Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Hari Raya Nyepi merupakan perayaan pergantian tahun baru Saka yang mengandung makna penyucian diri dan alam semesta melalui Catur Brata Penyepian. Perayaan ini menjadi momentum bagi umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri, menyelaraskan hubungan dengan Sang Hyang Widhi, sesama manusia, dan alam semesta. Pada tahun 2025, Hari Raya Nyepi bertepatan dengan Tumpek Wariga, juga dikenal sebagai Tumpek Pengatag atau Tumpek Bubuh, yang merupakan hari pemujaan kepada Sang Hyang Sangkara, manifestasi Tuhan sebagai Dewa tumbuh-tumbuhan.
Dalam perspektif teologi Hindu, bersamaan jatuhnya Hari Raya Nyepi dengan Tumpek Wariga membawa makna anugerah melimpah dari Tuhan. Tumpek Wariga mengajarkan penghormatan kepada alam sebagai sumber kehidupan, sementara Nyepi menekankan penghentian segala aktivitas duniawi untuk mencapai keseimbangan spiritual dan ekologis. Keduanya mengingatkan manusia untuk tidak hanya berfokus pada keduniawian tetapi juga menjaga keselarasan dengan alam agar anugerah Tuhan tetap mengalir melimpah.
Anugerah melimpah dalam konteks ini bukan hanya berupa materi atau hasil panen yang baik, tetapi juga berupa kesejahteraan lahir batin, ketenangan, serta keharmonisan hidup. Dengan berpuasa dari aktivitas fisik dan pikiran negatif selama Nyepi, manusia membersihkan dirinya dari kekotoran batin. Sementara itu, melalui penghormatan kepada tumbuhan dan ekosistem pada Tumpek Wariga, manusia berkontribusi dalam keberlangsungan kehidupan.
Keseimbangan antara manusia dan alam adalah bentuk dharma (kewajiban suci) yang harus dijaga. Kesadaran akan keterkaitan antara Nyepi dan Tumpek Wariga memperkuat spiritualitas dan rasa syukur umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, perayaan ini menjadi wujud nyata dari konsep Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.
Sloka Sansekerta dan Maknanya
Sloka:
सर्वभूताय द्वाराह प्रसाद्यनिवारिताः
पृथवी तु मुक्तिरार्पणम्।
मातरम् स्यातिति पावन्यम्।
प्रकृतिर्यम् जीवनां प्रसादनम्।
वानस्य सावभूतायं ज्ञानम्।
Transliterasi:
Sarvabhūtāya dvarāha prasādya nivāritāḥ
Prithvī tu muktirārpaṇam।
Mātaram syātiti pāvanyam।
Prakṛtiryaṁ jīvanāṁ prasādanam।
Vānasya sāva bhūtāyaṁ jñānam।
Makna:
"Semua makhluk hidup mendapatkan berkah dan keselamatan, Bumi memberikan kebebasan sebagai persembahan suci, Sebagaimana ibu yang menyucikan kehidupan, Alam menjadi sumber keberlanjutan kehidupan, Dan hutan menjadi pengetahuan bagi semua makhluk."
Sloka ini mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Nyepi dan Tumpek Wariga, yaitu penghormatan kepada alam dan penerimaan anugerah suci dari Tuhan. Dengan menjalankan ajaran ini, manusia dapat mencapai kesejahteraan lahir dan batin serta menjaga keharmonisan dengan seluruh ciptaan-Nya.
Artikel ini menguraikan makna teologi dari perayaan Nyepi yang bertepatan dengan Tumpek Wariga serta sloka dalam bahasa Sanskerta yang mencerminkan nilai-nilai spiritualnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar