Rabu, 05 Februari 2025

Penggunaan Aksara dan Bahasa Bali Bagi Pemangku.

Penggunaan Aksara dan Bahasa Bali Bagi Para Pemangku. 

Pemerintah Desa Tua
Mengundang Pamangku

Penyuluhan
"Penggunaan Aksara dan Bahasa Bali dalam Tugas Kepamangkuaan"

Dalam Rangka Bulan Bahasa Bali 2025

📅 Hari/Tanggal: Rabu, 19 Pebruari 2025
📍 Tempat: (Kantor Desa Tua)
🕘 Waktu: (09.00 sampai selesai)

✨ Melestarikan Aksara & Bahasa Bali dalam Adat dan Keagamaan ✨

"Ajeg Bahasa, Lestari Budaya"

PENYAJI MATERI:
1). Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Agnijaya Daksa Manuaba Griya Agung Telagawaja Karangasem. 
2). I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd.

Diselenggarakan oleh:
Pemerintah Desa Tua


Konsep penggunaan aksara dan bahasa Bali bagi para pemangku dan sarati di Desa Tua untuk memperkuat pemahaman terhadap teks keagamaan, meningkatkan pelestarian budaya, serta memperkaya spiritualitas dalam upacara adat dan agama. Berikut beberapa gagasan yang bisa diterapkan:

1. Penggunaan Aksara Bali

Aksara Bali memiliki peran penting dalam menulis teks keagamaan dan tradisional. Para pemangku dan sarati di Desa Tua bisa menggunakan aksara Bali dalam:

Nyurat Lontar: Menyalin lontar-lontar suci seperti Dharma Sasana, Tutur Bhuwana, atau Sloka Saraswati agar lebih mudah dipelajari oleh generasi berikutnya.

Papan Informasi Pura: Nama-nama pura, petunjuk arah, dan jadwal odalan bisa ditulis dalam aksara Bali agar tetap relevan dengan tradisi lokal.

Transliterasi Kidung dan Mantra: Menulis kembali mantra atau kidung ke dalam aksara Bali untuk memperkuat keasliannya.


2. Penguatan Bahasa Bali dalam Upacara

Pidato atau Dharma Wacana: Para pemangku dan sarati bisa membiasakan memberikan wejangan atau pengarahan dalam bahasa Bali halus (alus sor-singgih) untuk memberikan kesan sakral.

Mantra dalam Bahasa Bali: Selain menggunakan mantra Sanskerta, pemangku juga bisa memperdalam pemahaman mantra dalam bahasa Bali agar maknanya lebih dipahami umat.

Komunikasi Sehari-hari: Menggunakan bahasa Bali dalam komunikasi internal antar pemangku dan sarati untuk menjaga kelestarian bahasa.


3. Pelatihan dan Pendidikan

Agar para pemangku dan sarati semakin mahir, bisa diadakan:

Pelatihan Menulis Aksara Bali bagi mereka yang belum terbiasa.

Workshop Bahasa Bali Halus, terutama terkait kosakata keagamaan dan etika berbicara dalam konteks upacara.

Kelas Membaca Lontar, agar mereka bisa memahami isi lontar yang digunakan dalam upacara.


4. Digitalisasi dan Dokumentasi

Membuat arsip digital lontar dalam aksara Bali agar lebih mudah diakses dan dipelajari.

Menerapkan penerjemahan teks suci dari bahasa Kawi ke bahasa Bali agar lebih dipahami oleh generasi muda.

Mengembangkan aplikasi atau e-book berisi panduan aksara Bali untuk pemangku dan sarati.


Dengan konsep ini, penggunaan aksara dan bahasa Bali di Desa Tua tidak hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga menjadi bagian dari pendidikan dan spiritualitas yang berkelanjutan. 





MATERI

Materi Penggunaan Aksara dan Bahasa Bali dalam Tugas Kepamangkuaan

Disusun untuk Penyuluhan bagi Pamangku dan Sarati Desa Tua
Dalam Rangka Bulan Bahasa Bali 2025


1. Pendahuluan

Pentingnya aksara dan bahasa Bali dalam kehidupan beragama dan adat.

Peran pamangku dan sarati dalam menjaga keajegan bahasa Bali.

Kaitan aksara dan bahasa Bali dengan lontar suci dan ritual keagamaan.


2. Aksara Bali dalam Tugas Kepamangkuaan

Jenis-jenis aksara Bali yang digunakan dalam kepamangkuaan:

Aksara Wreastra: Digunakan dalam teks umum dan doa.

Aksara Swalalita: Digunakan dalam mantra-mantra sakral.

Aksara Modre: Digunakan dalam tulisan suci dan rajah (panglukatan).


Contoh penggunaan aksara Bali dalam:

Penulisan daksina

Prasasti dan sesontengan

Rerajahan dan rajah panglukatan

Lontar keagamaan



3. Bahasa Bali dalam Tugas Kepamangkuaan

Tingkatan Bahasa Bali yang harus dikuasai oleh pamangku dan sarati:

Basa Alus: Digunakan dalam upacara keagamaan dan komunikasi dengan umat.

Basa Madya: Digunakan dalam percakapan sehari-hari antara pamangku/sarati dengan umat.

Basa Kasar: Dihindari dalam komunikasi resmi dan keagamaan.


Frasa dan kalimat penting dalam tugas kepamangkuaan:

"Om Swastiastu" – Salam pembuka.

"Nunas paridana" – Memohon izin berbicara atau memimpin upacara.

"Suksma ring Ida Sang Hyang Widhi" – Ucapan terima kasih kepada Tuhan.

"Mangda rahayu" – Doa untuk keselamatan.

"Swaha" – Ungkapan dalam mantra saat menghaturkan sesajen.



4. Penerapan dalam Upacara dan Keagamaan

Contoh pidato pamangku dalam bahasa Bali saat memimpin upacara.

Contoh penulisan mantra dalam aksara Bali.

Simulasi membaca lontar dan sesontengan dalam bahasa Bali.


5. Pelestarian Aksara dan Bahasa Bali oleh Pamangku dan Sarati

Cara meningkatkan keterampilan menulis dan membaca aksara Bali.

Mendorong penggunaan bahasa Bali dalam komunikasi harian di pura.

Peran pamangku dan sarati dalam mengajarkan aksara dan bahasa Bali kepada generasi muda.


6. Penutup

Ringkasan pentingnya penggunaan aksara dan bahasa Bali dalam tugas kepamangkuaan.

Harapan agar pamangku dan sarati menjadi pelopor dalam pelestarian aksara dan bahasa Bali.

Diskusi dan sesi tanya jawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar