Manusia dewa ya, manusa ya, kala ya. "Manusia Kala" dalam lontar Kumara tattwa sumber kala adalah Śiwa, sedangkan Kala dan Kumara adalah simbol waktu, perputaran sang waktu tidak bisa dibendung oleh kekuatan apapun kecuali oleh poros sang waktu itu sendiri (śiwa). Manusia juga tidak bisa melepaskan dari dari sang kala itu, karena dalam tubuh manusia ada "sang Kala" itu. Dalam Teks Jñanasiddhânta disebutkan kedudukan Pañcakala Kala dalam tubuh manusia, yakni: ..Om, Om Kâlakuta-śiwaya Namah ring udâra, Om Om Antahkâla-śiwaya Namah daksìna-kara, Om Om Adikâla-śiwaya Namah bâma-kara, Om Om Prasâdakâla-śiwaya Namah pada daksina, Om Om Sthitikâla-śiwaya Namah pada bama ( Om Om hoermat kepada Kâlakutaśiwa di kandungan empedu, Om Om hormat kepada Antahkâlaśiwa di tangan kanan, Om Om hormat kepada Adikâlaśiwa di tangan kiri, Om Om hormat kepada Prasâdakâlaśiwa di kaki kanan, Om Om hormat kepada Sthitikâlaśiwa di kaki kiri (Soebadio,1985). Jika dilihat konsep Kâla dalam tubuh manusia, maka manusiakâla (kâla ya), bagian tak terpisahkan. Manusia memiliki kesadaran waktu yang bekerja dalam tubuh manusia, bukan berapa lama sang waktu bekerja, tetapi berapa banyak kebaikan, ketentraman, kesejahteraan, kedamaian, yang telah diputar oleh sang waktu dalam tubuh manusia untuk orang kebaikan orang lain. Itulah yang dalam Sarasamuscaya disebut Sang Sadhu, orang bijak yang senantiasa menghitung kebaikan dan kemuliaan orang lain, bukan mencari kejelekan, keburukan kesalahan orang lain. Hari ini saatnya hari suci tumpek wayang merenungkan "pewayangan" bayangan kita siapa, dimana, untuk apa kita diciptakan. Gunakan Pañcakâla dlm tubuh ini untuk memutar kebaikan semesta. Selamat merayakan Tumpek Wayang untuk umat sedharma dimanapun berada. Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar