Sabtu, 23 November 2024
Punia Pembangunan Archa
Kisah Ekalawya
Rabu, 20 November 2024
Matahari
Senin, 18 November 2024
Sing Maan Susuk
Menjaga Ucapan
Diwawancarai oleh Alumni SMPN 3 Mengwi.
Saya sebagai guru sering kesulitan memahami setiap karakteristik siswa, karena ada banyak siswa yang saya temui di sekolah.
Saya ingin memberikan pandangan mengenai peran guru dalam menyikapi perubahan kurikulum di sekolah.
Peran guru sangat penting dalam menyikapi perubahan kurikulum di sekolah. Sebagai tenaga pendidik, guru harus memahami dengan baik isi dan tujuan dari kurikulum baru tersebut, serta berupaya untuk mengimplementasikannya dengan baik dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan memperbarui metode pembelajaran agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, guru juga harus mampu menjadi fasilitator yang baik bagi siswa dalam menghadapi perubahan kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru harus membantu siswa memahami konsep dan tujuan dari kurikulum baru tersebut, serta memberikan bimbingan dan dukungan agar siswa dapat mengimplementasikannya dengan baik dalam proses belajar-mengajar. Hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.
Saya sendiri pernah mengalami perubahan kurikulum saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, para guru kami sangat aktif dalam menyikapi perubahan tersebut dan memperbarui metode pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Mereka juga memberikan bimbingan dan dukungan agar kami dapat memahami kurikulum baru tersebut dengan baik dan mengimplementasikannya dengan baik dalam proses pembelajaran. Dalam waktu singkat, kami dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut dan mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran.
Intinya dari setiap perubahan itu mengingatkan kita akan:
"Every single human being was born for learning"
Setiap manusia dilahirkan untuk belajar.
Jumat, 15 November 2024
Bersyukur
Kamis, 14 November 2024
Makna Mantra
Hrang: Diksa Mantra untuk AkasaHring: Diksa Mantra untuk Pertiwi.Sah: Diksa Mantra Untuk Planet-planet lainnya.Om Hrang Hring Sah: Hormat kepada Akasa-Pertiwi dan Semesta Jagat Raya.Dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Seha menjadi: Om Pakulun Paduka Bhatara Sanghyang Surya Chandra Lintang Tranggana, Hyang Akasa-Pertiwi pinaka Saksining Bhuana Agung mwang Bhuana Alit.Itu sebabnya yang menjadi Saksi dalam Pemujaan adalah: Surya, Candra, Bintang (lintang), Planet-planet lain (tranggana), akasa (langit) dan pertiwi (bumi)
Selasa, 12 November 2024
Sloka Tingkat Pendidikan Hindu
1. Berikan Kasih Sayang dalam Porsi yang Cukup (kanak-kanak 5-11 tahun).
Seorang ibu harus mampu untuk dimanja dengan memberikan kasih sayang hingga Si Kecil berusia lima tahun.
Bahkan di tengah kesibukan seperti ibu dan ayah yang bekerja, Moms harus menyempatkan untuk memberikan kasih sayang dengan taraf yang cukup sebagai pola asuh anak suputra.
Jika Si Kecil tidak dimanjakan dengan porsi yang tepat, anak akan menjadi terasingkan dengan lingkungannya, dan kelak ia akan tumbuh menjadi orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
2. Penting Memberikan Bentuk Disiplin (remaja 12-25 tahun)
Sebagai langkah pengasuhan anak suputra, Si Kecil juga perlu diberikan bentuk disiplin dari orang tuanya. Hal ini agar kelak ia tidak menjadi anak yang melawan, menjadi anak yang patuh dan melakukan kebaikan.
Anak yang terlalu dimanja saat balita menjadikan dirinya tidak mempan untuk dimarahi, apalagi dalam bentuk pemberian "hukuman". Ini karena anak cenderung bersifat melawan.
Hal sederhana seperti menegur dan memberitahu hal yang salah dan benar, taat pada aturan keluarga yang sudah dibuat, hormat kepada orang tua, dan mengamalkan ajaran Hindu dengan tepat.
3. Mendidik Anak Dewasa Sebagai Teman (maksudnya sejak 26-45 tahun)
Ketika anak menginjak dewasa, ia sudah memiliki berbagai keinginan yang mungkin tak selaras dengan keinginan orang tuanya. Ia mungkin telah punya minat yang bisa jadi tak sesuai dengan kehendak orang tuanya.
Kitab Nitisastra mengajarkan agar orang tua mengasuh anak dengan menjadikannya teman. Misalnya, lebih sering mengajaknya mengobrol, dan bukan menunjukkan status sebagai orang tua yang otoriter.
Berikan pandangan bahwa orang tua adalah sosok yang bisa diajak diskusi, dapat diandalkan. Hal ini akan mendorong anak untuk menjadi lebih terbuka dengan Moms dan Dads.
Itu dia Moms, makna dari anak suputra yang merupakan pola asuh dari ajaran Hindu. Ingin anak Moms tumbuh menjadi Hindu yang taat, tidak ada salahnya mengikuti pola asuh ini.
Oleh karena itu, ini adalah DHARMANING SANG MARAGA SISIA
“Nihan ta cilakramaning aguron-guron, Haywa tan bhakti ring guru, Haywa himaniman, Haywa tan cakti ring sang guru, Haywa tan sadhu tuhwa, Haywa nekelana sapatuduhing sang guru, Haywangideki wayangan sang guru, Haywa alungguhi palungguhaning sang guru”
Terjemahannya :
Inilah tata-tertib dalam berguru (menuntut ilmu):
Janganlah tidak bhakti terhadap guru,
Janganlah mencaci maki guru,
Jangan segan kepada guru,
Jangan tidak tulus kepada guru,
Jangan menentang segala perintah guru,
Jangan menginjak bayangan guru,
Jangan menduduki tempat duduk guru
Dalam kitab silakrama tersebut masih ada ketentuan-ketentuan yang diperuntukkan bagi siswa agar mereka tumbuh menjadi orang-orang yang disiplin mental yang tangguh, mengutip Puniatmadja (1970) ketentuan-ketentuan tersebut sebagai berikut :
a. Seorang siswa tidak boleh duduk berhadap-hadapan dengan gurunya
b. Seorang siswa tidak boleh memutus-mutus pembicaraan gurunya
c. Seorang siswa harus menurut dengan apa yang diucapkan oleh gurunya
d. Apabila gurunya datang seorang siswa harus turun dari tempat duduknya
e. Bila melihat gurunya berdiri atau berjalan seorang siswa harus mengikuti di belakangnya
f. Bila bertanya kepada guru seorang siswa tidak boleh sambil menoleh kesana-kemari agar perhatian tidak pudar
g. Seorang siswa harus selalu menyambut dengan ucapan yang menyenangkan hati (Manohara).
Sloka Guru Puja berikut ini:
“Om Gurur rupam gurur dewam, Gurur Purwam Gurur Madhyam,
Gurur pantaram dewam, Guru Dewa Sudhha- Atmakam”
Terjemahannya:
Om Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Gurunya alam semesta dan para dewa, Awal mula tercipta guru dan juga merupakan pusatnya para guru. Gurunya para dewata yang agung. Guru yang suci bersih cemerlang yang menjiwai alam semesta.
Pemerintahan yang berkuasa juga adalah guru yang dihormati atas hukum dan peraturan-peraturan yang membuat masyarakat hidup damai, sejahtera dan bahagia. Para guru disekolah dan pengajar dimanapun berada juga adalah guru yang dihormati seperti kutipan pada Kitab Nitisastra II.13 berbunyi:
“Haywa maninda ring dwija daridra dumaa atemu,
Sastra teninda denira kapataka tinemu magong,
Yan kita ninda ring guru patinta maparek atemu,
Lwirnika wangsa-patra tunibeng watu remek apasah.”
Terjemahannya
“Janganlah sekali-kali mencela guru, perbuatan itu akan dapat mendatangkan kecelakaan bagimu. Jika kamu mencela buku-buku suci, maka kamu akan mendapatkan siksaan dan neraka, jikalau kamu mencela guru maka kamu akan menemui ajalmu, ibarat piring yang jatuh hancur di batu”.
Nyurat Lontar
Senin, 04 November 2024
PRANAYAMA
Sabtu, 02 November 2024
Metatah Masal
Memuja Archa/Patung
Patung Menghormati Leluhur
Dalam upaya melestarikan tradisi dan menghormati leluhur (Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba) sebagai pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, oka dharma kapurusan Griya Agung Bangkasa menggelar upacara pembuatan patung/archa untuk beliau yang sudah meninggal. Upacara ini dilaksanakan dengan penuh khidmat, menggabungkan berbagai elemen budaya dan kepercayaan lokal.
Pembuatan patung/archa yang akan menjadi simbol penghormatan dan kenangan bagi orang tua yang telah meninggal. Patung ini biasanya dibuat dari kayu pilihan dan diukir oleh para pengrajin lokal yang berpengalaman.
Ini adalah tradisi yang sudah dilakukan sejak lama oleh nenek moyang kami. Patung ini bukan hanya simbol, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai dan ajaran yang telah diwariskan oleh orang tua kami.
Prosesi dimulai dengan ritual pembersihan dan pemurnian area pembuatan patung. Selanjutnya, dilakukan doa dan persembahan kepada roh leluhur, memohon berkah dan restu agar proses pembuatan patung berjalan lancar. Patung yang dihasilkan akan ditempatkan di rumah keluarga sebagai bentuk penghormatan dan tempat berdoa bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.
Patung ini akan kami rawat dan tempatkan di tempat yang terhormat di rumah kami. Ini adalah bentuk penghargaan kami kepada orang tua yang telah berjasa besar dalam kehidupan kami.
Pembuatan patung ini juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari para pengrajin, tetua adat, hingga masyarakat setempat yang bergotong-royong dalam persiapan upacara. Hal ini menunjukkan kuatnya ikatan sosial dan rasa kebersamaan dalam masyarakat.
Dengan terus menjalankan tradisi ini, masyarakat berharap agar nilai-nilai luhur dan kebudayaan mereka tetap lestari, serta dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Tradisi pembuatan patung ini bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menghormati dan menghargai leluhur serta warisan budaya yang ada.