Selasa, 08 April 2025

Struktur Susunan Pelinggih

Struktur Upacara Nganteb dan Peran Pemangku dalam Penyucian Pelinggih Padma, Penunggun Karang, Indra Blaka, dan Pelinggih Samar di Lingkungan Rumah Tangga Bali

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:
Dalam tradisi Hindu Bali, upacara nganteb merupakan tahapan penting dalam penyucian dan pengesahan fungsi pelinggih sebagai wahana pemujaan. Artikel ini mengkaji struktur susunan pelinggih yang umum dijumpai di pekarangan rumah—yakni Padmasana, Penunggun Karang, Indra Blaka, dan Pelinggih Samar—beserta urutan pelaksanaan nganteb yang dilakukan oleh Jero Mangku atau Sulinggih. Penelitian ini bersumber pada lontar, pustaka agama Hindu, serta praktik nyata di masyarakat Bali.


Pendahuluan:
Pembangunan pelinggih di pekarangan rumah Bali bukan hanya kegiatan fisik, tetapi proses spiritual yang memerlukan penyucian melalui upacara ngabten atau nganteb. Tahapan ini dipimpin oleh Pemangku atau Sulinggih yang ditunjuk, sebagai wakil rohani untuk menyatukan kekuatan niskala dan sekala.


1. Peran Pemangku dalam Upacara Nganteb:
Pemangku bertindak sebagai penghubung antara pemilik rumah dengan kekuatan spiritual (Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa). Sebelum nganteb, pemilik rumah akan melakukan nunasang kidik—permohonan restu dan bimbingan rohani agar pelinggih dapat difungsikan sesuai tata dharma.


2. Susunan Pelinggih dan Urutan Upacara Nganteb yang Patut:

a. Padmasana
Sebagai pelinggih utama (utama mandala), Padmasana dipuja sebagai perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Nganteb pada Padmasana dilakukan terakhir karena ia menjadi pusat konsentrasi kekuatan suci.

b. Tugun Karang (Penunggun Karang)
Diletakkan di kelod-kauh, pelinggih ini dipuja sebagai penjaga pekarangan dari pengaruh bhuta kala. Nganteb dilakukan pertama sebagai pelindung ruang upacara.

c. Indra Blaka
Ditempatkan di area tengah rumah, dekat dapur atau tempat strategis, Indra Blaka berfungsi sebagai penjaga keseimbangan. Nganteb dilakukan setelah Penunggun Karang.

d. Pelinggih Samar / Tugu Samar
Pelinggih ini sifatnya spiritual dan khusus, kadang tidak terlihat secara fisik mencolok. Nganteb dilakukan sebelum Padmasana, dengan penekanan pada kebersihan rohani dan keikhlasan niat.


3. Urutan Nganteb yang Disarankan:

1. Tugun Karang (Penunggun Karang)


2. Indra Blaka


3. Tugu/Pelinggih Samar


4. Padmasana



Urutan ini mengikuti prinsip nista–madya–utama, dari pelinggih penjaga luar hingga pusat kesucian.

Makna Filosofis:
Urutan nganteb menunjukkan perjalanan spiritual dari luar (pelindung) menuju dalam (koneksi dengan Tuhan). Setiap pelinggih memiliki peran dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan (Tri Hita Karana). Pelaksanaan upacara oleh Pemangku bukan hanya tugas ritualistik, tetapi sebuah pengabdian spiritual yang menghidupkan taksu dalam pelinggih.

Berikut adalah puja pangastawan masing-masing untuk pelinggih Padmasana, Tugu Karang, Indra Blaka, dan Tugu Samar:

1. Padmasana (Puja kepada Sang Hyang Widhi Wasa)

Mantra:
> Om Saccidānanda rūpāya, Paramātman namo namah, Sarvavyāpi nirākārāya, Jyotirmayāya śāntāya, Padmāsanāya te namah

Makna:
> Om, sembah sujud kepada Yang Maha Ada, Maha Suci, dan Maha Bahagia.
Kepada Sang Atman Agung, aku memuja.
Yang meliputi segalanya, tak berbentuk.
Yang bercahaya dan penuh kedamaian.
Sembah bakti ke hadapan Padmasana, singgasana Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tugu Karang (Puja kepada Penunggun Karang)

Mantra:
> Om Bhūta-pati mahāyakṣa, Rakṣaka gṛha saṁsthita, Saumyāya śāntarūpāya, Karāla rūpa dūrataḥ, Tugukarāya namo namah

Makna:
> Om, wahai raja para makhluk halus yang agung.
Penjaga rumah dan pekarangan ini.
Yang lembut dan berwujud damai.
Singkirkan rupa-rupa menyeramkan dari sini.
Sembah bakti ke hadapan Tugu Karang, pelindung tempat tinggal.

3. Indra Blaka (Puja kepada Dewa Indra sebagai penjaga tengah)

Mantra:
> Om Indra deva mahāśaktī, Divya tejah samudbhava, Pāvaka śaktim ānandaṁ, Madhya-sthāna rakṣakaṁ, Indra-blakāya te namaḥ

Makna:
> Om, Dewa Indra yang agung dan penuh kekuatan.
Yang lahir dari cahaya surgawi.
Yang memiliki daya bersinar dan membahagiakan.
Penjaga tempat suci bagian tengah rumah.
Sembah sujud ke hadapan Indra Blaka.

4. Tugu Samar (Puja kepada roh suci yang tak kasatmata)

Mantra
> Om Nirākāra guhyarūpa, Alakṣya vāstava dhruva, Sūkṣma sattva niṣkalaṁ ca, Sarva rakṣaka nityam, Tugusamarāya namaḥ

Makna:
> Om, Yang tak berbentuk dan berwujud rahasia.
Tak tampak namun sungguh nyata dan tetap.
Wujud halus dan murni, tak terikat.
Penjaga segala arah sepanjang masa.
Sembah bakti kepada Tugu Samar yang suci.

Kesimpulan:
Susunan dan struktur nganteb pelinggih di rumah tangga Bali tidak boleh sembarangan. Harus mengikuti urutan spiritual dan dipimpin oleh rohaniawan yang mengerti makna niskala. Dengan memahami peran tiap pelinggih serta urutannya, masyarakat dapat membangun dan menyucikan ruang spiritual dengan benar dan sesuai dengan ajaran Hindu Dharma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar