Konsep Mepulang Lingga Bagi Sulinggih Istri
Oleh Ida Sinuhun Siwa Putri Paramadaksa Manuaba.
Dalam konteks ini, mepulang lingga memiliki makna sebagai upaya untuk mengembalikan atau menyucikan kembali kekuatan spiritual yang sebelumnya bersemayam dalam sulinggih lanang. Prosesi ini juga menandai perubahan status bagi sulinggih istri, yang dalam beberapa tradisi tertentu dapat menerima sebagian atau keseluruhan taksu dan tugas spiritual dari sulinggih lanang, atau justru kembali menjalani kehidupan sebagai widowati (istri sulinggih yang telah lebar).
Selain sebagai prosesi sakral, mepulang lingga juga menjadi bagian dari tahapan perjalanan spiritual seorang sulinggih dalam siklus hidup dan kematian, yang erat kaitannya dengan konsep pelepasan dan pengembalian kesucian ke asalnya, sesuai dengan ajaran Siwa Siddhanta.
Fungsi Mepulang Lingga:
1. Mengembalikan Lingga Sulinggih Lanang ke Asalnya
Lingga, sebagai simbol keberadaan spiritual sulinggih lanang, dikembalikan ke alam suci untuk menyempurnakan perjalanan atman-nya.
2. Meneguhkan Sulinggih Istri sebagai Pemuput Karya
Setelah upacara ini, sulinggih istri berhak melanjutkan tugas sebagai pemuput karya dalam upacara Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya).
3. Menjaga Kesinambungan Dharma Kepanditaan
Sulinggih istri tetap menjalankan peran spiritualnya dalam membimbing umat, memberikan tirtha, dan memimpin upacara yadnya.
4. Pelepasan Ikatan Pasangan Secara Spiritual
Upacara ini juga berfungsi untuk memutus keterikatan duniawi antara sulinggih lanang dan istri, sehingga sulinggih istri dapat melanjutkan perjalanan dharma secara mandiri.
Makna Mepulang Lingga:
1. Menyucikan dan Menyempurnakan Atma Sulinggih Lanang
Upacara ini membantu roh sulinggih lanang agar mencapai moksa atau penyucian sempurna.
2. Pelepasan dan Transformasi Peran
Setelah upacara ini, sulinggih istri tidak lagi terikat sebagai pasangan, tetapi berdiri sendiri dalam menjalankan tugas kepanditaan.
3. Meneguhkan Keberlanjutan Kepemimpinan Spiritual
Sulinggih istri mendapat pengukuhan untuk tetap menjalankan peran pentingnya dalam kehidupan umat Hindu, khususnya sebagai pemuput karya dalam upacara-upacara keagamaan.
4. Menjaga Keseimbangan dan Kesucian Upacara Panca Yadnya
Dengan tetap berperan sebagai pemuput karya, sulinggih istri memastikan bahwa setiap yadnya dilaksanakan sesuai sastra dan tetap memberikan kesejahteraan bagi umat.
Dengan demikian, Mepulang Lingga tidak hanya merupakan prosesi spiritual, tetapi juga sebuah transisi kepemimpinan dalam aspek kepanditaan, memastikan bahwa tugas suci tetap berlanjut meskipun sulinggih lanang telah lebar.
Berikut adalah Puja Pangastawan dalam upacara Mepulang Lingga untuk mengembalikan lingga sulinggih lanang dan memberikan restu bagi sulinggih istri dalam melanjutkan tugas dharma.
1. Mantra Pangastawan Awal (Doa Permohonan)
> "Om Namo Brahmane, Namo Visnave, Namo Rudraya, Namo Maheswaraya.
Om Brahma Visnu Maheswara Prasadam Kuruksva Mam."
Artinya:
"Hormat kepada Brahma, Visnu, dan Rudra.
Semoga ketiga manifestasi Tuhan memberikan berkah kepadaku."
2. Mantra Penyucian Lingga Sulinggih Lanang
> "Om Atma Tattwatma Suddhamam Swaha, Om Ang Ung Mang,
Ang Badha Tirtha, Ung Badha Amertha, Mang Badha Agni, Ang Ung Mang."
Artinya:
"Om, semoga Atma menjadi suci.
Om, kesucian air, keabadian, dan api, bersatu dalam Atma."
3. Mantra Pelepasan Lingga ke Alam Brahman
> "Om Brahmatma Satyam, Parama Satyam, Tat Twam Asi.
Om Linggam Suddham Paramatmani Layam Swaha."
Artinya:
"Om, Brahman adalah kebenaran tertinggi. Engkau adalah itu.
Om, semoga Lingga yang suci kembali ke Paramatman (Tuhan Yang Maha Esa)."
4. Mantra Pangastawan untuk Sulinggih Istri
> "Om Devi Tattwamasi, Om Guru Swasti Swaha.
Om Brahma Visnu Iswara, Rwa Bhineda Tat Twam Asi."
Artinya:
"Om, engkau adalah Dewi, engkau adalah Guru. Semoga engkau mendapat keberkahan.
Om, Brahma, Wisnu, dan Iswara adalah satu kesatuan, engkau adalah bagian dari itu."
5. Mantra Penutup dan Permohonan Kedamaian
> "Om Santih Santih Santih Om."
Artinya:
"Semoga damai di dunia, damai di jiwa, dan damai di semesta."
Puja ini bertujuan untuk mengembalikan lingga sulinggih lanang ke asalnya, menyucikan sulinggih istri, serta memohon restu agar tugas dharma dapat berlanjut dengan baik. Mantra ini dapat disesuaikan dengan tradisi spiritual yang berlaku di masing-masing griya.
Berikut adalah puja mantra panjang untuk memohon Lingga dan Siwa Upakarana, serta semua atribut Sulinggih Lanang dalam tradisi Hindu Bali.
Puja Mantra Lingga dan Siwa Upakarana
1. Mantra Memohon Lingga Siwa
Om namah Śivāya, Śivāya namah Om
Om Śantaya Śivaya, Sarva Vyapine
Om Śiva Linggaya Swaha
Om Linggasya Bhavanam Śuddham, Śuddha Śiva Swabhavakam
Om Śuddha Satyam Param Brahma, Śivoham Śivoham Om
2. Mantra Memohon Siwa Upakarana
Om Śiva Tattvaya Namah
Om Linggaya Swaha, Om Pāśupataya Swaha
Om Rudraya Swaha, Om Mahadeva Swaha
Om Tatpurushaya Vidmahe, Mahadevāya Dhīmahi
Tanno Rudrah Prachodayat
Puja Mantra untuk Atribut Sulinggih Lanang
1. Mantra Memohon Danda (Tongkat Suci Sulinggih)
Om Danda Brahma Swaha
Om Dharmadanda Swaha
Om Śiva Kripaaya Swaha
2. Mantra Memohon Upavita (Benang Suci Sulinggih)
Om Upavita Mahadeva, Pavitram Papanasanam
Jñana Vairagya Siddhyartham, Pavitram Pratigrihnami
Om Śuddhi Swaha
3. Mantra Memohon Wija (Bijaksara Suci)
Om Ang Ung Mang Siwa Guru Swaha
Om Guru Brahma, Guru Viṣṇu, Guru Devo Maheswarah
Guru Sākṣāt Parabrahma, Tasmai Śrī Gurave Namah
4. Mantra Memohon Śivāsthana (Singgasana Siwa Sulinggih)
Om Śivaśthana Parama Śuddham
Om Śiva Tat Paramam Sukham
Om Siwa Sthiti Om Swaha
Puja ini dilakukan dengan ketulusan hati, disertai dengan persembahan berupa bija mantra, dupa, tirtha, dan banten upakara sesuai dengan tata cara adat dan agama Hindu Bali. Jika digunakan untuk kepentingan lebih spesifik, biasanya sulinggih atau pemangku akan menyesuaikan puja sesuai dengan keperluan upacara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar