Rabu, 02 April 2025

Padma Tiga

Penataran Agung Besakih sebagai Pusat Kawasan Pura Besakih dan Konsep Tri Purusa dalam Siwaisme
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak Penataran Agung Besakih merupakan pusat spiritual dalam Kawasan Pura Besakih, yang memiliki pelinggih utama bernama Padma Tiga atau Padma Bhuwana. Pelinggih ini digunakan untuk memuja Tri Purusa, tiga aspek ketuhanan dalam Siwaisme. Konsep Tri Purusa dikembangkan oleh Dang Hyang Nirartha ketika beliau tiba di Bali pada tahun 1489 M. Artikel ini akan membahas peran Penataran Agung Besakih dalam ajaran Siwaisme serta konsep Tri Purusa yang menjadi inti dari teologi Hindu Bali.

Kata Kunci: Penataran Agung Besakih, Padma Tiga, Tri Purusa, Siwaisme, Dang Hyang Nirartha


---

1. Pendahuluan Penataran Agung Besakih merupakan pusat utama dalam kompleks Pura Besakih, yang merupakan tempat suci bagi umat Hindu di Bali. Salah satu pelinggih paling penting dalam Penataran Agung Besakih adalah Padma Tiga, yang digunakan untuk pemujaan terhadap Tri Purusa. Tri Purusa adalah tiga aspek ketuhanan dalam Siwaisme yang mencerminkan keberadaan tertinggi Tuhan dalam berbagai bentuk dan manifestasi.

Konsep Tri Purusa ini berkembang lebih lanjut di Bali setelah kedatangan Dang Hyang Nirartha dari Jawa pada tahun 1489 M. Wahyu yang beliau terima di Purancak, Jembrana, mengarahkan pengembangan lebih lanjut konsep ini untuk memperkuat spiritualitas Hindu di Bali.


---

2. Penataran Agung Besakih dan Perannya dalam Hindu Bali Sebagai pusat dari Pura Besakih, Penataran Agung memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan spiritual dan keagamaan umat Hindu di Bali. Pura ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat filsafat dan ajaran keagamaan yang menegaskan konsep Tri Purusa dalam kehidupan umat Hindu.

Padma Tiga sebagai pelinggih utama dalam Penataran Agung Besakih menjadi simbol utama pemujaan terhadap tiga aspek ketuhanan dalam ajaran Siwaisme, yaitu Paramaśiwa, Sadāśiwa, dan Śiwātmā.


---

3. Tri Purusa dalam Siwaisme Tri Purusa merupakan konsep teologis dalam Siwaisme yang menggambarkan tiga tingkatan eksistensi Tuhan:

Paramaśiwa: Aspek tertinggi yang tidak dapat dibayangkan dan tidak berwujud. Dalam ajaran Siwaisme, Paramaśiwa adalah totalitas keberadaan yang melampaui batas filsafat dan konsep material. Paramaśiwa sering digambarkan dengan warna hitam, yang melambangkan ketidakterbatasan dan ketidakterjangkauan oleh pikiran manusia.

Sadāśiwa: Aspek Tuhan yang mulai menunjukkan sifat kemahakuasaan-Nya dalam bentuk lima fungsi utama, yaitu penciptaan (sṛṣṭi), pemeliharaan (sthiti), peleburan (saṁhāra), penyerapan (tirodhāna), dan anugerah (anugraha). Sadāśiwa memiliki tiga kekuatan utama, yaitu Icchāśakti (kekuatan kehendak), Kriyāśakti (kekuatan aktivitas), dan Jñānaśakti (kekuatan pengetahuan). Dalam representasi warna, Sadāśiwa digambarkan dengan warna putih sebagai simbol kesucian, sedangkan aspek Maheśwara dalam Sadāśiwa digambarkan dengan warna merah, melambangkan energi penciptaan.

Śiwātmā: Aspek Tuhan yang telah memasuki jiwa-jiwa individu dan mengalami realitas sebagai makhluk hidup. Dalam tahap ini, Śiwa berada dalam diri semua makhluk hidup sebagai Ātman, tetapi terhalang oleh pengaruh Māyāśakti yang menyebabkan keterbatasan dalam kesadaran individu. Śiwātmā menunjukkan bagaimana keutuhan Paramaśiwa terbagi menjadi banyak jiwa individu yang menjalani perjalanan spiritualnya.



---

4. Pengaruh Dang Hyang Nirartha terhadap Konsep Tri Purusa di Bali Dang Hyang Nirartha, juga dikenal sebagai Ida Pedanda Sakti Wau Rauh atau Dang Hyang Dwijendra, memiliki peran penting dalam penyebaran dan penguatan ajaran Siwaisme di Bali. Setelah menerima wahyu di Purancak, Jembrana, beliau menegaskan bahwa ajaran Tri Purusa perlu dikembangkan lebih lanjut di Bali untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang ketuhanan dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Beliau juga berperan dalam penyebaran sistem tatanan pura berdasarkan konsep Catur Loka Pala, yang mencerminkan hubungan erat antara konsep Tri Purusa dengan susunan pura di Bali. Pengaruh Dang Hyang Nirartha masih sangat kuat dalam ajaran Hindu Bali hingga saat ini, terutama dalam ritual-ritual yang berkaitan dengan pemujaan Tri Purusa.


---

5. Kesimpulan Penataran Agung Besakih sebagai pusat dari Kawasan Pura Besakih memiliki peran penting dalam ajaran Hindu Bali. Padma Tiga sebagai pelinggih utama mencerminkan konsep Tri Purusa yang menjadi inti dari Siwaisme. Konsep ini, yang dikembangkan lebih lanjut oleh Dang Hyang Nirartha, menjelaskan tiga aspek ketuhanan yang mencerminkan keberadaan Tuhan dalam berbagai tingkatan eksistensi.

Ajaran Tri Purusa tidak hanya menjadi dasar dalam pemujaan di Pura Besakih, tetapi juga menjadi landasan spiritual bagi umat Hindu di Bali dalam memahami hubungan mereka dengan Tuhan. Konsep ini memperkuat pemahaman bahwa Tuhan hadir dalam segala aspek kehidupan, baik sebagai entitas tertinggi yang tak terjangkau, maupun sebagai kesadaran dalam diri setiap individu.


---

Referensi

Sumber-sumber klasik dan lontar Hindu Bali

Catatan sejarah perkembangan ajaran Siwaisme di Nusantara

Pengajaran filsafat Hindu terkait dengan konsep Tri Purusa


Dengan pemahaman ini, diharapkan masyarakat Hindu Bali dapat lebih memahami dan menginternalisasi ajaran Siwaisme dalam kehidupan spiritual mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar