Minggu, 09 Februari 2025

Sekah dan Sangge

Dalam upacara Nyekah yang dipimpin oleh Sulinggih Paragayan Siwa, keberadaan Sekah dari bambu buluh tetap wajib ada, sedangkan Sangge tidak diperlukan lagi jika sudah ada Tapakan Lingga di Sanggar Surya.

1. Mengapa Sekah dari Bambu Buluh Wajib Ada?

✅ Sekah adalah simbol roh leluhur yang sedang disucikan dalam upacara Nyekah.
✅ Dibuat dari bambu buluh, yang dalam ajaran Siwa Sidhanta memiliki makna sebagai wadah sementara atma sebelum mencapai penyucian tertinggi.
✅ Berfungsi sebagai perwujudan fisik atma selama prosesi, sebelum akhirnya dilebur atau dihanyutkan.
✅ Sekah juga digunakan sebagai sarana pemujaan atma hingga atma benar-benar mencapai kedudukan suci sebagai Dewa Hyang.


---

2. Mengapa Sangge Tidak Perlu Ada Lagi?

❌ Sangge (Sanggar Pamujan Sementara) biasanya digunakan sebagai tempat transit atma sebelum mencapai pelepasan sempurna.
❌ Dalam tradisi yang dipimpin oleh Sulinggih Paragayan Siwa, fokus pemujaan sudah langsung ke Lingga di Sanggar Surya.
❌ Tapakan Lingga sudah menjadi pusat pemujaan utama, sehingga fungsi Sangge menjadi tidak diperlukan lagi.
❌ Dalam konsep Siwa Sidhanta, penyatuan atma lebih difokuskan langsung ke Siwa-Rudra, bukan melalui perantara Sangge.


---

3. Kesimpulan

Sekah dari bambu buluh tetap wajib ada, karena merupakan simbol atma dalam proses penyucian.

Sangge tidak perlu ada, karena sudah ada Tapakan Lingga di Sanggar Surya yang menjadi pusat pemujaan utama dalam sistem Siwa Sidhanta.

Keputusan ini selaras dengan ajaran Siwa Sidhanta, namun tetap perlu mempertimbangkan tradisi desa adat agar tidak menimbulkan perbedaan pemahaman dalam pelaksanaan upacara.

Dalam konteks pengabenan ngelanus, keberadaan Sangge tidak lagi menjadi hal yang penting. Hal ini karena dalam sistem ngelanus, proses penyucian roh (atma) dilakukan secara langsung tanpa perlu perhentian atau transit dalam suatu wadah sementara seperti Sangge.

1. Pengabenan Ngelanus dan Hilangnya Fungsi Sangge

Pengabenan ngelanus adalah bentuk upacara kremasi yang dilakukan langsung dan lebih cepat, tanpa tahapan transit yang panjang bagi atma. Karena itu:
✅ Atma langsung disucikan dan diarahkan menuju moksa tanpa perlu perhentian sementara.
✅ Fokus pemujaan lebih langsung ke Sanggar Surya atau Lingga, bukan ke Sangge sebagai media transit.
✅ Lebih sesuai dengan konsep Siwa Sidhanta, yang menekankan penyatuan atma secara langsung dengan Siwa tanpa banyak perantara.


---

2. Konsep Modern dan Efisiensi Upacara

❌ Dewasa ini, masyarakat semakin mempertimbangkan efektivitas upacara, baik dari segi waktu, biaya, maupun makna spiritual.
❌ Dengan pengaruh globalisasi, banyak orang lebih memilih proses pengabenan yang lebih ringkas tanpa mengurangi esensi spiritualnya.
✅ Sulinggih Paragayan Siwa lebih menekankan pemujaan langsung pada Lingga di Sanggar Surya, sehingga fungsi Sangge sebagai transit menjadi tidak relevan lagi.
✅ Pemakaian krematorium berbasis desa adat juga semakin berkembang, yang memungkinkan proses pengabenan menjadi lebih cepat dan efisien, sehingga Sangge tidak lagi dibutuhkan.


---

3. Kesimpulan

Keberadaan Sangge tidak lagi penting dalam pengabenan ngelanus, karena atma langsung diarahkan menuju kesucian tanpa perhentian sementara.

Lingga di Sanggar Surya sudah menjadi titik pemujaan utama, sehingga tidak perlu ada Sangge sebagai tempat transit atma.

Efisiensi upacara dan perkembangan krematorium berbasis desa adat semakin mendukung hilangnya keperluan Sangge dalam tradisi modern.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar