Rabu, 05 Februari 2025

Aji Terus Tunjung

AJI TERUS TUNJUNG 
( Bagian VI )

Lain lagi halnya tentang Banten, itu semua adalah badan dari Bhatara Wisnu serta upasubaningnya ? sebagai badan dari Bhatara Brahma, sedangkan weda adalah badan dari Hyang Pramesti Guru, Tirtha adalah sebagai jiwa dari dunia ini, sembah bakti adalah wujud sari dari Sang Hyang Siwa Tiga, Yang disembah adalah Bhatara yang berwujud gaib dan suci, beliau disembah dan dipuja, beliau juga yang menyembah dan berdhyana yoga, karena demikian pemujaan orang untuk berbakti kepada Ida Sang Hyang Widhi sehingga tidak diketahui, Demikianlah keadaan yadnya yang harus kamu ketahui kesimpulannya katamu sesungguhnya adalah Yadnya artinya adalah ya = Bhatara, Nya = hakekat, Ya = yang, sa = satu, itulah sebabnya satu hakekat antara yasa dan yadnya, widhi-widhana, widhi = Dharma, rahayu, wi = dijunjung, dhana= tidak putus berdema, kesimpulannya Sang Hyang Dharma saja yang dijunjung didunia ini, banyak manifestasinya, serta sangat dermawan tidak putus-putus memberi anugrah kepada dunia semua, karena tidak ada lain dari yasa dan ilmu pengetahuan, sebagai jalan beliau, memberkati manusia yang berbuat dengan sarana banten dengan jalan yadnya, sebagai jalan yasa, dengan yasa sebagai pengganti tapa dan berata, tidak ada upacara yang tidak berwujud bhatara sebagai tujuan pikiran, lain lagi bila upacara itu disebut bebanten karena sebagai pemujaan kepada bhatara, namun bila pada dunia nyata" apabila ada orang yang berbuat yasa kerti berupa yadnya, "tidak pantas pikirannya diselimuti oleh hal-hal yang buruk dan kotor, pikiran jahat, "namun akan terbaliklah pahala yang akan diterimanya menjadi kesengsaran" ibarat orang becermin, cermin itu adalah banten, bayangannya bagaikan anugrah beliau itu menuruti perbuatan orang yang bercermin tadi, apakah baik atau buruk dari perbuatan maupun wajah serta warnanya maka demikianlah bayangannya, demikianlah pula yadnya itu sesuai dengan perbuatan orang yang membuatnya, Karena ini adalah anugrah maka jahat yang dipersembahkan maka kesengsaraanlah yang akan diterima sengsara pula yang dianugrahi, Apabila orang marah serta masih sayang dengan harta miliknya, kemudian berbuat yasa dan yadnya pasti akan hilang kebajikannya, Karena bhuta kala yang menghinggapinya angkara murka perbuatannya, itupun akan berbalik pahalanya, mereka akan menemukan bencana yang besar karena para bhutakala adalah penyebar wabah penyakit karena begitulah kenyataannya.

Wahai kamu Batur Kalika, ketahuilah bahwa widhi adalah beliau. Beliau adalah Dewa, beliau adalah Bhuta, beliau adalah Kala, beliau adalah manusia itu semua berasal dari pikiran, itulah sebabnya rumitnya orang berbuat, mengusahakan kebahagiaan menjadi manusia, bagaikan orang yang yang membawa air dengan daun talas, akan sangat sulit air itu untuk diam, demikian pula sulitnya mencari beliau dalam diri, makanya orang berbuat baik jangan tidak ikhlas dalam pikiran, berdana punia, jangan tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh sastra agama, bagaimana itu semuanya jika kamu menghaturkan banten namun tidak bagus maka Sang Hyang Weda yang akan dipakai melengkapinya, namun bila kurang juga mantra yang diucapkan oleh yang memimpin upacara, maka Sang Hyang Tirtha yang akan melengkapinya. Jadi kesimpulannya Sang Hyang Tirtha lah yang utama, sebagai penyelesaian didunia ini, sebagai wujud Dewa Bhatara, semua yang berwujud, pada ketiga dunia serta sebagai jiwa dari badan beliau sebagai inti hakekat dari badan ini itulah sebabnya sebesar apapun yadnya dan banten itu apabila tidak dimantrai serta diperciki tirtha maka tidak akan diterima olehnya, maka gagallah yadnya itu, dan terbalik akan menemukan kesengsaraan, karena membangun yadnya yang demikian itu. Demikianlah kata Wiku Grehasta itu kepada ketiga anak yang baru saja dilebur dosanya itu, selesai menasehati demikian lalu beliau mohon diri.

Namun mereka bertiga berusaha berbuat baik, membangun yasa kerti dengan Aji Terus Tunjung sehingga setra gandamayu menjadi taman yang semakin asri, yang dihuni oleh ketiga Bhuta Bhuti tersebut. Demikianlah halnya orang-orang semestinya yang harus diikuti agar semuanya menjadi abadi bila dapat berhasil menemukan yasa kerti dan Aji Terus Tunjung.

Lagi ada "yasa" yang perlu diperbuat, yang bernama yasa panjang umur, dan juga setelah membangun yasa ini ingatlah persembahannya, yaitu menyembah bhatara, setelah selesai upacaranya berterima kasihlah kepada beliau yang mana itu bagiannya adalah, setiap datang hari kelahiranmu sepatutnya kamu menghaturkan "Yasa apajeg" sepeti daksina suci, rayunan, pras ajuman, sodan canang lengewangi dan canang buratwangi, pangresikan, segehan wong-wongan manca warna limang tanding, semua itu bertempat di Sanggah Hyang Kawitan, upakara ini dihaturkan kepada yang menjelma pada dirimu, yaitu yang bernama Sang Hyang Suksma Jati dan kamu harus minum tirtha yang memakai sarana bungan tunjung.

Namun pada saat lahir, patut kamu menghaturkan yasa 9 pajeg, seperti didepan tadi bila yang menengah atau tingkat madya, daksina gede serba 7, dan daksina pengiringnya suci alit sucinya satu berlainan rayunan pajegan serta rerasmen 7 buah, perangkat suci gede mepinda 7 buah, pras ajuman sodan, serta canang selengkapnya, pengresikan serta caru pancasanak alit asoroh diikuti pras daksina, suci sorohan, banten sahetan, serta gelar sanga lis penyeneng, penyambleh ayam berumbun, kucit butuhan yang ditempatkan dibawah.
Itu adalah upakara yang dihaturkan kepada sanak saudaramu, Sang Catur Sanak beserta ayah dan ibumu, agar kamu panjang umur, serta dianugrahi panjang umur oleh beliau para dewata selama menjadi manusia tiada akan dihalangi, perjalananmu bila kamu telah menghaturkan caru itu. Yang semuanya itu dihaturkan kepada Bhatara Kala sehingga dia menjagamu, yang tiada lain adalah Sang Panca Maha Bhuta itu, ia tidak akan membahayakanmu dan tidak akan merusak tapa bratamu, juga dia akan mengarahkan pada alam yang paling utama, ada lagi anugrah Bhatara untuk menambah manjurnya anugrah itu, adalah dengan persembahanmu setiap bulan Kartika atau pada bulan Oktober, patut kamu menghaturkan yasa pangaci apajeg, sesuai dengan arah dan warna mata angin demikian pula dengan menghaturkan suci serta rayunan, daging dari rayunan adalah alaping lapis, serta lelampadan, rerasmen serta raka-raka memanisan galahan, serta perlengkapannya seperti dulu yaitu daksina, yang untuk
tingkat madya/menengah adalah 9 buah, artanya utama tingkat utama, sebagai wujud pemujaan kepada Dewata Nawa Sanga, juga dihaturkan kepada Bhatara Siwa sebagai perwujudan dari Sang Hyang Tunggal yang memberikan tirtha masing-masing, serta beliau menjadi tujuan dari orang yang berbuat baik, bersiap-siaplah untuk berbuat baik untuk menuju kehidupan yang lebih baik, jangan ragu dan bimbang untuk berbuat baik, sebab sesungguhnya tidak ada yang lebih mulia dari Yasa Terus Tunjung ini sebagai akhir jalan kamu akan menemui sorga dalam kehidupanmu yang nyata ini, karena semua itu adalah ajaran dari Sang Hyang Tunggal Widhi tapi jangan sekali kali disebarkan.

Namun bila telah dilaksanakan semua yang demikian itu, lalu kamu menambah anugrah bhatara itu maka dalam kehidupannya yang nyata ini maka akan langgenglah hidupmu, sempurna dan panjang umur, jika tidak berbuat demikian semoga kamu menemui bencana yang besar, orang-orang yang melaksanakan yasa ini merasakan, mereka menjadi berani, kuat tak tertandingi, serta berhasil selalu, semua keinginannya tercapai, semua tujuannya berhasil, dengan menurut ambisi dalam pikiranmu, janganlah angkuh atas kemanjuran anugrah yang kamu puja, karena kamu dijunjung oleh orang-orang ditakuti oleh musuh atau lawan, disembah oleh dunia, perbuatan yang demikian itu patut kamu waspadai sebagai orang yang bijaksana dan budiman, berhati-hatilah kalau tidak ingin celaka.

Sang Tiga Bhucari telah kembali ke sorga dan datang kehadapan Bhatara Siwa, karena sudah lebur kekotorannya, menerima pahala dari Aji Terus Tunjung, diceritakan sang Tiga Bhucari Ki Bhuta Willis Ki Kala Bang, dan Durgha Kalika karena telah suci oleh Sang Catur Asrama, serta Rsi Dwijendra, karena kemahirannya untuk melebur kekotoran, serta menyucikan kala bhuta serta kekotoran dalam diri, telah berhasil disucikan oleh Tirtha Amertha, itulah kekuatannya sehingga sekarang ia berwujud Gandarwa Hyang Widyadara Widyadari, karena telah berhasil dalam yasa kerti Terus Tunjung, sebabnya dapat kembali ke sorganya semula, tiada meninggalkan raganya serta terbang beliau diawang awang menjelma menjadi Hyang Widyadara widyadari sebab itulah asal mulanya di sorga, Ki Kala Bang menjelma menjadi Gandarwa Raja, bernama Sang Bajrabaksa atau Bajrangkara nama lainnya, dan Sang Bhuta Wilis namanya di sorga adalah gandarwa yang bernama Si Udayana, dan Batur Kalika menjelma menjadi Widyadari Mayakrsna sebagai abdi dari bhatari Uma.

Sekarang semua Sang Tiga Bhucari telah kembali ke sorga dan diceritakan perjalannya telah tiba menghadap Bhatara Siwa yang sedang berdoa dengan permaisurinya duduk di padmasana yang terbuat dari permata Kristal, terkejut beliau berdua melihat kedatangan mereka serta beliau lalu bertanya : wahai kamu Maya Ireng, Bhuta Willis dan Kala Bang, siapa yang dapat melebur kekotoranmu ? sungguh sangat sakti mereka karena kamu tidak akan mampu dirawat oleh para dewa juga oleh Bhatara Nini Hayu, karena amat besar dosamu dahulu kamu telah memakan segalanya itu yang menyebabkan kamu kotor yang disebut Tri Mala yang akan disebut Tri Medha, itu semua Sirna seperti rupamu sekarang. Beritahukanlah aku agar aku tabu apakah itu Wiku apakah itu Brahmana apakah itu wesya atau sudra, orang yang sakti itu?

Lalu menjawab yang ditanya: Ampun paduka Bhatara dan Bhatari hanya Sang Wiku Catur Asrama dan Brahmana Dwijendra yang berhasil melebur kekotoran hamba dengan sarana Tirtha Gama, dan Pancaka Mertha, serta sarana Yadnya pengakus Bhuwana, beliau mengumpulkan enam rasa yang sad didunia sebagai sarana yadnya serta dengan membuat tirtha pawitra sebagai penghilang segala kekotoran, pancamala dasamala hamba dan dalam sekejap telah sirna semuanya, sehingga hamba telah sirna semuanya, sehingga hamba telah menjelma menjadi makhluk sejati, hilang semua kotoran kembali seperti semula, hingga hamba berguru pada Sang Pandita, tentang inti ajaran Yasa Kerti Terus Tunjung, itulah yang hamba laksanakan sehingga hamba dapat moksa kembali ke sorga, karena hamba dianugrahi perincian Yasa Kerti dari Ajian Terus Tunjung, yang bertingkat tingkat dengan banyak biaya dan sangat rumit, ampun paduka namun setelah habis melakukan itu semua dengan sepenuh hati, sehingga hamba dapat menghadap paduka kembali seperti sekarang ini, mohon ampunkan hamba paduka.

Berkatalah Hyang Siwa: wahai kamu Maya Ireng, berbahagialah kamu karena telah sirna kekotoranmu oleh pandita yang utama, wiku catur asrama, serta brahmana dwijendra, karena beliau adalah wiku yang baik dalam Yasa kerti, berlaku baik bagaikan Bhatara Dharma, yang menjelma yang melekat dalam pikiran beliau, kamu telah berhutang besar kepada beliau, oleh karena itu jangan kamu ragu-ragu untuk mengubah yasa kertimu kepada sang wiku catur asrama serta Brahmana Dwijendra, karena kamu adalah sanakku sejak kamu masih menjadi gandarwa dulu, itu sama-sama mendapatkan yasa kerti itulah sebenarnya yang terjadi dahulu, sekarang baik-baiklah mendengarkan kata-kataku sekarang ini sekarang ini sebagai inti dari semua ajaran, setiap orang yang melaksanakannya akan menemukan kebahagiaan.

Lalu menyembahlah Maya Ireng beserta saudaranya serta mendengarkan, sabdha dari Bhatara Siwa sebagai penyiram rohani, Wahai kamu maya ireng, ketahuilah permulaan dari hidupmu dulu, kenyataan dari badanmu dulu pada saat kamu belum lahir, belum ada didunia ini, belum ada sorga Neraka belum ada khayangan, kedewataan, Dewapun belum ada yang ada hanya Sang Hyang Suksma Licin, yang bernama Windu Suddha Spatika yang suci, yang keluar dari intisari Nirbhana Sunya yang utama, beliau berwujud ada dan tiada, beliau adalah sebagai jiwanya dunia yang suci, saat itulah beliau membuat Dunia, membuat sorga khayangan, tempat dewata dan membuat badan, juga beliau membuat Yasa sebagai sarinya Sad Rasa Yasa itu lalu diputar beliau lahirlah Panca Tan Matra yaitu : Sabda, Rasa, Rupa, Ganda, Sparsa itulah bagian yang menyebabkan adanya bayangan, Bayangan itu lalu diputar menjadi Panca Brahma yang berwujud Nyata dan tak nyata itulah sebabnya antara kelihatan dan tak kelihatan bagiannya adalah :Api, Angin, Air, Sinar, Tanah serta Panca Brahma diputar juga keluar dari yoganya, ketika dunia ini sampai sekarang saat Sang Hyang Licin membuat dunia beliau mengambil intisarinya dari ketiga unsur yaitu : Api, Air, dan Angin, dikumpulkan sehingga menjadi tiga sungai, demikian saktinya beliau menjadi berbadan weda, berwujud badan (sarira) yang diisi dengan jiwa, juga hal itu diputar serta dibuat lagi namun ada jiwanya, digantikan oleh Sang Hyang Pramana, yang melakukan dengan mengumpulkan intisari dari Panca Tan Matra yang kemudian menjelma menjadi jantung, paru-paru, hati, empedu dan ungsilan, serta lagi beliau bertapa membuat urat syaraf sebagai tempatnya "Dewata Nawa Sanga", urat itu berbadan masing-masing sebagai jalan tenaga jiwa keluarnya air sam sam sebagai tempat pemujaannya, dan kemudian beliau beryoga lagi mengeluarkan "usus bercabang". Itulah sebagai kawahnya badan sebagai tempatnya racun kalakuta serta kekotoran badan juga usus sebagai jalan dari tirta amertha, itu didalam dibagi menjadi tiga tempatnya, kiri kanan pada kawah yang tidak nyata, itu tempatnya tirtha Amertha, di bawah Nabi/pusar (urat) yang dua itu kemudian bersatu, seperti jalannya air kencing dan kotoran namanya pembuahan atau pelepasan, lagi beliau Sang Hyang Licin beryoga, keluarlah tenaga sehingga bisa bergerak sebab telah diberi jiwa setelah dibuat dan tercipta disebutlah Sang Hyang Tunggal Widhi seketika keluar dari kandungan, berjanji kamu dengan saudaramu yang memeliharamu saat kamu berada di taman Bagendra (kelamin ibu) namanya, itu tempatnya didalam rahim ibu, disana ada perjanjian bahwa kamu akan selalu ingat bersaudara dan ia akan mengikutimu selama kamu hidup, sampai mati baik dalam suka maupun duka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar