Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
1. Persiapan Tanah
Upacara dan Upakara:
Dilakukan ritual membersihkan sawah secara spiritual sebelum diolah.
Persembahan berupa canang sari, daksina, dan pejati ditempatkan di sudut-sudut sawah untuk memohon restu kepada Dewi Sri dan Sanghyang Ibu Pertiwi agar tanah subur.
Puja Mantra: Mantra pemanggil kesuburan tanah seperti berikut:
"Om Sanghyang Prthiwi, Sanghyang Jiwatnawa, angayubagia tanem sane utama, sawah sane subak."
(Terjemahan: "Om Hyang Penguasa Tanah, Berkahilah tanah ini agar menjadi subur dan siap untuk ditanami.")
---
2. Pemilihan dan Penanaman Benih
Upacara dan Upakara:
Bibit padi dipilih dan direndam dalam air suci yang telah didoakan.
Upakara berupa bija, tirta pengentas, dan tumpeng pecatu dipersembahkan di sawah.
Puja Mantra: Sebelum bibit ditanam, petani melantunkan:
"Om Sanghyang Sri Sedana, tuturing benih ngemit urip, matemu ring widhi, tanem sinungrahayu."
(Terjemahan: "Om Sang Dewi Sri, berkahilah benih ini agar tumbuh subur dan membawa kesejahteraan.")
---
3. Perawatan Tanaman Padi
Upacara dan Upakara:
Ritual pejati sawah dilaksanakan saat padi mulai tumbuh.
Banten berisi tebasan kelapa, beras kuning, tepung tawar, dan sajen khusus untuk penjaga sawah (Sanghyang Tenggek).
Persembahan kecil dilakukan untuk menjauhkan hama dan penyakit padi.
Puja Mantra: Saat memelihara padi, mantra berikut diucapkan:
"Om Sanghyang Paripurna, palayama sari tanemku, jagan hana sangsara."
(Terjemahan: "Om Yang Maha Sempurna, lindungilah padi ini agar terbebas dari segala mara bahaya.")
---
4. Proses Panen
Upacara dan Upakara:
Upacara panen disebut Ngusaba Nini, persembahan dilakukan di sawah sebelum memotong padi pertama.
Upakara banten panyeneng, banten nasi kuning, dan pabantenan untuk Dewi Sri disiapkan.
Puja Mantra: Sebelum memanen, petani mengucapkan:
"Om Sanghyang Sri Widhyadhari, berkat rahmatmu padi ini kami tuai dengan rasa syukur. Semoga membawa berkah bagi kami."
---
5. Padi sebagai Sumber Kehidupan
Filosofi dalam Teks:
Padi adalah simbol kehidupan yang harus dijaga kesuciannya.
Sisa-sisa padi (lulut) tidak boleh dibuang sembarangan; disimpan di lumbung dengan penuh rasa hormat.
Setelah menjadi makanan, padi (beras) memberikan tenaga kepada manusia untuk melanjutkan kehidupan.
Puja Syukur:
Setelah panen, mantra penghormatan kepada Dewi Sri diucapkan:
"Om Sanghyang Tri Murti, matitiang suksma ri rahayu. Titiang nunas ajeng tanem sane mangda ayu sinamian jagat."
(Terjemahan: "Om Dewa Tri Murti, terima kasih atas berkah padi ini. Semoga kesejahteraan menyelimuti seluruh dunia.")
---
Kesimpulan
Teks Tuturan Sanghyang Pari menekankan pentingnya upacara, upakara, dan puja mantra dalam setiap tahap penanaman hingga panen padi. Hal ini mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam, penuh rasa syukur, dan menjaga keharmonisan dengan Sang Pencipta, alam, dan sesama. Tuturan Sanghyang Pari juga merupakan panduan spiritual untuk memahami bahwa padi adalah wujud kasih Dewi Sri yang harus dihormati dan dilestarikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar