Senin, 07 April 2025

Upacara 12 Hari Bayi Lahir

Upacara Bayi 12 Hari atau Ngerorasin (Ngelepas Awon) "Ni Putu Tarisha Nandhika Putri"

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Pendahuluan

Upacara adat di Bali merupakan perwujudan rasa bhakti, pemujaan, dan penyucian diri dalam kehidupan masyarakat Hindu. Salah satu upacara penting dalam daur hidup manusia adalah Upacara Ngerorasin, yang dilakukan saat bayi berusia 12 hari. Upacara ini juga dikenal dengan istilah “Ngelepas Awon”, yaitu melepas hal-hal buruk atau leteh yang secara niskala melekat pasca kelahiran.

Nama "Ngerorasin" berasal dari kata "roras" yang berarti dua belas, menunjuk pada pelaksanaannya yang tepat di hari ke-12 kelahiran seorang bayi, sebagaimana dilakukan pada bayi bernama Ni Putu Tarisha Nandhika Putri.


Makna Upacara Ngerorasin

Secara umum, tujuan upacara ini adalah untuk mensucikan sang ibu dan bayinya, karena kelahiran dianggap sebagai peristiwa leteh secara sekala maupun niskala. Setelah upacara ini dilakukan, ibu sudah diperbolehkan kembali melakukan aktivitas keagamaan dan memasuki kawasan suci, seperti sanggah kemulan.

Upacara ini dipimpin oleh Pemangku dan dilangsungkan di dua tempat utama, yaitu dapur (Paon) sebagai simbol stana Dewa Brahma, dan sanggah sebagai tempat pemujaan kepada leluhur.


Upakara (Banten) yang Digunakan

Beberapa sarana upacara sederhana yang umum digunakan dalam upacara ini meliputi:

  1. Pejati yang dihaturkan kepada Ida Bhatara Siwa Guru dan Bhatara Dalem Karang.
  2. Banten Pengresikan untuk penyucian niskala.
  3. Banten Kumara yang diletakkan di plangkiran bayi.
  4. Banten Ari-ari di tempat ari-ari ditanam.
  5. Banten Tataban yang ditaburkan pada bayi.
  6. Banten Nunas Tirta Penglukatan di dapur (paon), sumur, atau semer.

Salah satu contoh puja sederhana saat nunas tirta di paon adalah sebagai berikut:

Puja Sembah:
"Ratu Ida Bethare Brahma, titiyang nunas tirta panglukatan mangda rare titiyang rahajeng, selamat lan dirgayusa."

Maknanya adalah permohonan kepada Dewa Brahma agar sang bayi memperoleh keselamatan, kesehatan, dan umur panjang.


Sloka Suci Sebagai Penguat Spiritualitas Upacara

Upacara ini juga diperkuat oleh doa-doa suci yang bersumber dari Weda dan lontar. Salah satu sloka Sansekerta yang dapat digunakan sebagai doa penyucian adalah sebagai berikut:

Sloka (Sansekerta):

“Śuddhosi Buddhosi Niranjanosi
Saṃsāra Māyā Parivarjitosi
Saṃsāra Svapnaṃ Tyaja Mōha Nidrāṃ
Madbhaktiṃ Labdhvā Bhava Nirmamāḥ”

Transliterasi:
"Shuddhosi buddhosi niranjanosi,
samsāra māyā parivarjitosi,
samsāra svapnaṃ tyaja moha nidrām,
madbhaktim labdhvā bhava nirmamah."

Makna:
"Engkau adalah jiwa yang suci dan tercerahkan, terbebas dari noda.
Jauhkanlah dirimu dari ilusi duniawi.
Tinggalkanlah mimpi samsara dan tidur kebodohan,
Raihlah bhakti kepada-Ku dan jadilah tanpa keakuan."

Sloka ini bermakna penyucian diri dan pelepasan dari keterikatan duniawi, sangat sesuai digunakan untuk mengiringi prosesi penyucian bayi agar jiwanya bersih dan terhindar dari pengaruh negatif.


Penutup

Upacara Ngerorasin atau Roras Lemeng bukan hanya ritual pembersihan sekala dan niskala, melainkan juga bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua dalam menyambut kelahiran jiwa baru ke dunia. Bagi Ni Putu Tarisha Nandhika Putri, ini merupakan tonggak spiritual awal untuk melanjutkan kehidupan sebagai manusia yang suci, sehat, dan penuh harapan.

Semoga tradisi luhur ini tetap lestari dan terus dimaknai secara mendalam oleh generasi penerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar