Sang Hyang Widhi adalah Tuhan sebagai Pencipta alam semesta. Tuhan Yang Maha Esa digambarkan tidak berwujud (Impersonal God). Sang Hyang Widhi, bersumber dari akar kata "Sang", "Hyang", dan "Widhi".
Sang, memiliki makna personalisasi atau identifikasi. Contoh penggunaan kata lainnya: sang bayu, sang Nyoman, sang Raja, dsb-nya.
Hyang, terkait dengan keberadaan spiritual yang dimuliakan atau mendapatkan penghormatan yang khusus. Biasanya, ini dikaitkan dengan susunan personal yang bercahaya dan suci.
Widhi, memiliki makna penghapus ketidaktahuan. Vidhi (dalam bahasa Jawa Kuno ditulis Widhi) sebagai pencipta, aturan atau perintah tertinggi, tertib (aturan) alam semesta, nasib, penguasa tertinggi. Widhi dapat berupa: cahaya, suara, susunan tersentuh, sensasi tersensori, memori akal, rasa emosional, radiasi bintang, pengartian tanda, rasa kecapan, dsb-nya.
Secara deskriptif, makna Sang Hyang Widhi tidak cukup untuk diungkapkan dengan beberapa kalimat. Namun, dengan beradanya dharma, semua orang dapat memahami makna sang hyang widhi ini secara utuh.
Pengertian Hyang Widhi Wasa dalam Agama.
Pengertian Hyang Widhi Wasa adalah nama yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Hindu, khususnya di Bali dan Jawa. Nama ini memiliki arti Sang Kekuatan yang Maha Mengetahui dan Maha Suci.
Istilah ini merujuk pada sumber dari segala kekuatan dan energi yang ada di alam semesta, serta pencipta dari semua makhluk hidup dan benda mati.
Pengertian Hyang Widhi Wasa
Dikutip dari buku Handbook Hindu Dharma di Nusantara, Tim Penulis, (2021), dalam agama Hindu, pengertian Hyang Widhi Wasa dikaitkan dengan konsep Brahman, yaitu realitas tertinggi yang meliputi segala sesuatu.
Istilah untuk menyebut nama Tuhan dalam agama Hindu juga memiliki beberapa nama lain, seperti Acintya dan Sang Hyang Tunggal. Acintya berarti Dia yang Tak Terpikirkan, Tak Dapat Dibayangkan, atau Tak Dapat Dipahami.
Nama ini menunjukkan bahwa Hyang Widhi Wasa melampaui batas-batas akal dan indera manusia. Sang Hyang Tunggal berarti Dia yang Satu-satunya, yang tidak memiliki bandingan atau persamaan.
Dalam ajaran Hindu, Tuhan atau Sang Pencipta digambarkan tidak memiliki wujud fisik atau gambaran tertentu. Hal ini karena Dia adalah sifat-sifat murni yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Oleh karena itu, Tuhan tidak dapat digambarkan atau dipuja dengan bentuk apapun. Namun, sebagai sarana untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan, umat Hindu menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan aspek-aspek atau manifestasi dari Tuhan.
Salah satu simbol yang paling umum digunakan adalah padmasana, yaitu sebuah bangunan berbentuk singgasana dengan hiasan bunga teratai.
Padmasana melambangkan tempat duduk Hyang Widhi Wasa di tengah-tengah alam semesta. Bunga teratai melambangkan kemurnian dan kesucian Hyang Widhi Wasa, yang tidak tercemar oleh dunia fana.
Selain padmasana, umat Hindu juga menggunakan berbagai dewa-dewi sebagai perwujudan dari Hyang Widhi Wasa. Dewa-dewi ini bukanlah Tuhan yang berbeda-beda, melainkan manifestasi dari satu Tuhan yang sama, yaitu Hyang Widhi Wasa.
Dewa-dewi ini memiliki fungsi dan peran tertentu dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Beberapa dewa-dewi yang paling dikenal adalah Trimurti, yaitu tiga dewa utama yang melambangkan siklus penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan alam semesta.
Ketiga dewa ini adalah Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Siwa (pemusnah). Selain Trimurti, ada juga dewa-dewi lain, seperti Ganesha (dewa kebijaksanaan), Saraswati (dewi ilmu pengetahuan), Laksmi (dewi kemakmuran), Parwati (dewi cinta), Durga (dewi kekuatan), Hanoman (dewa kesetiaan), dan lain-lain.