Kamis, 13 Maret 2025

Penggunaan Astra Mantra

Penggunaan Astra Mantra (Petanganan) bagi Pinandita Wiwa sebagai Panugrahan Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Griya Agung Bangkasa


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd


Pendahuluan

Dalam tradisi Hindu Bali, proses penyucian spiritual melalui Pawintenan Wiwa merupakan salah satu tahapan sakral dalam perjalanan seorang Pinandita. Pawintenan ini berfungsi sebagai pengesahan secara niskala (spiritual) dan sekala (duniawi) bagi seorang Pinandita Wiwa, menggantikan konsep Pawintenan Jro Gede yang sebelumnya digunakan.

Pawintenan Wiwa pertama kali disahkan oleh Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa, yang menetapkan dasar-dasar spiritual bagi para Pinandita Wiwa di Bali. Tata cara dan sastranya dikutip dari pustaka suci Lawar Capung karya Ki Dalang Tangsub, seorang Wiku Rakawi atau pujangga besar pada zaman Kerajaan Klungkung.

Makna dan Fungsi Pawintenan Wiwa

Pawintenan Wiwa adalah bentuk penganugerahan kesucian bagi seseorang yang dipilih menjadi Pinandita. Upacara ini bertujuan untuk:

1. Meneguhkan status spiritual sebagai pemimpin ritual keagamaan.


2. Menyucikan diri secara sekala dan niskala sebelum menjalankan tugas kepanditaan.


3. Menguatkan koneksi dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, terutama dalam aspek Siwa.


4. Menggantikan konsep Pawintenan Jro Gede dengan sistem yang lebih relevan dalam perjalanan spiritual Hindu Bali.


Astra Mantra dan Petanganan dalam Pawintenan Wiwa

Sebagai bagian dari prosesi Pawintenan Wiwa, Astra Mantra dan Petanganan (gerak tangan menuju kesucian) memiliki peran penting dalam memastikan kesucian dan keberlanjutan tugas kepanditaan. Astra Mantra adalah kumpulan doa suci dibarengi dengan 17 gerak tangan yang menghubungkan Pinandita Wiwa dengan kekuatan niskala, sedangkan Petanganan digunakan untuk menentukan hari baik dan restu dewata dalam upacara.

1. Mantra Utama dalam Astra Mantra Pinandita Wiwa

Oṁ Kara Mantra → Doa pembuka untuk menyucikan diri.

Mantra Atma Sudhi → Memohon kebersihan jiwa dan raga.

Mantra Siwa Sakti → Menyelaraskan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi Siwa.

Mantra Panca Gni → Simbol penguatan spiritual dengan lima elemen api suci.

Mantra Saraswati → Memohon kebijaksanaan dan kecerdasan dalam tugas kepanditaan.

Mantra Asta Dikpala → Memohon perlindungan dari delapan penjuru alam.

Mantra Panca Rsi → Memohon bimbingan dari lima Rsi Agung.

Mantra Pamungkah dan Panglukatan → Membersihkan segala kekotoran lahir dan batin sebelum menerima pawintenan.


2. Petanganan Suci dalam Pawintenan Wiwa

17 Petanganan suci dan perhitungan wariga dalam Pawintenan Wiwa mengacu pada Pustaka Lawar Capung karya Ki Dalang Tangsub, yang memberikan dasar dalam menentukan:

Hari baik (Dewasa Ayu) untuk Pawintenan Wiwa.

Astrologi Bali-Hindu yang cocok dengan calon Pinandita.

Mantra-mantra yang digunakan dalam pengesahan Pinandita Wiwa.


Peran Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba

Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa adalah sosok suci yang pertama kali menetapkan dan mengesahkan sistem Pawintenan Wiwa. Keputusan ini berdasarkan wahyu niskala yang diterima, serta kajian mendalam dari pustaka suci Lawar Capung. Dengan demikian, Beliau menetapkan bahwa Pawintenan Wiwa menggantikan sistem Pawintenan Jro Gede, menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan ajaran Hindu di Bali.

Kesimpulan

Pawintenan Wiwa sebagai pengganti Pawintenan Jro Gede merupakan bagian dari evolusi spiritual dalam tradisi Hindu Bali. Dengan berlandaskan pada Astra Mantra dan Petanganan yang diambil dari Pustaka Lawar Capung karya Ki Dalang Tangsub, prosesi ini memberikan landasan yang kuat bagi Pinandita Wiwa dalam menjalankan tugas kepanditaan secara suci dan berlandaskan Dharma.

Sebagai sosok yang mengesahkan sistem ini, Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Griya Agung Bangkasa, memberikan anugerah spiritual yang tetap dijaga hingga saat ini, menjadikan Pawintenan Wiwa sebagai bagian penting dalam perjalanan seorang Pinandita di Bali.

Berikut adalah Sloka Sansekerta dalam aksara Dewanagari, beserta transliterasi dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, yang menggambarkan penggunaan Astra Mantra dan Petanganan bagi Pinandita Wiwa dalam Pawintenan Wiwa:


---

Sloka dalam Aksara Dewanagari

१. धर्मः सदा दीप्यते शिक्षया सत्येन पुण्येन च |
शिवपुत्रः सदा नित्यं शुद्धिं ददाति योगिना || १ ||

२. विद्याः सप्तसु नामासु शुद्धिः सत्यं च पावनम् |
अस्त्र-मन्त्रः सदा दिव्यः शिवाय प्रणिपत्यते || २ ||

३. मुनयः सर्वदा भान्ति ज्ञानं दीपयन्ति च |
कर्मणा ध्यानेन चैव परमार्थं प्रदर्शयेत् || ३ ||

४. मंत्राः सप्तदश दिव्याः शक्ति पञ्चाग्निना सह |
शिवभक्तः प्रपद्येत मार्गेण धर्मसङ्ग्रहे || ४ ||

५. आदौ करः शुद्ध्यते हृदि शक्तिः प्रवर्तते |
योगिनः पूजयन्त्येवं सदा ध्यानं समाचरेत् || ५ ||

६. न केवलं मन्त्रबलं चरित्रं ज्ञानमेव च |
शिवस्य मन्त्रसंयोगे परमं ज्ञानमस्तु ते || ६ ||

७. ज्योतिषशास्त्रे पश्यन्ति कालः शुभाशुभं तथा |
वरदाय शान्तिदं पुण्यं शिवपुत्रप्रसादतः || ७ ||

८. धर्मे स्थित्वा सदा पूज्यः मन्त्रेण समुपास्यते |
गुरवः शिष्यान् शिक्षयन्ति प्रेम्णा भक्त्या तथैव च || ८ ||

९. वेदाः पुराणानि च सन्तु ज्ञानस्य मूलभूतम् |
शास्त्राणि दैवतानां च दिव्यं रूपं प्रदर्शयेत् || ९ ||

१०. वारे पश्यन्ति दिव्याय पञ्चाङ्गं शुभदायकम् |
पण्डिताः सततं तिष्ठन्ति धर्मेण साधनं परम् || १० ||

११. मन्त्रजपं विधायैव शिवस्य ध्यानमाचरेत् |
प्रणिपत्य गुरुं भक्त्या शुद्धिं लभ्यते पराम् || ११ ||


---

Transliterasi Latin

1. Dharmaḥ sadā dīpyate śikṣayā satyena puṇyena ca |
Śivaputraḥ sadā nityaṁ śuddhiṁ dadāti yoginā || 1 ||

2. Vidyāḥ saptasu nāmāsu śuddhiḥ satyaṁ ca pāvanam |
Astra-mantraḥ sadā divyaḥ śivāya praṇipatyate || 2 ||

3. Munayaḥ sarvadā bhānti jñānaṁ dīpayanti ca |
Karmaṇā dhyānena caiva paramārthaṁ pradarśayet || 3 ||

4. Mantrāḥ saptadaśa divyāḥ śakti pañcāgninā saha |
Śivabhaktaḥ prapadyeta mārgeṇa dharmasaṅgrahe || 4 ||

5. Ādau karaḥ śuddhyate hṛdi śaktiḥ pravartate |
Yoginaḥ pūjayantyevaṁ sadā dhyānaṁ samācaret || 5 ||

6. Na kevalaṁ mantrabalaṁ caritraṁ jñānameva ca |
Śivasya mantrasaṁyoge paramaṁ jñānamastu te || 6 ||

7. Jyotiṣaśāstre paśyanti kālaḥ śubhāśubhaṁ tathā |
Varadāya śāntidaṁ puṇyaṁ śivaputraprasādataḥ || 7 ||

8. Dharme sthitvā sadā pūjyaḥ mantreṇa samupāsyate |
Guravaḥ śiṣyān śikṣayanti premṇā bhaktyā tathaiva ca || 8 ||

9. Vedāḥ purāṇāni ca santu jñānasya mūlabhūtam |
Śāstrāṇi daivatānāṁ ca divyaṁ rūpaṁ pradarśayet || 9 ||

10. Vāre paśyanti divyāya pañcāṅgaṁ śubhadāyakam |
Paṇḍitāḥ satataṁ tiṣṭhanti dharmeṇa sādhanam param || 10 ||

11. Mantrajapaṁ vidhāyaiva śivasya dhyānamācaret |
Praṇipatya guruṁ bhaktyā śuddhiṁ labhyate parām || 11 ||


---

Terjemahan Bahasa Indonesia

1. Dharma selalu bersinar melalui pendidikan, kebenaran, dan kebajikan.
Putra Siwa senantiasa memberikan kesucian kepada para yogi.

2. Dalam tujuh ilmu pengetahuan, terdapat kesucian, kebenaran, dan pembersihan.
Astra Mantra selalu bersifat ilahi dan dipersembahkan untuk Siwa.

3. Para resi selalu bersinar, menerangi dengan kebijaksanaan.
Mereka menunjukkan jalan tertinggi melalui tindakan dan meditasi.

4. Tujuh belas mantra ilahi mengandung kekuatan dengan lima elemen api suci.
Seorang penyembah Siwa berjalan di jalan Dharma yang sejati.

5. Tangan pertama-tama dimurnikan, lalu kekuatan hati berputar.
Para yogi selalu melakukan pemujaan dan meditasi.

6. Tidak hanya kekuatan mantra, tetapi juga perilaku dan kebijaksanaan.
Dalam penyatuan mantra Siwa, terdapat pengetahuan tertinggi.

7. Dalam ilmu astrologi, terlihat waktu baik dan buruk.
Berkah suci dan kedamaian diberikan oleh Putra Siwa.

8. Mereka yang teguh dalam Dharma selalu dihormati,
Dipuja dengan mantra dan kebaktian oleh para guru kepada muridnya.

9. Weda dan Purana adalah sumber utama pengetahuan.
Kitab-kitab suci menampilkan bentuk ilahi para dewa.

10. Dalam hari yang baik, lima elemen astrologi memberikan berkah.
Para pandita selalu teguh dalam Dharma sebagai jalan utama.

11. Setelah melakukan japa mantra, meditasi kepada Siwa dilakukan.
Dengan bersujud kepada guru, kesucian tertinggi diperoleh.


---

Sloka ini mencerminkan makna dan fungsi Astra Mantra serta Petanganan dalam Pawintenan Wiwa, sebagaimana diwariskan oleh Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar