1. Mepandes
Istilah ini umum digunakan dalam kalangan masyarakat Bali untuk menggambarkan upacara potong gigi, dalam tahap upacara ngekeb dan upacara menek kelih menjadi satu rangkaian. Kata "pandes" bermakna "tajam", merujuk pada tindakan untuk menajamkan pikiran dan tujuan untuk melaksanakan upacara meratakan gigi. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan diri dari sifat-sifat negatif manusia, seperti sad ripu (enam musuh dalam diri), yaitu nafsu, kemarahan, kebodohan, keserakahan, iri hati, dan kemabukan.
2. Matatah
Kata ini lebih sering digunakan secara luas di masyarakat Bali, juga berarti upacara potong gigi. Kata "tatah" berarti "diukir" atau "diratakan". Ritual ini melambangkan penataan diri, di mana seseorang meninggalkan sifat kebinatangan menuju sifat yang lebih manusiawi dan spiritual.
3. Mesangih
Istilah ini berasal dari kata "sangih," yang berarti "menajamkan" atau "mejaya-jaya", setelah gigi di kikir atau diratakan. Kata ini lebih jarang digunakan dibandingkan "mepandes" dan "matatah," tetapi maknanya tetap sama, yakni upacara meratakan gigi sebagai simbol penyerahan diri kepada dharma (kebenaran).
Jika ketiga istilah ini merujuk pada ritual yang sama, yaitu setelah rebah dan menggunakan petanggal tebu disebut mepandes atau ngendag. Saat menggunakan pedanggal dapdap/kayu sakti pertama (menggunakan kikir) disebut metatah. Dan menggunakan pedanggal dapdap/kayu sakti kedua (menggunakan sangihan) di sebut mesangih. Upacara ini dilakukan sebagai bagian dari perjalanan hidup manusia untuk mencapai keseimbangan spiritual. Biasanya upacara ini dilaksanakan saat seseorang menginjak usia remaja atau dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar