Eksistensi dan Dinamika Ikatan Pasemetonan Tunggal Kawitan dalam Perspektif Spiritual Hindu Bali: Tumbuh Tanpa Ketergantungan pada Organisasi Formal
Pendahuluan
Pasemetonan Tunggal Kawitan merupakan ikatan kekerabatan berdasarkan garis keturunan dari satu leluhur utama (kawitan) yang dipercaya secara niskala (spiritual) dan sekala (lahiriah). Meskipun tidak dibingkai dalam struktur organisasi formal, ikatan ini tetap lestari, tumbuh, dan bahkan menguat dalam ruang kesadaran kolektif masyarakat Bali. Fenomena ini menggambarkan keberadaan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kultural yang bersumber dari ajaran suci dan etika dharma.
Untuk menggambarkan semangat kolektivitas dan kesatuan yang menjadi dasar keberlangsungan pasemetonan ini, dapat dikutip sloka dari Ṛg Veda Samhita Mandala 10, Sukta 191 sebagai berikut:
---
Sloka (Bahasa Sanskerta):
संगच्छध्वं सं वदध्वं सं वो मनांसि जानताम्।
देवा भागं यथा पूर्वे संजानाना उपासते॥
सं चित्तानि सं मनोनि सं वाचं सवदध्वम्।
सं वृत्तयो वहन्तु वः समानी व आकूतिः।
समाना हृदयानि वः समानी व ओ मनः।
यथा वः सुसहासति॥
(Ṛg Veda X.191.2–4)
---
Transliterasi Latin:
Saṅgacchadhvaṁ saṁ vadadhvaṁ saṁ vo manāṁsi jānatām।
Devā bhāgaṁ yathā pūrve sañjānānā upāsate॥
Saṁ cittāni saṁ manoni saṁ vācaṁ savadadhvam।
Saṁ vṛttayo vahantu vaḥ samānī va ākūtiḥ।
Samānā hṛdayāni vaḥ samānī va o manaḥ।
Yathā vaḥ susahāsati॥
---
Terjemahan Makna:
Bersatulah kalian, berbicaralah bersama, satukanlah pikiran kalian.
Sebagaimana para dewa bersatu dalam persembahan suci di masa lampau.
Satukan pikiran dan hati, padukan ucapan serta langkah kehidupan kalian.
Biarlah tujuan kalian serupa, dan cita-cita kalian sama.
Satukan hati kalian, dan pikiran kalian hendaknya seragam.
Agar kalian hidup bersama dalam harmoni dan kebahagiaan.
---
Pembahasan
Sloka ini secara filosofis menegaskan pentingnya kesatuan pikiran (manas), perkataan (vāc), dan tindakan (karma) dalam menjaga harmoni dalam komunitas. Dalam konteks Pasemetonan Tunggal Kawitan, ajaran ini tercermin dalam praktik bersama seperti yadnya, ngaturang bhakti ke Pura Kawitan, hingga saling mendukung dalam upacara keluarga.
Walaupun tidak ada struktur organisasi resmi, kekuatan niskala yang diwariskan oleh leluhur (kawitan) melalui rasa bhakti dan sradha mampu memelihara kesatuan pasemetonan. Ikatan ini tidak dibentuk oleh anggaran dasar atau peraturan tertulis, melainkan oleh nilai spiritual yang mengalir dalam kesadaran kolektif para keturunannya.
Kesimpulan
Ikatan Pasemetonan Tunggal Kawitan tumbuh dan bertahan karena dilandasi oleh kekuatan spiritual, etika leluhur, dan kesadaran kolektif yang tidak tergantung pada organisasi formal. Dalam terang sloka suci Ṛg Veda, kita dapat memahami bahwa kekuatan persatuan batin dan harmoni antar anggota pasemetonan merupakan landasan utama dalam menjaga eksistensi dan pertumbuhan hubungan kekeluargaan yang sakral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar