Kamis, 03 April 2025

Nyakan Diwang

Tradisi Nyakan Diwang di Desa Gesing: Harmonisasi Sosial dan Makna Filosofis dalam Perayaan Ngembak Gni

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Pendahuluan

Nyepi merupakan salah satu hari raya terpenting bagi umat Hindu di Bali yang diikuti dengan rangkaian ritual sebelum dan sesudahnya. Salah satu tradisi unik yang dilakukan setelah Nyepi adalah Nyakan Diwang, sebuah kegiatan memasak dan makan bersama di luar rumah sebagai simbol kebersamaan dan keharmonisan sosial. Tradisi ini juga dilaksanakan di Desa Gesing, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, yang terletak di sebelah utara Gunung Batukaru. Dengan kondisi geografis yang berhawa sejuk, desa ini memiliki kekhasan tersendiri dalam menjalankan tradisi ini.

Makna dan Filosofi Nyakan Diwang

Nyakan Diwang berasal dari kata "nyakan" yang berarti memasak, dan "diwang" yang berarti di luar rumah. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat Bali:

1. Pemulihan Energi Pasca Nyepi
Setelah sehari penuh menjalani tapa brata Nyepi yang meliputi catur brata penyepian (amati geni, amati karya, amati lelungan, amati lelanguan), masyarakat merayakan Ngembak Gni, yang secara harfiah berarti menyalakan api kembali.

2. Mempererat Rasa Kekeluargaan
Tradisi ini menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan tetangga, mempererat hubungan sosial, dan menjalin komunikasi yang harmonis.

3. Simbol Kesederhanaan dan Keselarasan dengan Alam
Dengan memasak di ruang terbuka dan menggunakan peralatan tradisional, masyarakat diingatkan akan pentingnya hidup selaras dengan alam serta menjaga kelestariannya.


Pelaksanaan Nyakan Diwang di Desa Gesing

Di Desa Gesing, Nyakan Diwang tidak hanya dilakukan oleh keluarga inti, tetapi juga melibatkan kelompok masyarakat dalam satu banjar. Beberapa ciri khas pelaksanaannya antara lain:

Menggunakan Api Tradisional
Mayoritas warga masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber api, menciptakan nuansa tradisional yang autentik.

Menu Masakan Khas
Makanan yang dimasak biasanya adalah masakan khas Bali seperti ayam betutu, lawar, dan sate lilit, yang disantap bersama dalam suasana kekeluargaan.

Lokasi Pelaksanaan
Tradisi ini dilakukan di halaman rumah atau pekarangan terbuka sebagai simbol keterbukaan sosial.


Kutipan Sloka sebagai Landasan Filosofis "sanghe śakti kalau yuge"

Makna:
"Dalam zaman Kali Yuga, kekuatan utama terletak dalam kebersamaan."

Sloka ini mempertegas bahwa kebersamaan dan gotong royong adalah kunci dalam menghadapi tantangan zaman, yang sejalan dengan esensi tradisi Nyakan Diwang.

Kesimpulan

Nyakan Diwang di Desa Gesing bukan sekadar tradisi memasak bersama, tetapi juga simbol pemulihan, keharmonisan sosial, dan kebersamaan yang diwariskan turun-temurun. Dalam kehidupan modern yang semakin individualistis, pelestarian tradisi ini menjadi sangat penting untuk menjaga nilai-nilai budaya dan sosial yang luhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar