Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan:
Hidup tak selalu menyajikan langit cerah. Seperti cuaca, hati manusia pun mengalami perubahan; terkadang terang, terkadang mendung. Namun, dalam filsafat kehidupan Timur, khususnya ajaran dharma dan yoga, dikenal konsep bahwa sumber terang sejati berada di dalam diri. Artikel ini mengangkat makna mendalam dari ungkapan puitis: "Mendung tak selalu murung, ketika kau mau tersenyum, maka itulah mentari yang kau ciptakan sendiri." Sebuah sloka Sanskerta dirancang untuk merangkum filosofi tersebut secara klasik namun relevan.
Sloka Bahasa Sanskerta (6 Baris):
> न सदा मेघः दुःखप्रदः भवति।
यदि त्वं स्मितं वदने कुर्याः।
तदा स्वयंज्योतिः आत्मनः प्रभाति।
आत्मेन्द्रः सविता इव वर्तते।
बाह्ये तेजः नित्यं न दृश्यते।
आत्मदीपो हि तमः नाशयति॥
Sloka:
Na sadā meghaḥ duḥkhapradaḥ bhavati. Yadi tvaṃ smitaṃ vadane kuryāḥ. Tadā svayaṃjyotiḥ ātmanaḥ prabhāti. Ātmendraḥ savitā iva vartate. Bāhye tejaḥ nityaṃ na dṛśyate. Ātmadīpo hi tamaḥ nāśayati.
Makna:
Mendung tak selamanya membawa duka. Jika engkau tersenyum dengan wajah berseri. Maka cahaya jiwamu akan bersinar terang. Diri sejati menjadi seperti sang mentari. Cahaya luar tak selalu hadir menyinari. Namun pelita dalam dirimu mengusir kegelapan.
Pembahasan:
Sloka ini menggambarkan prinsip swātmadyotiḥ—cahaya batin yang muncul dari dalam diri, bukan dari faktor luar. Senyuman, dalam banyak tradisi spiritual, adalah ekspresi dari kedamaian dan penerimaan. Senyum bukan sekadar ekspresi wajah, melainkan perwujudan dari kekuatan mental dan spiritual yang tidak tunduk pada keadaan.
Dalam teks Bhagavad Gītā maupun Upanishad, disebutkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari dunia luar (bahya-sukha), melainkan dari pemahaman dan penerimaan terhadap diri sendiri (ātmānanda). Oleh karena itu, ketika seseorang mampu tersenyum di tengah duka, sejatinya ia telah membangkitkan mentari batin—sebuah sumber terang yang tak terpengaruh oleh cuaca kehidupan.
Melalui pemahaman ini, kita diajak untuk tidak sekadar berharap pada terang dari luar, melainkan menyadari bahwa kita adalah pencipta mentari dalam hidup kita sendiri. Sloka ini menjadi pengingat bahwa dalam senyum sederhana, tersimpan kekuatan besar untuk mengubah mendung menjadi cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar