Konsep Pembangunan Pelinggih Padma Tiga dan Padma Ngelayang oleh Ida Batara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Daksa Manuaba di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak
Pembangunan pelinggih Padma Tiga dan Padma Ngelayang di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa oleh Ida Batara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Daksa Manuaba merupakan bentuk nyata dari upaya pelestarian serta penguatan ajaran Siwaisme di Bali. Padma Tiga sebagai simbol pemujaan Tri Purusa dan Padma Ngelayang sebagai stana Ida Bhatara Sanghyang Pasupati menegaskan pentingnya spiritualitas dalam tatanan pura Bali. Artikel ini juga menyoroti dibangunnya Bale Gajah sebagai tempat pemujan bagi para sulinggih, mencerminkan kesinambungan antara ajaran Weda, ritual, dan peran pendeta dalam menjaga kesucian pura.
Kata Kunci: Padma Tiga, Padma Ngelayang, Siwaisme, Tri Purusa, Ida Bhatara Pasupati, Pura Panataran Agung, Daksa Manuaba
1. Pendahuluan
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa merupakan salah satu pura penting dalam sistem keagamaan Hindu Bali. Inisiatif Ida Batara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Daksa Manuaba dalam membangun pelinggih Padma Tiga dan Padma Ngelayang memperkuat posisi pura ini sebagai pusat spiritual dan pelestarian ajaran Siwaisme. Pembangunan ini mengadopsi konsep Penataran Agung Besakih sebagai pusat spiritual tertinggi, terutama dalam penerapan struktur Padma Tiga sebagai stana Tri Purusa dan Padma Ngelayang sebagai wujud penghormatan kepada Ida Bhatara Sanghyang Pasupati, sumber utama kekuatan dan kesucian para sulinggih.
---
2. Replika Sakral: Padma Tiga dan Tri Purusa
Padma Tiga di Pura Panataran Agung dibangun mengikuti struktur Padma Bhuwana di Besakih, melambangkan tiga aspek utama ketuhanan dalam Siwaisme yang dikenal sebagai Tri Purusa:
Paramaśiwa: aspek Tuhan yang mutlak, tidak berbentuk, tidak tergambarkan, dan melampaui segala realitas duniawi.
Sadāśiwa: aspek ketuhanan yang mulai berfungsi melalui lima kekuatan utama (panca krtya).
Śiwātmā: aspek Tuhan yang bersemayam dalam diri makhluk hidup sebagai Atman.
Pelinggih ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan pusat meditasi dan pemujaan yang menghubungkan manusia dengan kesadaran ilahi dalam tiga manifestasinya.
3. Padma Ngelayang sebagai Stana Ida Bhatara Sanghyang Pasupati
Pembangunan Padma Ngelayang sebagai tempat bersemayamnya Ida Bhatara Sanghyang Pasupati memiliki arti penting dalam konteks spiritual. Sanghyang Pasupati dipandang sebagai sumber kekuatan suci bagi para sulinggih dan penjaga tatanan spiritual Bali. Kehadirannya dalam bentuk Padma Ngelayang mengukuhkan posisi pura sebagai tempat penguatan roh-roh suci dan pelindung ajaran suci Weda. Dalam ajaran tradisi Pasek, Ida Bhatara Sanghyang Pasupati adalah penuntun utama para rsi dan mpu, termasuk Mpu Gana yang merupakan tokoh sentral di Pundukdawa.
---
4. Bale Gajah: Simbol Spiritualitas dan Kewibawaan Sulinggih
Bale Gajah yang dibangun sebagai tempat pemujan para sulinggih menandakan keselarasan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Bentuk bale ini melambangkan kekuatan dan kestabilan spiritual, di mana para sulinggih dapat melaksanakan yadnya dan japa tapa secara khusus. Gajah dalam ikonografi Hindu merupakan lambang kecerdasan, kekuatan, dan pengusir rintangan, menjadikan Bale Gajah sebagai ruang sakral yang menunjang spiritualitas sulinggih agar mampu menjadi penghubung antara umat dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
---
5. Konteks Besar: Penataran Agung Pundukdawa dan Konsep Tri Purusa
Sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Siwaisme yang berkembang kuat di Pundukdawa, Penataran Agung dan Padma Tiga menjadi pusat spiritualisasi masyarakat Hindu. Pembangunan Padma Tiga dan Padma Ngelayang di Pundukdawa dapat dipahami sebagai pewarisan konsep Penataran Agung Besakih, di mana struktur pura bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat filsafat Hindu yang menekankan bahwa Tuhan (Siwa) hadir dalam tiga tingkatan eksistensi (Tri Purusa), dan tetap membimbing umat manusia dalam perwujudan Pasupati.
---
6. Kesimpulan
Pembangunan pelinggih Padma Tiga, Padma Ngelayang, dan Bale Gajah oleh Ida Batara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Daksa Manuaba bukan hanya tindakan spiritual, tetapi juga manifestasi filosofi tinggi ajaran Siwaisme dalam kehidupan religius masyarakat Hindu Bali. Struktur suci ini tidak hanya meniru Penataran Agung Besakih, tetapi juga menghidupkan kembali konsep-konsep mendalam seperti Tri Purusa, Pasupati, dan peran sentral sulinggih dalam menjaga kesucian dharma. Dengan demikian, Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Pundukdawa menjadi pusat spiritual alternatif yang tetap berakar kuat pada nilai-nilai ajaran Weda dan Siwaisme.
Referensi:
Lontar-lontar Siwaisme Bali
Catatan Sejarah dan Pura Pundukdawa
Ajaran Kapurusan Griya Agung Bangkasa
Weda Smrti dan Agama Tattwa Bali
Observasi lapangan dan wawancara tokoh spiritual Pasek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar