Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam konteks pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa memiliki akar mendalam dalam tradisi dan spiritualitas Hindu Bali. Sosok Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipandang sebagai pelopor spiritual yang memiliki visi luhur untuk mendirikan tempat suci yang menjadi pusat pemujaan, pelestarian nilai-nilai leluhur, dan perwujudan kearifan lokal.
Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba
-
Identitas Spiritual
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipercaya sebagai sosok leluhur suci dari Wangsa Pasek yang membawa ajaran Siwa Siddhanta sebagai jalan hidup. Gelar "Siwa Putra" mencerminkan kedekatan spiritualnya dengan Siwa sebagai sumber kebijaksanaan, sedangkan "Paramadaksa" menandakan tingkat kesempurnaan spiritual. -
Peran sebagai Pelopor Pembangunan
- Ida Sinuhun Siwa Putra Manuaba memiliki visi untuk mendirikan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan sebagai wujud nyata penghormatan kepada leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Pembangunan pura ini dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
-
Pengaruh Teologi
- Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pura ini menegaskan makna sebagai pusat kebijaksanaan dan pelindung umat manusia dari segala rintangan.
- Konsep Catur Parhyangan mencerminkan keutuhan spiritual dalam empat aspek utama: pemujaan, perlindungan, pendidikan spiritual, dan pelestarian budaya leluhur.
Pentingnya Pembangunan Pura
-
Tempat Pemuliaan Leluhur
Pura ini menjadi tempat penghormatan kepada leluhur Pasek, khususnya Ida Bhatara Mpu Gana, yang merupakan manifestasi Siwa dalam aspek kebijaksanaan dan penghilang rintangan. -
Pelestarian Ajaran Dharma
Pembangunan pura ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan ajaran leluhur yang diwariskan melalui tradisi Pasek dan keyakinan Hindu Bali. Pura ini berfungsi sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai spiritual kepada generasi penerus. -
Pengukuhan Identitas Wangsa Pasek
Pura ini menjadi simbol identitas Wangsa Pasek sebagai pelestari budaya dan tradisi Hindu yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal.
Makna Filosofis Catur Parhyangan
Catur Parhyangan dalam konteks teologi melambangkan empat pilar spiritual yang menopang kehidupan umat:
- Parhyangan Leluhur: Menguatkan hubungan dengan leluhur Pasek.
- Parhyangan Siwa: Menegaskan inti ajaran Siwa Siddhanta sebagai jalan hidup.
- Parhyangan Pendidikan: Sebagai pusat pembelajaran spiritual.
- Parhyangan Budaya: Pelestarian seni, budaya, dan adat istiadat Bali.
Wujud Nyata dari Visi Spiritual
Sebagai pelopor pembangunan pura, Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menunjukkan bahwa tempat suci ini tidak hanya sebagai lokasi ritual, tetapi juga sebagai pusat pendidikan spiritual dan sosial. Pembangunan pura ini adalah wujud nyata implementasi nilai-nilai Tri Kaya Parisudha (pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci) yang menginspirasi umat untuk hidup dalam harmoni dan kesadaran spiritual.
Kesimpulan
Teologi Petilasan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menegaskan bahwa pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa adalah manifestasi dari visi luhur untuk menciptakan pusat spiritual yang tidak hanya menjadi tempat suci, tetapi juga menjadi warisan budaya, pendidikan, dan pelestarian ajaran leluhur untuk generasi mendatang.
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa adalah salah satu pura utama bagi pasemetonan Pasek di Bali. Pura ini merupakan tempat pemujaan Ida Bhatara Mpu Gana, yang diyakini sebagai leluhur dan pelindung bagi keturunan Pasek.
Sebagai sumber kawitan bagi pasemetonan Pasek, Pura ini memiliki peran penting dalam spiritualitas dan tradisi masyarakat Bali, khususnya bagi mereka yang berasal dari garis keturunan Pasek. Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa juga menjadi salah satu dari empat pura utama (Catur Parhyangan: Lempuyang, Besakih, Silayukti dan Pundukdawa) yang berfungsi sebagai tempat pemujaan para leluhur Pasek.
Selain sebagai tempat suci untuk sembahyang dan memohon restu, pura ini juga sering menjadi tujuan tirta yatra bagi pasemetonan Pasek dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali. Keberadaan pura ini memperkuat ikatan spiritual dan kebersamaan dalam pasemetonan Pasek, sekaligus menjaga warisan leluhur dan ajaran dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar