Senin, 14 April 2025

Makna Teologis dalam Rentetan Hari Suci Galungan

“Makna Teologis dalam Rentetan Hari Suci Galungan: Telaah Filosofis dan Teologis Berdasarkan Ajaran Weda dan Sloka-Sloka Sansekerta”

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak

Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari suci besar dalam ajaran Hindu di Bali yang memiliki makna teologis mendalam. Rentetan hari-hari suci sebelum dan sesudah Galungan mencerminkan perjalanan dharma melawan adharma, simbol pertarungan antara sifat ilahiah dan sifat duniawi dalam diri manusia. Artikel ini mengulas makna teologis setiap hari dalam rangkaian Galungan dari perspektif Weda dan sloka Sansekerta, serta memaknai nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.


---

Pendahuluan

Hari Raya Galungan memperingati kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (kejahatan). Perayaan ini tidak hanya merupakan ritual budaya, namun memiliki makna teologis yang berakar dari ajaran Weda dan Itihasa. Dalam prosesinya, umat Hindu Bali melaksanakan berbagai persiapan dan perenungan spiritual yang tercermin dalam rentetan hari-hari suci sebelum dan sesudah Galungan. Sloka-sloka dari kitab suci menjadi dasar pemahaman makna dari tiap-tiap hari tersebut.


---

1. Hari Penyekeban

Makna Teologis: Hari Penyekeban merupakan simbol pengendalian diri, mengekang hawa nafsu, dan mempersiapkan batin menyambut kehadiran kekuatan dharma.

Sloka:

> मनः संयमने युक्तो योगी भवति दुःखहा।
manaḥ saṁyamane yukto yogī bhavati duḥkhahā
(Bhagavad Gītā VI.17)



Arti: Orang yang mampu mengendalikan pikiran dan keinginannya akan menjadi seorang yogi sejati yang terbebas dari penderitaan.


---

2. Hari Penyajan

Makna Teologis: Penyajan merupakan simbol persiapan spiritual dan material untuk mempersembahkan segala hasil usaha kepada Ida Sang Hyang Widhi.

Sloka:

> यज्ञार्थात्कर्मणोऽन्यत्र लोकोऽयं कर्मबन्धनः।
yajñārthāt karmaṇo'nyatra loko'yaṁ karmabandhanaḥ
(Bhagavad Gītā III.9)



Arti: Segala kerja hendaknya dipersembahkan untuk yadnya; jika tidak, ia akan mengikat manusia dalam dunia material.


---

3. Hari Penampahan

Makna Teologis: Hari ini melambangkan pertarungan antara sifat rajas dan tamas dalam diri. Pengorbanan simbolik dilakukan untuk membebaskan diri dari sifat kebinatangan.

Sloka:

> कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन।
karmaṇy-evādhikāras te mā phaleṣu kadācana
(Bhagavad Gītā II.47)



Arti: Lakukan kewajibanmu tanpa terikat pada hasil; pengorbanan sejati terletak pada tindakan tanpa pamrih.


---

4. Hari Galungan

Makna Teologis: Puncak kemenangan dharma atas adharma. Pada hari ini, umat menyambut kedatangan para leluhur (pitara) dan kekuatan Ilahi.

Sloka:

> सत्यमेव जयते नानृतं।
satyam eva jayate nānṛtaṁ
(Muṇḍaka Upaniṣad 3.1.6)



Arti: Hanya kebenaran yang akan menang, bukan kebohongan.


---

5. Manis Galungan

Makna Teologis: Hari refleksi dan introspeksi, memperdalam rasa syukur atas kemenangan dharma dalam diri.

Sloka:

> स्वधर्मे निधनं श्रेयः परधर्मो भयावहः।
svadharme nidhanaṁ śreyaḥ paradharmo bhayāvahaḥ
(Bhagavad Gītā III.35)



Arti: Lebih baik mati menjalankan dharma sendiri daripada hidup menjalankan dharma orang lain.


---

6. Hari Pemaridan Guru

Makna Teologis: Hari penghormatan pada guru sejati (guru rupaka dan guru sejati seperti Hyang Widhi). Simbol penyerahan diri dan pemurnian pengetahuan.

Sloka:

> आचार्याद्ध्यनविग्नेन ज्ञानं लभ्यते नृणाम्।
ācāryāddhyanavignena jñānaṁ labhyate nṛṇām
(Mahabharata – Santi Parva)



Arti: Pengetahuan sejati hanya diperoleh melalui bimbingan guru yang tidak terganggu oleh kebodohan.


---

7. Hari Ulihan

Makna Teologis: Hari pamitan para leluhur kembali ke alam niskala. Hari ini dimaknai sebagai bentuk pelepasan dan penghormatan terakhir dengan rasa bakti.

Sloka:

> पितृभ्यो नमः।
pitṛbhyo namaḥ
(Mantra Tarpana)



Arti: Hormat dan pujian kami panjatkan kepada para leluhur.


---

8. Hari Pemacekan Agung

Makna Teologis: Simbol kembalinya keheningan, intropeksi mendalam, dan kesiapan batin menyambut Hari Raya Kuningan.

Sloka:

> योगस्थः कुरु कर्माणि सङ्गं त्यक्त्वा धनञ्जय।
yogasthaḥ kuru karmāṇi saṅgaṁ tyaktvā dhanañjaya
(Bhagavad Gītā II.48)



Arti: Lakukan tindakan dengan mantap dalam yoga, tanpa keterikatan dan dengan ketenangan batin.


---

Kesimpulan

Rentetan hari suci dalam rangkaian Galungan merupakan cerminan ajaran dharma dalam kehidupan spiritual umat Hindu. Setiap hari memiliki makna mendalam yang bila direnungkan, menjadi tahapan menuju kesadaran ilahi (atman) dan penguatan hubungan dengan Tuhan (Brahman). Dengan memahami makna teologis dan filosofi sloka-sloka Sansekerta, umat dapat lebih menghayati Galungan sebagai momentum spiritual dan transformasi diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar