Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Di tanah Bali yang sarat akan warisan leluhur, hiduplah seorang pendeta suci bernama Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa. Beliau adalah seorang Sang Mpu Raga, yang mengemban tugas suci sebagai pelopor berdirinya Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, tempat Ida Bhatara Mpu Gana berstana di Pundukdawa.
Sebagai generasi ke-9 dari Ki Dalang Tangsub, juga dikenal sebagai Wiku Rakawi, Ida Sinuhun memiliki garis keturunan yang erat dengan para wiku dan pemimpin spiritual di Bali. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa, tekun dalam tapa brata, dan mendalami sastra suci peninggalan leluhur.
Jejak Seorang Pelopor
Pada suatu malam, dalam keheningan semadi, Ida Sinuhun menerima pawisik—sebuah bisikan gaib dari alam niskala. Beliau melihat gambaran sebuah pura megah yang belum berdiri di alam nyata, tempat di mana energi spiritual leluhur bersatu dan memberikan restu bagi umat.
"Darma ini harus diwujudkan," gumam beliau.
Dengan penuh keyakinan, beliau memulai perjalanan suci ke Pundukdawa. Tanah di sana masih perawan, belum ada bangunan suci yang berdiri. Namun, di sanalah Ida Bhatara Mpu Gana berkehendak berstana. Dengan restu dari para tetua dan dukungan masyarakat, Ida Sinuhun mulai membangun Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek.
Pembangunan pura ini bukan sekadar mendirikan bangunan fisik, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual yang diwariskan oleh leluhur Pasek. Setiap ukiran, setiap batu yang disusun, mengandung doa dan mantram suci.
Kesetiaan Seorang Wiku
Sebagai seorang wiku rakawi, Ida Sinuhun tak hanya memimpin upacara, tetapi juga mendidik masyarakat tentang makna sejati ajaran dharma. Beliau sering berkata:
"Pura bukan hanya tempat sembahyang, tetapi cerminan diri. Bersihkan pikiran seperti engkau membersihkan pelinggih suci."
Dalam perjalanan panjangnya, Ida Sinuhun tak pernah goyah. Setiap tantangan yang datang, baik secara sekala maupun niskala, beliau hadapi dengan keteguhan hati. Keberadaan Pura Panataran Agung akhirnya menjadi pusat spiritual yang disucikan oleh banyak generasi setelahnya.
Warisan yang Tak Terhapus Waktu
Kini, meskipun beliau telah menyatu dengan Sang Hyang Widhi, jejak Ida Sinuhun tetap hidup di hati masyarakat. Setiap persembahyangan di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, setiap doa yang dipanjatkan di hadapan Ida Bhatara Mpu Gana, adalah bukti bahwa pengorbanan dan dharma Ida Sinuhun tak pernah sia-sia.
Beliau bukan hanya pelopor pura, tetapi juga penjaga warisan leluhur, yang mengingatkan bahwa kesucian jiwa lebih penting dari kemegahan bangunan.
Dan demikianlah kisah seorang Sang Mpu Raga, yang tak hanya membangun pura, tetapi juga membangun jiwa-jiwa yang setia pada ajaran dharma.
PUISI :
SANG MPU RAGA
Di tanah suci yang dijaga zaman,
terlahir Sang Mpu Raga dengan jiwa penerang,
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Griya Agung Bangkasa.
Beliau pelopor, pemimpin sejati,
membangun dharma dengan tulus hati,
menegakkan suci Panataran Agung,
tempat Pasek menghaturkan sembah agung.
Di Pundukdawa, bersemayam cahaya,
Ida Bhatara Mpu Gana bertahta mulia,
warisan leluhur, tak tergoyahkan,
dalam mantra suci yang terus dikidungkan.
Darah suci mengalir deras,
sebagai generasi kesembilan nan tegas,
dari Ki Dalang Tangsub, Wiku Rakawi,
pembawa sastra, pelita abadi.
Duhai Sang Mpu Raga, penjaga tirtha,
jejak sucimu tak lekang masa,
di setiap dupa, di setiap kidung,
engkau abadi dalam sembahyang agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar