SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Agama Hindu (S.Pd.)
Oleh:
[Nama : I Putu Gde Kanha Manu Aditya]
NIM: [Nomor Induk Mahasiswa]
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
2025
---
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geguritan Pundukdawa merupakan salah satu karya sastra tradisional Bali yang mengandung ajaran moral, etika, dan nilai-nilai spiritual yang sangat relevan dalam pendidikan agama Hindu. Geguritan ini menggambarkan kisah seorang yang memiliki sifat negatif dan mengalami perubahan karakter setelah mengalami berbagai pengalaman hidup.
Dalam konteks pendidikan, Geguritan Pundukdawa memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa, khususnya dalam memahami konsep Dharma, Karma Phala, dan Tri Kaya Parisudha. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dan fungsi Geguritan Pundukdawa dalam pendidikan agama Hindu, serta bagaimana implementasinya dalam pembelajaran di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa makna filosofis Geguritan Pundukdawa dalam perspektif pendidikan agama Hindu?
2. Bagaimana fungsi Geguritan Pundukdawa dalam membentuk karakter peserta didik?
3. Bagaimana implementasi Geguritan Pundukdawa dalam pembelajaran pendidikan agama Hindu?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis makna filosofis Geguritan Pundukdawa dalam ajaran Hindu.
2. Mengidentifikasi fungsi Geguritan Pundukdawa dalam pendidikan karakter Hindu.
3. Mengkaji penerapan Geguritan Pundukdawa dalam pembelajaran pendidikan agama Hindu di sekolah.
---
BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu telah mengkaji sastra Geguritan sebagai media pendidikan, tetapi kajian khusus mengenai Geguritan Pundukdawa dalam pendidikan masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha memberikan kontribusi akademik dalam memahami lebih dalam makna dan fungsinya.
2.2 Landasan Teori
1. Teori Pendidikan Karakter (Lickona, 1991): Pendidikan karakter sebagai dasar pembentukan kepribadian siswa.
2. Teori Sastra dan Moral (Ratna, 2011): Sastra sebagai media penyampaian nilai-nilai moral dan etika.
3. Teologi Hindu: Konsep Dharma, Karma Phala, dan Tri Kaya Parisudha sebagai pedoman moral dalam pendidikan agama Hindu.
---
BAB III: METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis teks sastra dan studi lapangan.
3.2 Sumber Data
Data Primer: Teks Geguritan Pundukdawa dan wawancara dengan guru pendidikan agama Hindu.
Data Sekunder: Buku-buku sastra Bali, literatur pendidikan Hindu, dan hasil penelitian terkait.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Analisis teks Geguritan Pundukdawa untuk memahami makna filosofisnya.
2. Wawancara dengan guru dan siswa mengenai pemanfaatan geguritan dalam pembelajaran.
3. Observasi terhadap implementasi Geguritan Pundukdawa di sekolah.
---
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Makna Geguritan Pundukdawa dalam Pendidikan Hindu
Mengandung ajaran moral tentang akibat dari sifat buruk dan pentingnya perubahan diri.
Mencerminkan konsep Dharma, Karma Phala, dan Tat Twam Asi.
4.2 Fungsi Geguritan Pundukdawa dalam Pendidikan Karakter
Sebagai media pembelajaran nilai-nilai Hindu.
Menanamkan Tri Kaya Parisudha (berpikir, berkata, dan berbuat yang baik).
Meningkatkan kesadaran siswa terhadap Hukum Karma dalam kehidupan.
4.3 Implementasi Geguritan Pundukdawa dalam Pembelajaran Agama Hindu
Dijadikan materi dalam pembelajaran Sastra Hindu.
Digunakan dalam metode pembelajaran berbasis cerita dan diskusi.
Diterapkan dalam proyek pementasan seni sastra di sekolah.
---
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Geguritan Pundukdawa memiliki makna mendalam dalam pendidikan agama Hindu, terutama dalam menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual. Fungsinya dalam pendidikan karakter sangat signifikan karena mengajarkan konsekuensi dari perbuatan buruk dan pentingnya transformasi diri. Implementasinya dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui metode diskusi, seni sastra, dan pementasan.
5.2 Saran
1. Guru diharapkan lebih aktif dalam mengenalkan Geguritan Pundukdawa sebagai media pembelajaran karakter Hindu.
2. Sekolah dapat mengadakan lomba baca dan pementasan geguritan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra Hindu.
3. Pemerintah dan akademisi perlu mendorong penelitian lebih lanjut mengenai sastra Bali dalam pendidikan agama Hindu.
---
DAFTAR PUSTAKA
(Daftar pustaka disesuaikan dengan sumber referensi yang digunakan dalam penelitian ini, seperti kitab sastra Hindu, jurnal, buku akademik, dan wawancara dengan guru atau tokoh pendidikan.)
---
Lampiran
(Dokumentasi wawancara, teks Geguritan Pundukdawa, dan hasil observasi di sekolah.)
---
Skripsi ini memberikan analisis mendalam mengenai makna dan fungsi Geguritan Pundukdawa dalam pendidikan, serta bagaimana penerapannya dalam pembelajaran di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar