SINOPSIS
Di abad ke-21, di tanah Bali yang penuh spiritualitas dan tradisi leluhur, seorang Mpu suci bernama Ida Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba menerima wangsit ilahi untuk mendirikan tempat pemujaan agung bagi Ida Bhatara Mpu Gana. Wangsit ini bukan sekadar amanah, tetapi panggilan suci yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam satu garis takdir yang telah digariskan oleh dewata.
Perjalanan suci ini tidaklah mudah. Berbagai tantangan menghadang, baik dari alam maupun manusia yang meragukan visinya. Alam menguji keteguhannya dengan medan yang sulit, cuaca yang tidak menentu, dan berbagai rintangan fisik yang harus dihadapi dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Sementara itu, manusia baik yang tidak memahami makna sejati dari misinya maupun mereka yang terjebak dalam keraguan memberikan ujian dalam bentuk pertanyaan, penolakan, dan bahkan perlawanan. Namun, dengan hati yang teguh dalam dharma, Ida Sinuhun tidak goyah. Ia melangkah dengan keyakinan penuh, membawa serta doa dan restu leluhur, serta keyakinan bahwa tugas sucinya akan membawa berkah bagi banyak orang.
Akhirnya, Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa pun berdiri megah, memancarkan aura suci sebagai pusat pemujaan dan spiritualitas. Pura ini tidak hanya menjadi tempat persembahyangan bagi umat Hindu, tetapi juga warisan spiritual bagi generasi mendatang. Di sini, nilai-nilai luhur dharma, bhakti, dan rwa bhineda terus diajarkan dan dijaga, menghubungkan manusia dengan semesta dalam harmoni yang abadi.
Dengan berdirinya pura ini, perjalanan Ida Sinuhun menjadi bukti bahwa kesucian hati, keteguhan iman, dan keyakinan pada dharma akan selalu menemukan jalannya, meskipun melewati berbagai rintangan. Kini, tempat suci ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang seorang Mpu suci yang dengan segala pengorbanannya telah mewujudkan wahyu ilahi menjadi kenyataan, demi kemuliaan dharma dan kelangsungan ajaran leluhur.
NASKAH FILM
ADEGAN 1 : LOKA PRABAWA (Gerbang Perjalanan Spiritual)
(Visual: Lanskap Bali Kuno. Gunung-gunung menjulang, sungai-sungai suci berkilauan di bawah cahaya matahari, dan desa-desa yang masih alami. Di tepi sungai, seorang pertapa duduk di atas batu meditasi. Suara gemericik air berpadu dengan suara angin lembut yang berhembus.)
Suara Latar (Narator) :
"Di tanah Bali yang penuh rahayu, di mana dharma menjadi jalan utama, seorang suci lahir dengan tugas besar. Ida Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba, pemuka spiritual dari garis keturunan luhur, menerima panggilan suci untuk membangun tempat pemujaan bagi Ida Bhatara Mpu Gana."
(Ida Sinuhun membuka mata dari meditasinya. Tatapannya dalam dan penuh ketenangan. Ia merasakan sesuatu yang besar akan terjadi.)
ADEGAN 2 : WANGSIT SANG MPU (Tanda-Tanda Gaib)
(Visual: Malam hari di sebuah pura kecil. Lilin dan dupa membara. Ida Sinuhun duduk bersila dalam keheningan. Tiba-tiba, angin bertiup kencang, dedaunan bergetar, dan cahaya terang muncul di langit. Dari sinar itu, terdengar suara gaib.)
Suara Gaib :
"Ida Sinuhun... Tugas suci menantimu. Tempatkan linggih Ida Bhatara Mpu Gana di tanah suci Pundukdawa. Tanah itu akan menjadi perwujudan Catur Parhyangan Ratu Pasek."
(Ida Sinuhun membuka matanya, matanya penuh keyakinan. Ia menatap langit, lalu menunduk dengan takzim.)
Ida Sinuhun :
"Dharma telah memanggil. Aku akan melaksanakan tugas ini."
ADEGAN 3 : PERJALANAN MENUJU PUNDUKDAWA (Menghadapi Rintangan)
(Visual: Ida Sinuhun bersama para pengikut setianya berjalan melalui hutan lebat, melewati sungai deras, dan menapaki perbukitan yang terjal. Langit mendung, hujan turun dengan deras. Beberapa pengikut terlihat kelelahan.)
Pengikut :
"Ratu, perjalanan ini penuh tantangan. Bagaimana kita tahu bahwa kita berada di jalan yang benar?"
Ida Sinuhun :
"Ketika hati ini dipenuhi keyakinan dan dharma, semesta akan menunjukkan jalannya. Percayalah, Ida Bhatara Mpu Gana telah merestui kita."
(Tiba-tiba, dari balik semak-semak, sekelompok orang menghadang. Mereka adalah kelompok yang menolak pembangunan pura.)
Pemimpin Kelompok :
"Kalian datang membawa ajaran baru! Tanah ini sudah memiliki pemujaannya sendiri!"
Ida Sinuhun (dengan tenang) :
"Kami tidak menghapus keyakinan siapa pun. Kami hanya mengikuti titah suci. Jika semesta mengizinkan, tak ada yang bisa menghentikannya."
(Angin tiba-tiba berhembus kencang, dan petir menyambar di kejauhan. Kelompok tersebut akhirnya membiarkan mereka lewat, menyadari ada kekuatan lebih besar yang melindungi Ida Sinuhun.)
ADEGAN 4: PEMBANGUNAN PURA (Teguh dalam Dharma)
(Visual: Para pengikut mulai membangun pura. Batu demi batu ditata, kayu-kayu besar didirikan. Ritual dan doa dilakukan setiap hari untuk memberkati tanah suci.)
(Namun, tiba-tiba terjadi gempa bumi. Tanah bergetar, beberapa bangunan yang baru setengah jadi roboh. Langit menjadi gelap, angin bertiup kencang.)
Pengikut (panik) :
"Ida Sinuhun! Alam menolak kita!"
Ida Sinuhun (tetap dalam meditasinya) :
"Ini adalah ujian. Jangan takut. Ida Bhatara Mpu Gana bersama kita."
(Ida Sinuhun tetap bersila, mengangkat tangannya perlahan. Angin mulai mereda, gempa berhenti, dan langit perlahan kembali terang. Para pengikut menatapnya dengan kagum dan penuh rasa hormat.)
ADEGAN 5 : PURA PANATARAN AGUNG BERDIRI (Kemenangan Dharma)
(Visual: Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek akhirnya berdiri megah. Upacara besar digelar, asap dupa memenuhi udara. Rakyat berdatangan, membawa sesajen dan persembahan.)
(Ida Sinuhun berdiri di hadapan pura, mengangkat tangannya dengan penuh syukur.)
Ida Sinuhun :
"Inilah tempat suci bagi seluruh umat. Sebuah warisan bagi anak cucu kita. Semoga Ida Bhatara Mpu Gana selalu melindungi kita semua."
(Kamera perlahan menyorot matahari yang mulai terbenam di belakang pura. Cahaya keemasan menyinari bangunan suci, menandakan kemenangan dharma.)
EPILOG
Suara Latar (Narator) :
"Hingga kini, warisan Ida Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba tetap lestari. Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek menjadi tempat pemujaan suci, menjadi saksi bisu perjuangan seorang Mpu suci yang mengabdikan hidupnya untuk dharma dan kebaikan semesta."
(Visual: Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di era modern, dengan umat Hindu yang datang bersembahyang. Suara gamelan Bali mengalun, membawa ketenangan.)
TAMAT
Catatan :
Film ini tidak hanya mengisahkan perjalanan seorang Mpu dalam membangun pura, tetapi juga menggambarkan perjuangan spiritual, keteguhan dalam dharma, dan nilai-nilai tradisi Bali yang tetap hidup hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar