ia berhasil mendidik para pangeran seperti Arjuna, Bhima, Yudhishthira, Duryodhana, dan lainnya menjadi kesatria-kesatria unggul. Namun, ironinya, ia gagal membentuk karakter luhur dalam diri putranya sendiri, Ashwatthama. Hal ini mencerminkan dilema universal seorang guru—mampu membentuk orang lain, namun lemah dalam membina keluarganya sendiri.
Sloka Hindu Terkait Makna Seorang Guru dan Tantangannya
Sanskerta (Sloka Bhagavad Gita 3.26):
न बुद्धिभेदं जनयेदज्ञानां कर्मसङ्गिनाम् ।
जोषयेत्सर्वकर्माणि विद्वान्युक्तः समाचरन् ॥
Transliterasi:
na buddhi-bhedaṁ janayed ajñānāṁ karma-saṅginām
joṣayet sarva-karmāṇi vidvān yuktaḥ samācaran
Makna:
"Orang bijak seharusnya tidak menyebabkan kebingungan dalam pikiran mereka yang kurang berpengetahuan, tetapi ia harus mendorong mereka untuk melaksanakan tugas mereka dengan memberikan contoh melalui tindakan bijaksana."
Refleksi:
Sloka ini menekankan bahwa seorang bijak (guru) sepatutnya tidak hanya mengajarkan kebenaran, tetapi juga menunjukkan jalan melalui teladan. Kegagalan Dronacharya dalam membimbing Ashwatthama bisa dipahami sebagai kurangnya keseimbangan antara ajaran dan contoh nyata dalam konteks batin keluarga.
Makna dan Refleksi
1. Peran Ganda yang Tak Selalu Seimbang
Drona, sebagai Acharya, mencetak kesatria-kesatria hebat dengan disiplin dan ketegasan. Namun, terhadap Ashwatthama, kasih sayangnya menjadi kabur antara pengasuhan dan ambisi. Ikatan emosional membuatnya sulit objektif, berbeda dengan sikapnya terhadap murid lain.
2. Harapan dan Ambisi yang Membebani
Keinginan agar Ashwatthama melampaui Arjuna justru menjerumuskannya ke dalam ego dan kecemburuan. Setelah perang, Ashwatthama menjadi pelaku pembantaian tragis, cerminan bahwa ambisi orang tua tanpa penanaman nilai moral hanya melahirkan kehancuran batin.
3. Pengajaran Teknis vs. Nilai Moral
Drona unggul dalam ilmu perang, namun gagal menanamkan kebajikan dan pengendalian diri pada anaknya. Ini menegaskan bahwa guru sejati bukan hanya yang pandai mengajar, tetapi juga menanamkan moralitas.
Pelajaran untuk Masa Kini
- Menjadi guru bukan hanya soal keahlian, tetapi juga pembentukan karakter dan keadilan.
- Dalam mendidik anak, kasih sayang harus disertai kebijaksanaan dan batas.
- Keluarga bukan tempat ambisi pribadi dicurahkan, melainkan ladang utama penumbuhan nilai-nilai luhur.
Kutipan Bijak
"Seorang guru mampu menyalakan cahaya dalam hati banyak murid, namun sering kali lupa bahwa pelita di rumahnya sendiri pun butuh nyala yang sama."
Tulisan Pendek Reflektif
Dronacharya adalah lambang kebesaran seorang guru, tetapi juga simbol ironi dalam pengasuhan. Ia menjadikan Arjuna pemanah tak terkalahkan, namun gagal menuntun Ashwatthama pada jalan kebajikan. Inilah pelajaran besar bagi kita: bahwa mendidik anak sendiri bukan hanya soal mengajar, tapi tentang hadir sepenuh hati, menanam nilai luhur dengan kasih, bukan hanya keinginan besar. Guru sejati bukan hanya membentuk prestasi, tetapi mencetak pribadi yang arif—terutama di dalam rumahnya sendiri.