Minggu, 09 Februari 2025

Mobilisasi Krematorium

Mobilisasi Krematorium Berbasis Desa Adat oleh Griya Agung Bangkasa

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

Griya Agung Bangkasa sebagai pusat spiritual dan adat memiliki peran strategis dalam mempertahankan tradisi Hindu Bali, khususnya dalam ritual pengabenan. Di era globalisasi, mobilisasi krematorium berbasis desa adat menjadi solusi agar proses ngaben tetap berjalan sesuai ajaran Hindu, tetapi lebih efisien dalam biaya, waktu, dan tenaga.


---

1. Latar Belakang Mobilisasi Krematorium Desa Adat

a) Tantangan dalam Pengabenan Tradisional

Pengabenan tradisional di Bali, terutama yang melibatkan pembuatan bade, lembu, sarana upacara, dan sesajen, membutuhkan:

Biaya besar, yang tidak semua keluarga mampu tanggung.

Tenaga kerja banyak, yang semakin sulit ditemukan karena perubahan sosial.

Waktu yang panjang, dari persiapan hingga prosesi selesai.


Dengan globalisasi dan modernisasi, masyarakat mulai mencari cara agar tetap dapat menjalankan ritual sesuai lontar, tetapi lebih efisien. Krematorium berbasis desa adat menjadi solusinya.


---

2. Konsep Krematorium Berbasis Desa Adat di Griya Agung Bangkasa

a) Krematorium Berbasis Adat vs. Krematorium Komersial

Krematorium berbasis desa adat berfungsi sebagai fasilitas kolektif yang dikelola desa adat, sehingga tidak berorientasi pada keuntungan komersial.

Berbeda dengan krematorium komersial, yang sering kali menghilangkan elemen ritual Hindu, krematorium desa adat tetap menjalankan prosesi spiritual yang sesuai dengan Weda dan lontar Bali.


b) Prinsip Utama Krematorium Desa Adat

1. Tetap Menjalankan Prosesi Ritual Hindu

Mantra pengentas tetap dilakukan sebelum kremasi.

Tirtha pangentas digunakan untuk menyucikan roh sebelum pelepasan.

Upacara meajar-ajar dan ngeroras tetap berlangsung meskipun jenazah dikremasi.



2. Gotong Royong Menyama Braya

Biaya lebih ringan karena dikelola oleh desa adat, bukan oleh pihak swasta.

Saling membantu antar keluarga dalam prosesi, sehingga tetap mempertahankan semangat Menyama Braya.



3. Menyesuaikan dengan Sastra Hindu

Tetap berdasarkan ajaran Siwa Siddhanta, Lontar Yama Purana Tattwa, dan tradisi pengabenan Bali.

Tidak hanya membakar jasad, tetapi benar-benar memastikan atma mencapai moksa.





---

3. Implementasi Mobilisasi Krematorium oleh Griya Agung Bangkasa

a) Penyediaan Fasilitas Krematorium

Griya Agung Bangkasa menginisiasi pembangunan krematorium berbasis desa adat yang bisa digunakan masyarakat luas.

Lokasi dipilih dengan mempertimbangkan aspek kearifan lokal, spiritualitas, dan tata ruang adat.


b) Tata Cara Ngaben di Krematorium Berbasis Adat

1. Persiapan Awal

Sawa (jenazah) disucikan dengan tirtha pangentas sebelum kremasi.

Mantra pengutangan tetap diucapkan.



2. Proses Kremasi

Dilakukan dengan api suci, bukan hanya sekadar proses teknis.

Mantra pelepasan roh tetap dilakukan oleh pemangku atau sulinggih.



3. Pasca-Kremasi

Abu ditempatkan di tempat suci sebelum dihanyutkan ke laut atau sungai.

Ritual meajar-ajar dan nyekah tetap dijalankan untuk memastikan perjalanan roh sempurna.





---

4. Manfaat Mobilisasi Krematorium Berbasis Desa Adat

a) Memudahkan Masyarakat tetapi Tetap Sesuai Sastra

Pengabenan bisa lebih praktis tetapi tetap mengikuti ajaran Hindu.

Ritual tetap dilaksanakan dengan penuh kesakralan dan spiritualitas.


b) Meringankan Biaya Upacara

Tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membuat bade dan sarana pembakaran.

Sistem gotong royong desa adat membuat biaya lebih terjangkau dibanding krematorium swasta.


c) Mencegah Komersialisasi Ritual Suci

Menghindari krematorium komersial yang hanya menitikberatkan pada aspek teknis tanpa unsur spiritual.

Tetap mempertahankan peran desa adat dan sulinggih dalam setiap prosesi.



---

5. Kesimpulan

Mobilisasi krematorium berbasis desa adat oleh Griya Agung Bangkasa adalah solusi modern yang tetap menjaga nilai-nilai Hindu Bali. Dengan konsep ini:
✅ Prosesi tetap sesuai sastra dan tradisi Hindu
✅ Biaya lebih terjangkau karena berbasis gotong royong
✅ Menjaga spiritualitas pengabenan dari pengaruh komersialisasi

Griya Agung Bangkasa berhasil menunjukkan bahwa modernisasi dapat berjalan selaras dengan tradisi, tanpa menghilangkan esensi suci dalam ritual ngaben.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar