Rabu, 15 Januari 2025

Teologi Pinandita Wiwa di Griya Agung Bangkasa

PINANDITA WIWA

Griya Agung Bangkasa merupakan salah satu griya kuno di Bali yang memiliki garis keturunan sulinggih yang panjang dan berkomitmen dalam mengembangkan sistem pendidikan spiritual yang dikenal sebagai aguron-guron. 

Dalam konteks teologi, Pinandita Wiwa di Griya Agung Bangkasa merujuk pada individu yang telah menjalani upacara Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa, sebuah ritual penyucian diri yang bertujuan meningkatkan kualitas spiritual dan kesucian seseorang. 

Upacara Mawinten atau Pawintenan ini dianggap wajib bagi umat Hindu di Bali sebagai sarana penyucian diri secara lahir dan batin, sarat dengan nilai-nilai kerohanian yang tinggi dan mendalam. Dengan menjalani Mawinten, seseorang mengubah status kehidupannya menjadi lebih fokus pada aspek kesucian, keagamaan, dan spiritual. 

Sistem aguron-guron di Griya Agung Bangkasa memiliki fungsi religius yang tercermin dalam tujuannya untuk menciptakan keseimbangan antara sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia spiritual). Tujuan secara sekala adalah Parartha (kesejahteraan), dengan konsep 'agawe sukaning wong len' (membuat orang lain bahagia), sedangkan tujuan secara niskala adalah Paramartha (kebahagiaan rohani), dengan konsep 'mulihang dewa ring asal' (mengembalikan dewa ke asalnya). 

Dalam praktiknya, sistem aguron-guron di Griya Agung Bangkasa membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat Hindu untuk mengenyam pendidikan agama yang lebih baik, sesuai dengan dinamika pendidikan Hindu yang sedang berjuang menghadapi tantangan zaman. 

Dengan demikian, teologi Pinandita Wiwa di Griya Agung Bangkasa menekankan pentingnya penyucian diri, pendidikan spiritual yang mendalam, dan keseimbangan antara aspek duniawi dan rohani dalam kehidupan umat Hindu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar