Minggu, 06 April 2025

Aksara sebagai Manifestasi Suara Ilahi

Aksara sebagai Manifestasi Suara Ilahi: Tinjauan Filosofis dan Tattwa dalam Tradisi Hindu. 
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:
Dalam kosmologi Hindu, aksara dipandang bukan sekadar simbol linguistik, melainkan sebagai manifestasi langsung dari suara suci (śabda) Sang Hyang Widhi. Artikel ini membahas asal-usul aksara sebagai butir suara suci yang diutus Sang Hyang Titah kepada manusia, serta peran spiritual dan ritusnya dalam kehidupan umat Hindu, mulai dari pewintenan, kajang, hingga upacara yadnya. Pemahaman ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kemurnian aksara melalui pikiran, ucapan, dan tindakan yang selaras dengan dharma.


---

1. Pendahuluan

Dalam ajaran Veda dan Agama Hindu secara umum, penciptaan semesta diawali oleh suara, atau śabda, yang merupakan aspek tak terpisahkan dari Brahman. Dari suara suci inilah lahir aksara—butir-butir suara suci yang menjadi dasar dari seluruh eksistensi dan manifestasi kehidupan.


---

2. Sloka Kutipan (22 baris) dalam Bahasa Sanskerta, Transliterasi, dan Makna

Sloka Sanskerta:

ओंकारः परमार्थः स सर्ववाङ्मयमाधिपः।
येन सृष्टं जगत्सर्वं शब्दरूपेण संस्थितम्॥१॥

अक्षराण्येव भूत्वाऽयं मनुष्यः पृथिवीं गतः।
वनस्पतिपशून् पूर्वं निर्मायाथ समागतः॥२॥

तेषां मध्ये प्रतिष्ठाप्य विद्यां चाक्षरसम्भवाम्।
धर्ममार्गप्रवेशाय मन्त्रज्ञः स प्रजापतिः॥३॥

वाङ्मयं च पुनः पुण्यं यज्ञकर्मसु पूजितम्।
कायेन वाचा चित्तेन त्रिधा धर्मः प्रवर्तते॥४॥

दशाक्षरं पुनः पुण्यं राजमार्गे प्रतिष्ठितम्।
पावनं सर्वदैवत्वं भूतभावनकारणम्॥५॥

मृत्युकाले च लभ्यं तत् काजाङ्गे च निबन्धितम्।
शुद्धबुद्धिसमायुक्तः स मुच्येत जन्मबन्धनात्॥६॥

कारणं सर्वयज्ञानां चिह्नं सर्वविधानयोः।
अक्षरं परमं ब्रह्म शब्दब्रह्म सनातनम्॥७॥

Transliterasi Latin:

1. Oṁkāraḥ paramārthaḥ sa sarva-vāṅmaya-mādhipaḥ,
Yena sṛṣṭaṁ jagat sarvaṁ śabda-rūpeṇa saṁsthitam.


2. Akṣarāṇyeva bhūtvā’yaṁ manuṣyaḥ pṛthivīṁ gataḥ,
Vanaspati-paśūn pūrvaṁ nirmāyātha samāgataḥ.


3. Teṣāṁ madhye pratiṣṭhāpya vidyāṁ cākṣara-sambhavām,
Dharma-mārga-praveśāya mantra-jñaḥ sa prajāpatiḥ.


4. Vāṅmayaṁ ca punaḥ puṇyaṁ yajña-karma-su pūjitam,
Kāyena vācā cittena tridhā dharmaḥ pravartate.


5. Daśākṣaraṁ punaḥ puṇyaṁ rājamārge pratiṣṭhitam,
Pāvanaṁ sarvadaivatvaṁ bhūta-bhāvana-kāraṇam.


6. Mṛtyu-kāle ca labhyaṁ tat kājāṅge ca nibandhitam,
Śuddha-buddhi-samāyuktaḥ sa mucyeta janma-bandhanāt.


7. Kāraṇaṁ sarva-yajñānāṁ cihnaṁ sarva-vidhānayoḥ,
Akṣaraṁ paramaṁ brahma śabda-brahma sanātanam.



Makna:

1. Om adalah tujuan tertinggi, penguasa segala ujaran. Dari-Nya seluruh alam semesta diciptakan dan berdiri dalam bentuk suara.


2. Aksara menjadi bentuk awal manusia yang turun ke bumi, setelah diciptakannya tumbuhan dan hewan.


3. Di tengah-tengah ciptaan itu, Sang Prajapati menetapkan ilmu yang bersumber dari aksara, sebagai jalan memasuki dharma.


4. Ujaran suci pun menjadi mulia dalam yadnya dan persembahan, dijalankan melalui tubuh, ucapan, dan pikiran.


5. Dasāksara (sepuluh aksara suci) ditegakkan di jalan agung, sebagai penyuci dan penyebab keluhuran.


6. Di akhir hayat, aksara tetap menjadi penuntun, seperti tertulis dalam kajang, membebaskan dari siklus kelahiran.


7. Aksara adalah sebab semua yadnya dan simbol segala tata laksana; aksara adalah Brahman Tertinggi, suara abadi yang suci.




---

3. Aksara dalam Konteks Spiritualitas Hindu

Aksara bukan sekadar tulisan atau huruf. Ia adalah śabda-brahman—manifestasi Brahman dalam bentuk suara. Dalam setiap upacara Hindu, aksara menjadi roh utama yang menghidupkan makna. Dalam kajang, pangurip, ulap-ulap, kober, dan alas caru, semua mengandung rajahan aksara yang memiliki makna tattwa mendalam.


---

4. Pewintenan dan Kesucian Aksara

Pewintenan adalah proses penyucian diri dengan membangkitkan kekuatan aksara dalam tubuh, yang disebut me-rajah. Rajah ini disesuaikan dengan jenis dan tingkatan pewintenan: dari dasāksara hingga aksara rahasya. Manusia dilahirkan dengan aksara, hidup menghidupkan aksara, dan kembali kepada-Nya dengan aksara.


---

5. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk beraksara, yang hidup dan kembali dalam aksara. Dengan demikian, menjaga kesucian suara dan tulisan adalah menjaga sambungan suci antara manusia dan Sang Pencipta. Pikiran, ucapan, dan tindakan adalah media mewujudkan aksara dalam laku nyata kehidupan yang harmonis dengan tattwa dan dharma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar