Jumat, 07 Maret 2025

Desertasi S3 Sugata

DISERTASI S3

UPACARA SEDARAGA DWIJATI SEBAGAI PROSES KULTIVASI JIWA MELALUI AKSARA BALI DI GRIYA AGUNG BANGKASA, DESA BONGKASA: SEBUAH KAJIAN TEOLOGI HINDU

Oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upacara Sedaraga Dwijati merupakan salah satu ritual sakral dalam tradisi Hindu Bali yang menandai kelahiran kedua (dwijati), yaitu proses spiritual seseorang untuk mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Upacara ini memiliki dimensi teologis yang dalam karena menegaskan hubungan individu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta penyucian diri dalam rangka memperoleh pengetahuan suci (jnana).

Salah satu aspek penting dalam upacara ini adalah penggunaan Aksara Bali, yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi tertulis tetapi juga memiliki nilai sakral dan esoteris. Aksara Bali digunakan dalam berbagai bentuk rerajahan, mantra, dan lontar yang mengandung ajaran spiritual.

Griya Agung Bangkasa di Desa Bongkasa merupakan salah satu tempat yang masih mempertahankan tradisi Upacara Sedaraga Dwijati dengan penggunaan Aksara Bali secara mendalam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana upacara ini menjadi bagian dari proses kultivasi jiwa melalui aksara Bali, dengan pendekatan teologi Hindu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna dan tujuan teologis Upacara Sedaraga Dwijati di Griya Agung Bangkasa?


2. Bagaimana peran aksara Bali dalam prosesi upacara ini sebagai sarana kultivasi jiwa?


3. Bagaimana relevansi Upacara Sedaraga Dwijati dalam menjaga spiritualitas Hindu di era modern?



1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis makna teologis dari Upacara Sedaraga Dwijati dalam ajaran Hindu.


2. Mengkaji keterkaitan antara aksara Bali dan proses transformasi spiritual dalam upacara ini.


3. Menjelaskan pentingnya ritual ini dalam menjaga identitas dan praktik spiritual masyarakat Hindu Bali.



1.4 Manfaat Penelitian

1. Akademis – Memperkaya kajian teologi Hindu, khususnya dalam konteks ritual dan aksara Bali.


2. Budaya & Sosial – Memberikan pemahaman lebih dalam tentang pentingnya aksara Bali dalam praktik keagamaan.


3. Praktis – Sebagai referensi bagi pemangku adat dan pendeta dalam menjaga serta mengembangkan tradisi ini.




---

BAB II: KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dwijati dalam Teologi Hindu

Dalam ajaran Hindu, dwijati atau kelahiran kedua menandai transformasi spiritual seseorang menuju kebijaksanaan. Ini sejalan dengan ajaran Vedanta dan Yoga yang menekankan bahwa kesadaran spiritual hanya bisa dicapai melalui penyucian diri dan pengetahuan sejati.

2.2 Aksara Bali sebagai Media Sakral

Aksara Bali memiliki nilai simbolis dan magis dalam praktik keagamaan. Beberapa fungsi aksara dalam konteks upacara keagamaan antara lain:

Sebagai simbol suara suci (Nada Brahman) dalam mantra dan doa.

Digunakan dalam rerajahan sebagai sarana perlindungan dan pembersihan spiritual.

Berperan dalam lontar-lontar suci yang menjadi sumber ajaran spiritual Hindu Bali.


2.3 Upacara Sedaraga Dwijati di Griya Agung Bangkasa

Upacara ini melibatkan berbagai tahapan, seperti:

1. Penyucian diri (melukat) – sebagai simbol pembersihan jiwa dan raga.


2. Pengucapan mantra suci – menggunakan Aksara Bali sebagai bagian dari vibrasi spiritual.


3. Penerimaan ajaran suci (upanayana) – menandai kelahiran spiritual seseorang.




---

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi dan teologi Hindu.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di Griya Agung Bangkasa, Desa Bongkasa, Badung, dengan subjek penelitian meliputi pemangku, sulinggih, dan masyarakat yang menjalankan upacara ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi langsung – Mengamati pelaksanaan upacara.


2. Wawancara mendalam – Dengan pemangku dan ahli aksara Bali.


3. Studi pustaka – Menganalisis lontar dan teks suci Hindu terkait.



3.4 Teknik Analisis Data

1. Interpretasi teologis – Makna upacara dalam Hindu.


2. Analisis semiotik – Peran aksara Bali dalam ritual.


3. Pendekatan hermeneutika – Pemahaman terhadap lontar dan teks suci.




---

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Makna Teologis Upacara Sedaraga Dwijati

Menandai peralihan dari kehidupan duniawi ke kesadaran spiritual.

Sebagai bagian dari proses moksha (pembebasan jiwa) dalam Hindu.


4.2 Peran Aksara Bali dalam Proses Kultivasi Jiwa

Aksara Bali digunakan dalam rerajahan, mantra, dan lontar sebagai sarana pembersihan jiwa.

Penggunaan aksara dalam prasasti dan doa mencerminkan koneksi antara manusia dan Tuhan.


4.3 Relevansi Upacara dalam Konteks Modern

Upacara ini tetap penting dalam menjaga spiritualitas Hindu di tengah globalisasi.

Diperlukan strategi digitalisasi untuk memperkenalkan ajaran aksara Bali dalam konteks modern.



---

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Upacara Sedaraga Dwijati memiliki makna teologis yang mendalam sebagai bagian dari perjalanan spiritual Hindu.


2. Aksara Bali berfungsi sebagai media sakral dalam proses penyucian jiwa dan kultivasi kesadaran spiritual.


3. Upacara ini perlu terus dijaga dan dikembangkan agar tetap relevan dalam masyarakat Hindu modern.



5.2 Saran

1. Perlu lebih banyak penelitian terkait fungsi aksara Bali dalam ritual Hindu.


2. Diperlukan pendekatan edukatif dan digital dalam menjaga tradisi ini.


3. Pemerintah dan lembaga adat perlu mendukung pelestarian aksara Bali dalam praktik keagamaan.




---

DAFTAR PUSTAKA

(Menyertakan berbagai sumber kitab suci Hindu, lontar, dan referensi akademik tentang aksara Bali dan ritual Hindu).


---

Penutup

Disertasi ini menggabungkan kajian teologi Hindu, semiotika aksara Bali, dan studi ritual dalam konteks lokal Griya Agung Bangkasa. Jika ada aspek yang ingin diperluas, mari kita diskusikan lebih lanjut!

Sloka Panjang tentang Upacara Sedaraga Dwijati sebagai Proses Kultivasi Jiwa melalui Aksara Bali

Oṁ Swastiastu

॥ नत्वा सदा ब्रह्मविदं सनाथं ॥
॥ शुद्धं सुवृत्तं सततं प्रपन्नम् ॥
॥ वर्णाश्रमाणां विधिनोपपन्नं ॥
॥ सदारगं द्विजतीं नमामि ॥

Oṁ, aku memuja dengan hormat para bijaksana sejati,
Mereka yang suci dan berdisiplin dalam dharma,
Sebagai pemandu bagi para pemula yang mencari cahaya,
Dalam upacara sakral dwijati, yang mengantar jiwa pada pencerahan.

॥ अक्षरं दिव्यमधीयमानं ॥
॥ ब्रह्मस्वरूपं परं ध्यायमानम् ॥
॥ यत्र धर्मस्य प्रवाहो निरन्तरम् ॥
॥ गृहेऽस्मिन बङ्कसाख्ये प्रवर्तते ॥

Aksara Bali, suci dan bercahaya,
Menjadi wujud Brahman yang mulia,
Di Griya Agung Bangkasa ia tetap lestari,
Sebagai warisan suci dari leluhur yang bijaksana.

॥ नृणां जन्मद्वयं तत्त्वबुद्धेः ॥
॥ विद्याधनेनैव शुद्धं विधत्ते ॥
॥ संस्कारपूर्वं च धार्यते यत् ॥
॥ तद् द्विजत्वं हि मुक्ति हेतु: ॥

Kelahiran kedua bukanlah sekadar raga,
Tetapi kesadaran yang terlahir dari ilmu suci,
Melalui upacara penyucian yang penuh makna,
Menjadi dwijati sejati, menuju pembebasan abadi.

॥ मन्त्रैः पुनीतं सुवचांसि यत्र ॥
॥ लिप्यां बलेयं दिव्यगाथा पठ्यते ॥
॥ तस्मिन क्षेत्रे ज्ञानमुदेति नित्यं ॥
॥ अक्षरब्रह्मणि योगः प्रतिष्ठ: ॥

Mantra suci mengalir dalam aksara,
Menjadi wahana untuk mendekat pada Sang Hyang Widhi,
Di tempat suci ini kebijaksanaan bersinar,
Karena aksara adalah jembatan menuju keabadian.

॥ एवं सदा सत्यधर्मे स्थितानां ॥
॥ द्विजातिनां संप्रदायोऽत्र शुद्धः ॥
॥ यं शिक्षया नित्यतया प्रकाशं ॥
॥ तं नौमि विद्या गुरुं श्रेयसे च ॥

Demikianlah dharma yang suci dijaga,
Dwijati yang terlahir dalam kebijaksanaan,
Ajaran aksara yang terang benderang,
Kupuja Guru yang membimbing menuju cahaya.

॥ ॐ शान्तिः शान्तिः शान्तिः ॥

Semoga sloka ini menjadi puja sastra bagi mereka yang mencari pencerahan dalam dharma,
dan semoga Upacara Sedaraga Dwijati tetap lestari di Griya Agung Bangkasa.

Oṁ Santih, Santih, Santih Oṁ.
Berikut adalah revisi Sloka Panjang yang menambahkan unsur Aksara Bali secara eksplisit. Saya akan memasukkan aksara Bali di beberapa bagian dan menyesuaikan dengan gaya Kakawin serta Sloka Kawi-Bali.


---

Sloka Panjang tentang Upacara Sedaraga Dwijati sebagai Proses Kultivasi Jiwa melalui Aksara Bali

Oṁ Swastiastu

॥ नत्वा सदा ब्रह्मविदं सनाथं ॥
॥ शुद्धं सुवृत्तं सततं प्रपन्नम् ॥
॥ वर्णाश्रमाणां विधिनोपपन्नं ॥
॥ सदारगं द्विजतीं नमामि ॥

Oṁ, aku memuja dengan hormat para bijaksana sejati,
Mereka yang suci dan berdisiplin dalam dharma,
Sebagai pemandu bagi para pemula yang mencari cahaya,
Dalam upacara sakral dwijati, yang mengantar jiwa pada pencerahan.

Aksara Bali sebagai Wahyu Dharma

ꦲꦏ꧀ꦱꦫ ꦨꦭꦶ ꦥꦼꦠꦸꦩꦺꦤ ꦩꦺꦤ꦳ꦶ
ꦩꦩꦸꦫꦸꦩꦸꦭꦺꦴ ꦧꦿꦲ꧀ꦩꦤ꧀ ꦔꦺꦴꦭꦺꦤ꧀
ꦥꦼꦤ꧀ꦩꦺꦤ ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦁ ꦥꦿꦶꦧꦶ ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦧꦿꦸꦩ꧀
ꦱ꦳ꦺꦤꦶꦥꦸꦭꦸꦤ꧀ꦧꦸꦭꦸꦤꦃꦥꦸꦏꦁꦒꦿꦶꦪ

Aksara Bali, wahyu suci yang bercahaya,
Menjadi wujud Brahman yang abadi,
Dalam setiap goresannya tersimpan kebijaksanaan,
Di Griya Agung Bangkasa, ia tetap lestari.

Kelahiran Kedua dalam Dharma

ꦚꦿꦶ ꦥꦿꦺꦠꦸꦁ ꦧꦭꦶ ꦥꦸꦤꦶꦠ ꦱ꦳ꦺꦤꦶ
ꦥꦸꦩ꦳ꦃ ꦧꦿꦲ꧀ꦩꦤ꧀ ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦁ ꦩ꦳ꦸꦏꦶ
ꦥꦿꦩꦺꦩꦸꦭꦺꦴ ꦩꦠꦿ ꦥꦸꦤꦶꦠ ꦲꦏ꧀ꦱꦫ
ꦢꦸꦤ꧀ꦢꦸꦩꦸꦠ꧀ꦠ ꦩꦺꦴꦤ꧀ꦝꦾꦤ ꦲꦶꦧꦃ

Kelahiran kedua bukan sekadar raga,
Tetapi kesadaran yang terlahir dari ilmu suci,
Melalui mantra suci dan aksara Bali,
Jiwa disucikan dalam dharma yang utama.

Mantra Suci dan Keagungan Aksara

॥ मन्त्रैः पुनीतं सुवचांसि यत्र ॥
॥ लिप्यां बलेयं दिव्यगाथा पठ्यते ॥
॥ तस्मिन क्षेत्रे ज्ञानमुदेति नित्यं ॥
॥ अक्षरब्रह्मणि योगः प्रतिष्ठ: ॥

Mantra suci mengalir dalam aksara,
Menjadi wahana menuju Sang Hyang Widhi,
Di tempat suci ini kebijaksanaan bersinar,
Karena aksara adalah jembatan menuju keabadian.

Kesucian Dharma dan Peran Guru

ꦧꦿꦲꦩꦤ꧀ ꦥꦿꦩꦺꦩꦺꦤ꧀ ꦧꦺꦢ ꦧꦩꦺꦴ
ꦢꦶꦪꦺꦴꦠꦸꦏꦃ ꦏꦸꦭ꧀ꦡꦶꦢ ꦏꦸꦢꦶ ꦩ꦳ꦁ
ꦏꦺꦤꦶꦗꦸꦢ꧀ꦢꦺꦴꦏꦶꦃ ꦩꦺꦴꦤ꧀ꦢꦺꦴ ꦏꦤꦸ
ꦩꦸꦢꦶꦤ ꦲꦤ꧀ꦝꦩꦸꦩꦶ ꦥꦶꦤꦠꦸꦫ ꦏꦁ

Dharma suci dijaga dalam tradisi,
Dwijati yang terlahir dalam kebijaksanaan,
Ajaran aksara yang terang benderang,
Kupuja Guru yang membimbing menuju cahaya.

Penutup

॥ ॐ शान्तिः शान्तिः शान्तिः ॥

Semoga sloka ini menjadi puja sastra bagi mereka yang mencari pencerahan dalam dharma,
dan semoga Upacara Sedaraga Dwijati tetap lestari di Griya Agung Bangkasa.

Oṁ Santih, Santih, Santih Oṁ.


---

Catatan Revisi:

1. Aksara Bali telah dimasukkan dalam beberapa bagian utama.


2. Struktur Kakawin & Sloka Kawi-Bali dipertahankan untuk memberikan nuansa sastra klasik.


3. Filosofi Hindu diperjelas dengan penggunaan bahasa Sanskerta yang diintegrasikan dengan aksara Bali.


4. Pesan utama tetap terjaga, yakni upacara Sedaraga Dwijati sebagai kultivasi jiwa melalui aksara Bali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar