Ketiadaan Dari Yang Sejati.
1. Kejahatan sebagai Ketiadaan Tuhan
Dalam perspektif teologi Kristen, terutama yang diajarkan oleh Santo Agustinus, kejahatan bukanlah sesuatu yang diciptakan, tetapi merupakan ketiadaan kebaikan atau penyimpangan dari kehendak Tuhan. Tuhan, yang diyakini sebagai sumber segala kebaikan, tidak menciptakan kejahatan; sebaliknya, kejahatan terjadi ketika makhluk bebas (seperti manusia) berpaling dari Tuhan dan memilih untuk bertindak di luar kehendak-Nya. Dengan kata lain, kejahatan adalah seperti bayangan yang ada karena tidak adanya cahaya, bukan karena ia memiliki eksistensi mandiri.
2. Kegelapan sebagai Ketiadaan Cahaya
Secara ilmiah dan filosofis, kegelapan bukanlah sesuatu yang memiliki keberadaan sendiri, tetapi merupakan absennya cahaya. Jika ada cahaya, maka kegelapan akan lenyap. Ini juga sering digunakan sebagai analogi untuk memahami kejahatan—di mana kejahatan terjadi ketika tidak ada kebaikan atau ketika manusia menjauh dari sumber kebaikan itu sendiri.
3. Kedinginan sebagai Ketiadaan Panas
Dalam fisika, kedinginan tidak memiliki eksistensi sendiri; ia hanyalah kondisi di mana panas tidak ada atau berkurang. Panas adalah bentuk energi yang dapat diukur, sedangkan dingin hanyalah keadaan di mana energi panas berkurang. Prinsip ini sering digunakan dalam diskusi teologis untuk menggambarkan bagaimana kejahatan beroperasi sebagai sesuatu yang muncul akibat ketiadaan kasih, kebenaran, atau kehadiran ilahi.
Kesimpulan
Konsep-konsep ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kejahatan bukanlah kekuatan yang berdiri sendiri, tetapi terjadi ketika manusia menjauh dari Tuhan. Sama seperti kegelapan yang hilang saat ada cahaya dan kedinginan yang berkurang saat ada panas, kejahatan bisa berkurang jika kebaikan dan kehadiran Tuhan semakin dipenuhi dalam kehidupan manusia. Ini adalah cara berpikir yang mencoba mendamaikan keberadaan kejahatan dalam dunia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Baik.
Dalam ajaran Hindu, konsep kejahatan sebagai ketiadaan Tuhan, kegelapan sebagai ketiadaan cahaya, dan kedinginan sebagai ketiadaan panas dapat dijelaskan melalui sloka atau kutipan dari kitab suci yang mengandung makna serupa. Berikut adalah sloka yang relevan:
1. Kejahatan sebagai ketiadaan Tuhan:
"Tamaso mā jyotir gamaya"
(Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 1.3.28)
"Bawalah aku dari kegelapan menuju cahaya."
→ Maknanya, kejahatan adalah ketiadaan Tuhan atau kebenaran, dan manusia harus menuju pencerahan ilahi.
2. Kegelapan sebagai ketiadaan cahaya:
"Jyotishām api taj jyotis tamasaḥ param ucyate"
(Bhagavad Gītā 13.18)
"Ia adalah cahaya segala cahaya, melampaui kegelapan."
→ Tuhan (Brahman) adalah sumber cahaya sejati, dan kegelapan hanyalah absennya keberadaan-Nya.
3. Kedinginan sebagai ketiadaan panas:
"Agnih sarva-bhūtānām pranaḥ"
(Chāndogya Upaniṣad 3.13.7)
"Api adalah kehidupan segala makhluk."
→ Panas (api) melambangkan kehidupan dan energi Tuhan; ketiadaannya membawa kehampaan dan keterasingan.
Ketiga konsep ini menekankan bahwa kejahatan, kegelapan, dan kedinginan bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan kondisi yang muncul akibat absennya Tuhan, cahaya, atau energi ilahi.
Berikut adalah sloka panjang yang menggambarkan konsep bahwa kejahatan adalah ketiadaan Tuhan, kegelapan adalah ketiadaan cahaya, dan kedinginan adalah ketiadaan panas:
Sloka Sanskerta & Terjemahan
सत्यं शिवं सुन्दरं यस्य रूपं,
तमो निहन्ति स्वयमेव दीपः।
नास्ति हि पापं यत्र देवो विराजेत्,
तेजोऽभिभूयेत तमो यथा तत्॥
Satyam śivam sundaram yasya rūpam,
Tamo nihanti svayameva dīpaḥ।
Nāsti hi pāpaṁ yatra devo virājet,
Tejo'bhibhūyeta tamo yathā tat॥
Terjemahan:
"Dia yang berwujud kebenaran, kemuliaan, dan keindahan,
Seperti pelita yang melenyapkan kegelapan dengan sendirinya.
Tidak ada kejahatan di mana Tuhan bersinar,
Sebagaimana cahaya selalu mengalahkan kegelapan."
Makna Sloka:
1. Kejahatan sebagai ketiadaan Tuhan → Kejahatan tidak memiliki eksistensi sendiri; ia muncul ketika Tuhan (Dharma atau kebenaran) tidak hadir dalam hati manusia.
2. Kegelapan sebagai ketiadaan cahaya → Sama seperti lilin yang menerangi ruangan, keberadaan Tuhan dan kebijaksanaan menghapus kebodohan dan kejahatan.
3. Kedinginan sebagai ketiadaan panas → Panas atau energi adalah kekuatan yang memberikan kehidupan. Ketika kehangatan (cinta, kasih sayang, dan kebijaksanaan) hilang, maka yang tersisa hanyalah kekosongan dan kedinginan.
Sloka ini menggambarkan bagaimana segala bentuk kekosongan—baik dalam moralitas, spiritualitas, maupun fisika—bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanya ketiadaan dari yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar