Cerita Pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek
Di sebuah desa Pundukdawa, Dawan, Klungkung terdapat sebuah pura yang sangat dihormati oleh umat Hindu, yaitu Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek. Pura ini bukan hanya sekadar bangunan, tetapi juga simbol penting bagi komunitas Pasek di Bali. Di balik pembangunan pura ini, ada sosok yang sangat berpengaruh, yaitu Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba. Beliau adalah seorang tokoh spiritual yang memiliki visi dan misi untuk menyatukan masyarakat melalui ajaran-ajarannya.
Ida Sinuhun adalah seorang pemimpin yang dihormati. Ia memiliki impian untuk membangun pura yang dapat menjadi pusat spiritual bagi komunitas Pasek. Dengan semangat dan dedikasi, beliau mulai merencanakan pembangunan pura ini. Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan impian tersebut. Dalam setiap pertemuan, Ida Sinuhun selalu menekankan pentingnya harmoni dan kebersamaan. Ia percaya bahwa pura ini akan menjadi tempat yang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk memperkuat ikatan antarwarga.
Proses pembangunan pura tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari penggalangan dana hingga mencari tenaga kerja. Namun, berkat kepemimpinan Ida Sinuhun, masyarakat setempat bersatu padu. Mereka bekerja keras, bergotong royong, dan saling membantu. Setiap batu yang dipasang dan setiap ukiran yang dibuat adalah hasil kerja keras dan semangat kebersamaan mereka.
Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek diresmikan. Masyarakat merayakan momen bersejarah ini dengan penuh suka cita. Pura ini menjadi tempat berkumpulnya umat Hindu untuk berdoa dan merayakan berbagai upacara keagamaan. Keberadaan pura ini tidak hanya memperkuat spiritualitas masyarakat, tetapi juga melestarikan tradisi dan budaya Hindu di Bali.
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba tidak hanya dikenang sebagai pemimpin yang membangun pura, tetapi juga sebagai sosok yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan kearifan lokal. Pura Panataran Agung menjadi simbol penting bagi komunitas Pasek, mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga harmoni dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Seiring berjalannya waktu, pura ini terus menjadi pusat kegiatan spiritual dan budaya. Generasi muda pun mulai terlibat dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang ada. Mereka belajar dari pengalaman dan ajaran Ida Sinuhun, berusaha untuk meneruskan warisan yang telah dibangun dengan penuh cinta dan pengorbanan.
Dengan demikian, Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan pelestarian budaya bagi masyarakat Pasek di Bali. Keberadaan pura ini mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai spiritual yang telah ada sejak lama.
Kesimpulan
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa bukan sekadar bangunan suci, tetapi merupakan simbol kehidupan dan warisan budaya bagi komunitas Pasek di Bali. Melalui visi dan dedikasi Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, pura ini dibangun sebagai pusat spiritual yang menghubungkan generasi sekarang dengan ajaran leluhur mereka.
Sebagai tempat pemujaan bagi Ida Bhatara Mpu Gana, pura ini menjadi sumber kekuatan dan perlindungan bagi keturunan Pasek. Keberadaannya memperkuat ikatan spiritual di antara masyarakat, menjadikan pura ini sebagai tempat berkumpul untuk berdoa, merayakan tradisi, dan menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang.
Pura Panataran Agung juga berfungsi sebagai tujuan tirta yatra, di mana umat Hindu dari berbagai daerah datang untuk mendapatkan berkah dan memperkuat rasa kebersamaan. Dengan demikian, pura ini tidak hanya melestarikan tradisi dan ajaran dharma, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya harmoni dan persatuan dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita tentang pembangunan pura ini mengajarkan kita bahwa warisan budaya dan spiritualitas harus dijaga dan diteruskan, agar generasi mendatang dapat merasakan kekuatan dan keindahan ajaran yang telah ada sejak lama. Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek akan selalu menjadi lambang kebersamaan dan pelestarian nilai-nilai luhur bagi komunitas Pasek di Bali.
Prasasti Sang Mpu Raga
(Dalam Bahasa Sanskerta dengan Transliterasi dan Terjemahan)
---
Bahasa Sanskerta (Sanskrit)
श्रीबलेद्वीपे पुण्ये जन्म स धर्मयोगिनः।
शिवपुत्रः परामदक्षः मनुआबः महायशाः॥
स नौमि मुनिवरं पूज्यं रक्तवंशसमुद्भवम्।
किं तंसुभस्य संतानं राकवीनां महात्मनः॥
बाल्येऽपि धीरः तपसि स्थितो, वेदशास्त्रपरायणः।
धर्मस्य साधकः पुण्यः, मुनीनां मार्गदर्शकः॥
समाधौ शान्तचित्तोऽसौ, निशि प्राप्य दिवं वचः।
दृष्ट्वा स्वप्ने महापीठं, लोकशान्त्यै समर्पितम्॥
अत्रैव गत्वा पुण्यस्थले, कारयामास पावनम्।
पञ्चरत्नैः समाकीर्णं, चतुःपर्यायसंयुतम्॥
न केवलं स तं प्रासादं निर्ममे धर्मसाधकः।
परं ज्ञानं प्रदायाऽपि, लोके चक्रे परायणम्॥
स योगी नित्यध्यानस्थो, भक्ति मार्गे प्रतिष्ठितः।
यशस्यतेऽस्य पुण्यं च, यावत् स्थास्यति भूतले॥
---
Transliterasi (Latin Script)
śrībaledvīpe puṇye janma sa dharmayoginaḥ।
śivaputraḥ parāmadakṣaḥ manuābaḥ mahāyaśāḥ॥
sa naumi munivaraṃ pūjyaṃ raktavaṃśasamudbhavam।
kiṃ taṃsubhasya santānaṃ rākavīnāṃ mahātmanaḥ॥
bālye’pi dhīraḥ tapasi sthito, vedaśāstraparāyaṇaḥ।
dharmasya sādhakaḥ puṇyaḥ, munīnāṃ mārgadarśakaḥ॥
samādhau śāntacitto’sau, niśi prāpya divaṃ vacaḥ।
dṛṣṭvā svapne mahāpīṭhaṃ, lokaśāntyai samarpitam॥
atraiva gatvā puṇyasthale, kārayāmāsa pāvanam।
pañcaratnaiḥ samākīrṇaṃ, catuḥparyāyasaṃyutam॥
na kevalaṃ sa taṃ prāsādaṃ nirmame dharmasādhakaḥ।
paraṃ jñānaṃ pradāyā’pi, loke cakre parāyaṇam॥
sa yogī nityadhyānastho, bhakti mārge pratiṣṭhitaḥ।
yaśasyate’sya puṇyaṃ ca, yāvat sthāsyati bhūtale॥
---
Terjemahan Bahasa Indonesia
Di tanah suci Bali yang penuh berkah, lahirlah seorang yogi dharma,
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba yang termasyhur.
Aku menghormati sang bijak yang terhormat, keturunan dari darah suci,
Ia adalah generasi Ki Dalang Tangsub, seorang Rākavī yang agung.
Sejak kecil, beliau telah teguh dalam tapa, pengabdi kitab suci,
Pejuang dharma yang suci, menjadi petunjuk bagi para bijak.
Dalam samadhi, dengan pikiran tenang, pada malam suci,
Beliau menerima wahyu ilahi, melihat tempat suci dalam visi.
Di tanah Pundukdawa, beliau mendirikan kuil suci,
Dihiasi dengan lima permata, sebagai pusat empat parhyangan.
Namun, beliau tidak hanya membangun pura, tetapi juga menyebarkan kebijaksanaan,
Mengajarkan jalan dharma kepada dunia, menjadikannya tujuan tertinggi.
Sang yogi, selalu dalam meditasi, teguh di jalan bhakti,
Kemasyhuran dan kebajikannya akan tetap hidup selama dunia ini ada.
---
Catatan
Bahasa Sanskerta digunakan dalam gaya prasasti klasik dengan pola metrik.
Wirama Anushtubh dipakai untuk menciptakan harmoni dalam pembacaan.
Diterjemahkan dengan akurat agar tetap mencerminkan keagungan spiritual Sang Mpu Raga.
Dapat diukir pada batu prasasti di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek.
Oleh : Ni Nyoman Jesi Jonita
Alamat : Br. Pemijian, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar