Selasa, 25 Maret 2025

Perjalanan Hidup dengan Niat yang Baik

Luas Metalang: Mulih Maaban

Oleh : Tu Baba
Orang tua zaman dahulu sering menyampaikan petuah dalam bentuk kata-kata sederhana namun penuh makna: luas metalang, mulih menyuun, menegen, menyabit, menyangkil, menatad. Ungkapan ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan filosofi hidup yang mengajarkan tentang perjalanan, usaha, dan hasil yang bermakna.

Pergi dengan Kesadaran, Kembali dengan Kebijaksanaan

Luas metalang berarti pergi dengan kesadaran. Pergi bukan sekadar berpindah tempat, tetapi berangkat dengan tujuan dan harapan. Seperti seorang petani yang meninggalkan rumah untuk bekerja di ladang, perjalanan hidup pun harus dimulai dengan niat yang jelas.

Mulih menyuun adalah tentang kembali dengan sesuatu yang bernilai. Tidak harus berupa harta atau benda, tetapi bisa berupa pengalaman, pelajaran, atau bahkan cerita yang menginspirasi. Seperti petani yang pulang membawa hasil panennya, kita pun diharapkan untuk kembali dari perjalanan dengan sesuatu yang bisa dibagikan atau dijadikan bekal di masa depan.

Sederhana, Tapi Tak Kehilangan Makna

Petuah ini mengajarkan bahwa hidup tak perlu berlebihan. Kreativitas dan kebijaksanaanlah yang membuat keterbatasan menjadi berkah. Tuhan tidak menuntut manusia untuk sempurna, tetapi memberi kebebasan untuk mencipta dan berkarya.

Dalam penciptaan, ada dualitas—baik dan buruk, benar dan salah—yang dalam filsafat Bali disebut Rwa Bhineda. Segala sesuatu memiliki dua sisi, dan memahami kedua sisi ini adalah bagian dari kebijaksanaan.

Maka, berangkatlah dalam perjalanan hidup dengan niat yang baik. Jangan takut keterbatasan, karena keterbatasanlah yang sering kali mengajarkan cara untuk berkreasi. Dan yang terpenting, pastikan saat kembali, tanganmu tidak kosong—bawalah cerita, pengalaman, dan kebijaksanaan yang telah matang di sepanjang perjalananmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar