Sabtu, 25 Januari 2025

Eksistensi Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Mempelopori Pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana di Pundukdawa

Berikut ini adalah contoh kerangka dan beberapa bagian dari disertasi tentang Eksistensi Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Mempelopori Pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana di Pundukdawa, Dawan, Klungkung:



Judul
Eksistensi Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Mempelopori Pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana di Pundukdawa, Dawan, Klungkung

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

BAB I: PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa merupakan salah satu simbol penting bagi umat Hindu di Bali, khususnya komunitas Pasek. Peran besar Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba sebagai tokoh yang memelopori pembangunan pura ini menjadi aspek yang menarik untuk diteliti. Sebagai tokoh spiritual, beliau tidak hanya memiliki pengaruh dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam menyatukan komunitas Pasek melalui visi spiritual dan filosofisnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana eksistensi dan peran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan?


2. Apa motivasi dan visi beliau dalam memimpin pembangunan pura ini?


3. Bagaimana dampak keberadaan pura ini terhadap masyarakat sekitar, baik secara spiritual, sosial, maupun budaya?



1.3. Tujuan Penelitian

Mengungkap sejarah dan proses pembangunan pura.

Menganalisis peran dan kontribusi Ida Sinuhun dalam merealisasikan pembangunan pura ini.

Mengkaji dampak keberadaan pura terhadap pelestarian tradisi dan spiritualitas Hindu Bali.


1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan sumbangan ilmiah pada kajian sejarah dan spiritualitas Bali.

Menjadi dokumentasi penting untuk pelestarian budaya dan nilai-nilai Hindu Bali.



BAB II: KAJIAN LITERATUR

2.1. Konsep Catur Parhyangan

Filosofi Catur Parhyangan dalam tradisi Hindu Bali.

Peran Catur Parhyangan sebagai pusat spiritual komunitas Pasek.


2.2. Ida Batara Mpu Gana dalam Tradisi Hindu Bali

Makna Linggih Ida Batara Mpu Gana sebagai simbol harmoni dan perlindungan.


2.3. Peran Tokoh Spiritual dalam Tradisi Bali

Studi tentang kepemimpinan spiritual di Bali.

Posisi dan peran Ida Sinuhun sebagai pemimpin religius.



BAB III: METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode historis dan etnografi.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara mendalam dengan tokoh adat, pemangku, dan masyarakat setempat.

Studi pustaka dari lontar, prasasti, dan arsip terkait.

Observasi langsung ke Pura Panataran Agung.


3.3. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif untuk memahami sejarah pembangunan pura.

Analisis interpretatif terhadap filosofi dan simbolisme pura.



BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah dan Proses Pembangunan Pura

Perjalanan pembangunan pura sejak gagasan awal oleh Ida Sinuhun hingga peresmiannya.

Peran masyarakat lokal dalam mendukung pembangunan pura.


4.2. Peran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba

Profil dan kiprah spiritual beliau.

Motivasi dan visi beliau dalam membangun Pura Panataran Agung.

Strategi beliau dalam menyatukan masyarakat Pasek melalui pembangunan pura.


4.3. Filosofi Pura Panataran Agung

Makna simbolis arsitektur pura.

Peran pura sebagai pusat spiritual dan budaya.


4.4. Dampak Keberadaan Pura

Pengaruh keberadaan pura terhadap pelestarian tradisi Hindu Bali.

Peran pura dalam memperkuat rasa kebersamaan masyarakat Pasek.



BAB V: PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba berperan besar dalam pembangunan Pura Panataran Agung sebagai simbol spiritual dan kebersamaan komunitas Pasek. Keberadaan pura ini menjadi pengingat akan pentingnya harmoni, pelestarian tradisi, dan kearifan lokal di Bali.

5.2. Rekomendasi

Perlu adanya dokumentasi yang lebih lengkap mengenai peran Ida Sinuhun dan sejarah pembangunan pura.

Pentingnya melibatkan generasi muda dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai spiritual yang diwariskan.



---

Daftar Pustaka

Lontar dan prasasti terkait sejarah Pasek dan pembangunan pura.

Buku dan jurnal tentang tradisi Catur Parhyangan di Bali.

Wawancara dan arsip dari masyarakat setempat.

Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam konteks pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa memiliki akar mendalam dalam tradisi dan spiritualitas Hindu Bali. Sosok Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipandang sebagai pelopor spiritual yang memiliki visi luhur untuk mendirikan tempat suci yang menjadi pusat pemujaan, pelestarian nilai-nilai leluhur, dan perwujudan kearifan lokal.

Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba

  1. Identitas Spiritual
    Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipercaya sebagai sosok leluhur suci dari Wangsa Pasek yang membawa ajaran Siwa Siddhanta sebagai jalan hidup. Gelar "Siwa Putra" mencerminkan kedekatan spiritualnya dengan Siwa sebagai sumber kebijaksanaan, sedangkan "Paramadaksa" menandakan tingkat kesempurnaan spiritual.

  2. Peran sebagai Pelopor Pembangunan

    • Ida Sinuhun Siwa Putra Manuaba memiliki visi untuk mendirikan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan sebagai wujud nyata penghormatan kepada leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
    • Pembangunan pura ini dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
  3. Pengaruh Teologi

    • Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pura ini menegaskan makna sebagai pusat kebijaksanaan dan pelindung umat manusia dari segala rintangan.
    • Konsep Catur Parhyangan mencerminkan keutuhan spiritual dalam empat aspek utama: pemujaan, perlindungan, pendidikan spiritual, dan pelestarian budaya leluhur.

Pentingnya Pembangunan Pura

  1. Tempat Pemuliaan Leluhur
    Pura ini menjadi tempat penghormatan kepada leluhur Pasek, khususnya Ida Bhatara Mpu Gana, yang merupakan manifestasi Siwa dalam aspek kebijaksanaan dan penghilang rintangan.

  2. Pelestarian Ajaran Dharma
    Pembangunan pura ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan ajaran leluhur yang diwariskan melalui tradisi Pasek dan keyakinan Hindu Bali. Pura ini berfungsi sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai spiritual kepada generasi penerus.

  3. Pengukuhan Identitas Wangsa Pasek
    Pura ini menjadi simbol identitas Wangsa Pasek sebagai pelestari budaya dan tradisi Hindu yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal.

Makna Filosofis Catur Parhyangan

Catur Parhyangan dalam konteks teologi melambangkan empat pilar spiritual yang menopang kehidupan umat:

  1. Parhyangan Leluhur: Menguatkan hubungan dengan leluhur Pasek.
  2. Parhyangan Siwa: Menegaskan inti ajaran Siwa Siddhanta sebagai jalan hidup.
  3. Parhyangan Pendidikan: Sebagai pusat pembelajaran spiritual.
  4. Parhyangan Budaya: Pelestarian seni, budaya, dan adat istiadat Bali.

Wujud Nyata dari Visi Spiritual

Sebagai pelopor pembangunan pura, Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menunjukkan bahwa tempat suci ini tidak hanya sebagai lokasi ritual, tetapi juga sebagai pusat pendidikan spiritual dan sosial. Pembangunan pura ini adalah wujud nyata implementasi nilai-nilai Tri Kaya Parisudha (pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci) yang menginspirasi umat untuk hidup dalam harmoni dan kesadaran spiritual.

Kesimpulan

Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menegaskan bahwa pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa adalah manifestasi dari visi luhur untuk menciptakan pusat spiritual yang tidak hanya menjadi tempat suci, tetapi juga menjadi warisan budaya, pendidikan, dan pelestarian ajaran leluhur untuk generasi mendatang.


Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa adalah salah satu pura utama bagi pasemetonan Pasek di Bali. Pura ini merupakan tempat pemujaan Ida Bhatara Mpu Gana, yang diyakini sebagai leluhur dan pelindung bagi keturunan Pasek.


Sebagai sumber kawitan bagi pasemetonan Pasek, Pura ini memiliki peran penting dalam spiritualitas dan tradisi masyarakat Bali, khususnya bagi mereka yang berasal dari garis keturunan Pasek. Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa juga menjadi salah satu dari empat pura utama (Catur Parhyangan: Lempuyang, Besakih, Silayukti dan Pundukdawa) yang berfungsi sebagai tempat pemujaan para leluhur Pasek.


Selain sebagai tempat suci untuk sembahyang dan memohon restu, pura ini juga sering menjadi tujuan tirta yatra bagi pasemetonan Pasek dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali. Keberadaan pura ini memperkuat ikatan spiritual dan kebersamaan dalam pasemetonan Pasek, sekaligus menjaga warisan leluhur dan ajaran dharma dalam kehidupan sehari-hari.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar